ROBOHNYA SUARAU KAMI
Karya : AA. Navis
Penyadur/Adaptasi Hermana HMT
Karya : AA. Navis
Penyadur/Adaptasi Hermana HMT
SEJENAK MUSIK
BERGEMURUH. PERLAHAN TERDENGAR GESEKAN BIOLA ATAU LANTUNAN SERULING DIBARENGI
GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN.
SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU MELAKUKAN SHALAT. ADZAN USAI SESEORANG MELAPALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-ORANG MENDENDANGKAN LAGU ” AL-ITIRAF “.
SAYUP-SAYUP TERDENGAR KUMANDANG ADZAN SUBUH. ORANG-ORANG MUNCUL DARI BERBAGAI ARAH, BERBARIS DI PANGGUNG SEPERTI MAU MELAKUKAN SHALAT. ADZAN USAI SESEORANG MELAPALKAN DOA SETELAH ADZAN, LALU ORANG-ORANG MENDENDANGKAN LAGU ” AL-ITIRAF “.
PEMBACA DOA 1
Ya Allah, ya
Tuhan kami jangan Engkau jadikan kami condong pada kesesatan Sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami,dan karuniailah kepada kami rahmat dari sisi Engkau,
karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ( QS. Al-Imran 8 )
PEMBACA DOA 2
Ya Allah, ya
Tuhan kami, Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada malam
dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati,Engkau mengeluarkan yang mati
dari yang hidup, dan Engkau memberi rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki
dengan tidak terkira. ( QS. Al-Imran 27
)
PEMBACA DOA 3
Ya Allah yang
mempunya kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki dan
Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki., Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebijakan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
( Al-Imran 26 )
TIBA-TIBA
SEORANG PEREMPUAN MUNCUL DAN MENANGIS SEPERTI ANAK KECIL.
SEORANG
PEREMPUAN
Kini kakek itu
sudah tidak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggalah surau itu tanpa
penjaganya. Sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu
kesucian yang bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa bodoh. Dan biang
kebodohan itu ialah sebuah dongeng yang tidak dapat disangkal kebenarannya.
PIMPINAN
PENTAS
Hei,hei,hei !
Berhenti ! Apa-apaan sih kamu ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yang
tidak jelas. Sudah, tidak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang
biarlah pulang dengan tenang, kita-kita yang akan mengikutinya nanti, dari
sekarang lebih baik mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tidak
tersesat atau masuk ke tempat yang tidak kita sukai. Sekarang lebih baik
memperbaiki hidup daripada meratapi yang sudah mati. Sudah ya,jangan menangis
lagi malu tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat berjumpa dengan kami.
Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebenarnya belum dimulai.
SEORANG
PEREMPUAN
Loh,loh. Yang
barusan adegan apa ?
PIMPINAN
PENTAS
Itu baru
sambutan awal dan doa.
SEORANG
PEREMPUAN
Jadi belum,ya ?
PIMPINAN
PENTAS
Belum.
ORANG-ORANG
Huhhhh.
Huhhhh.
PIMPINAN
PENTAS
Sudah, sudah !
Sekarang kalian duduk dulu yang rapi….Maaf pemirsa, barusan itu kesalah
pahaman. Begini…eeeh.. tapi sekali lagi saya menghaturkan mohom maaf. Anu…eeh..
sebelum cerita dimulai, saya ingin sekali menyampaikan sepatah kata pada anda
semua. Kenapa saya ingin sekali berkata-kata ? Tentu, karena saya kuatir
setelah pertunjukan ini tiba-tiba ada gelombang protes besar-besaran. Maklumlah
zaman reformasi. Jadi, sebelum cerita ini kami lanjutkan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila nanti ada kelancangan-kelancangan yang tidak berkenan
dihati para pemirsa. Ini cerita bukan cerita sesungguhnya, tapi dongeng yang
kebenarannya sangat bisa diragukan. Dongeng adalah dongeng. Dongeng bukan
kenyataan, walau kadang ada nyatanya. Agar lebih jelasnya silahkan simak dengan
hati yang lapang.begitu saja dari saya. Ayo anak-anak lanjutkan dongengannya,
tapi jangan pakai tangis-tangisan lagi kesannya seperti telenovela. Siapa tadi
yang nangis ?
ORANG-ORANG
Dia pak.
Dia pak.
PIMPINAN
PENTAS
Oh kamu. Awas !
Jangan pakai nangis lagi, ya ! Ayo mulai.
TIBA-TIBA EMPAT
ORANG PEREMPUAN MUNCUL DENGAN JERITAN DAN TANGISAN.
PEREMPUAN
SATU
Tapi kakek itu
sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggal surau itu tanpa
penjaganya, hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan
apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar seing mencopoti
papan dinding lantai di malam hari.
PEREMPUAN DUA
Jika kalian
datang sekarang,hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian
yang bakal roboh.
PEREMPUAN TIGA
Dan kecerobohan
itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya,
secepat perempuan mencopoti pekayuannya.
PEREMPUAN
EMPAT
Dan terutama
ialah sifat masa bodoh manusia sekarang,yang tak hendak memelihara apa yang
tidak dijaganya lagi.
PIMPINAN
PENTAS
Aduh, aduh,
aduh, aduh ! Sudah saya bilang jangan pakai sedih-sedihan, malahan makin banyak
yang bersedih. Bagaimana kalian ini ? Hei ! Negeri kita ini sedang
bersedih.jangan ditambah-tambah lagi kesedihannya.Sudah, sudah ! Lebih baik
sekarang kalian bernyanyi. Mau enggak ?
ORANG-ORANG
Mauuuu.
Mauuuu.
PIMPINAN
PENTAS
Bagus. Bagaimana
musik, siap ?
PEMUSIK
Siap bos. Nyanyi apa ?
Siap bos. Nyanyi apa ?
PIMPINAN
PENTAS
Katanya siap.
Lagunya anu.. eh.. ” Ajo Sidi “. Mulai.
ORANG-ORANG
BERNYANYI.
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Pendongeng dari sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Mejerat hati tiap orang
Jadi sumber ejekannya
Pendongeng dari sebrang sana
Tak henti-henti berceloteh
Hingga orang terpana bualannya
Ajo Sidi oh Ajo Sidi
Kerjaannya sidir menyindir
Mejerat hati tiap orang
Jadi sumber ejekannya
PIMPINAN PENTAS
MEMBERHENTIKAN ORANG-ORANG YANG SEDANG ASIK BERYANYI DAN MENARI. ORANG-ORANG
GUSAR, TAPI SEMUANYA DAPAT DITERTIBKAN.
SAYUP-SAYUP
TERDENGAR SUARA SERULING DIBARENGI GESEKAN BIOLA, GEMERCIK AIR DAN DESIR ANGIN
. SEORANG KAKEK SEDANG TERMANGU SAMBIL MEMENGANG PISAU CUKUR.
LAKI-LAKI
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira menerima kedatanganku, karena aku suka memberinya uang, tapi sekali ini begitu muram.Tidak pernah aku melihat kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat ini.
Assalamualaikum… assalamualaikum… assalamualaikum. Biasanya kakek gembira menerima kedatanganku, karena aku suka memberinya uang, tapi sekali ini begitu muram.Tidak pernah aku melihat kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat ini.
LAKI-LAKI ITU
MENGAMBIL SALAH SATU PISAU CUKUR YANG TERGELETAK DI SAMPING SI KAKEK.
LAKI-LAKI
Pisau siapa, Kek ?
Pisau siapa, Kek ?
KAKEK
Ajo Sidi !
Ajo Sidi !
LAKI-LAKI
Ajo Sidi ? ( KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK ) Apa Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek ?
Ajo Sidi ? ( KAKEK TIDAK MENYAHUT. HENING SEJENAK ) Apa Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek ?
KAKEK
Siapa ?
Siapa ?
LAKI-LAKI
Ajo Sidi.
Ajo Sidi.
KAKEK
Kurang ajar dia.
Kurang ajar dia.
LAKI-LAKI
Kenapa, Kek ?
Kenapa, Kek ?
KAKEK
Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.
Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.
LAKI-LAKI
Kakek marah ?
Kakek marah ?
KAKEK
Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah, bertawakal kepada Allah. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.
Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah, bertawakal kepada Allah. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepadaNya. Dan Allah akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.
LAKI-LAKI
Bagaimana katanya, Kek ? ( KAKE DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA ). Bagaimana katanya, Kek ?
Bagaimana katanya, Kek ? ( KAKE DIAM SAJA. BERAT HATI BICARA ). Bagaimana katanya, Kek ?
KAKEK
Kau kenal padaku, bukan ? Sedari kecilkau aku sudah di sini. Sedari muda, bukan ? Kau tahu apa yang aku lakukan semua, bukan ? Terkutuklah perbuatanku ? Dikutuki Tuhan kah semua pekerjaanku ? DIAM SEJENAK. Sedari muda aku di sini, bukan ? Tak kuingat punya istri, punya anak, penya keluarga seperti orang lain, tahu ? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku,lahir batin, kuserahkan pada Allah subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,karena aku yakin Allah itu ada dan pengasih penyang kepada umatNya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah pekerjaanku itu ? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.
Kau kenal padaku, bukan ? Sedari kecilkau aku sudah di sini. Sedari muda, bukan ? Kau tahu apa yang aku lakukan semua, bukan ? Terkutuklah perbuatanku ? Dikutuki Tuhan kah semua pekerjaanku ? DIAM SEJENAK. Sedari muda aku di sini, bukan ? Tak kuingat punya istri, punya anak, penya keluarga seperti orang lain, tahu ? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tidak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku,lahir batin, kuserahkan pada Allah subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu ? Akan dikutukiNya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepadaNya ? Tak kupikirkan hari esok,karena aku yakin Allah itu ada dan pengasih penyang kepada umatNya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitabNya. Apa salah pekerjaanku itu ? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.
LAKI-LAKI
Ia katakan Kakek begitu ?
Ia katakan Kakek begitu ?
KAKEK
Ia tidak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.
Ia tidak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kira.
LAKI-LAKI
Ajo Sidi memang kurang ajar. Apa lagi yang dikatakan Ajo Sidi, Kek ?
Ajo Sidi memang kurang ajar. Apa lagi yang dikatakan Ajo Sidi, Kek ?
KAKEK
Pada suatu waktu dia bicara padaku. Dia bialang.
Pada suatu waktu dia bicara padaku. Dia bialang.
MUSIK
BERGEMURUH.
AJO SIDI
Di akhirat Allah
memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di
sampingNya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Bigitu
banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan diantara
orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh.
Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan
dimasukan ke surga. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkan senyuman ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga,
ia melambaikan tangannya,seolah hendak mengatakan “sampai ketemu nanti “.
Begitu tak habis-habisnya orang yang berantri, begitu panjangnya. Susut di muka
bertambah di belakang. Akhirnya sampai giliran Haji Saleh.
MUSIK BERGEMA,
ANGIN BERGEMURUH.
SUARA
Engkau siapa?
Engkau siapa?
HAJI SALEH
Aku Saleh.
Karena aku sudah ke mekah Haji Saleh namaku. Tuan ini siapa ?
SUARA
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia ?
Jangan banyak bertanya. Apa kerjamu di dunia ?
HAJI SALEH
Aku menyembah
Tuhan.
SUARA
Lain ?
Lain ?
HAJI SALEH
Setiap hari,
setiap malam, bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Nya.
SUARA
Lain ?
Lain ?
HAJI SALEH
Segala
larangan-Nya kuhentikan. Tidak pernah aku berbuat jahat, walau dunia seluruhnya
penuh oleh dosa-dosa yang dibisikan iblis laknat itu.
SUARA
Lain ?
HAJI SALEH
Tak ada
pekerjaanku selain beribadat padaNya, menyebut-nyebut namaNya. Bahkan ketika
aku sakit namaNya menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan
kemurahan hatiNya untuk nginsafkan umatNya.
SUARA
Lain ? LAMPU MENYINARI AJO SIDI YANG MELANJUTKAN DONGENGANNYA.
Lain ? LAMPU MENYINARI AJO SIDI YANG MELANJUTKAN DONGENGANNYA.
AJO SIDI
Haji saleh tak
dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segalanya yang ia kerjakan. Tapi ia
insaf, bahwa pertanyaan yang dilontakan bukan asal bertanya saja, tentu ada
lagi yang dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Hawa panas api
neraka tiba-tiba menghembus ketubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap
airmatanya mengalir, di isap kering oleh hawa panas neraka itu.
MUSIK BERGEMA.
HAJI SALEH MENGIGIL KETAKUTAN. ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI JOMBI.
SUARA
Lain lagi ?
Lain lagi ?
HAJI SALEH
Sudah saya
ceritakan semuanya. Oh, Tuhan yang Maha Besar, lagi pengasih dan penyayang,
Adil dan Maha Tahu.
SUARA
Tidak ada lagi ?
Tidak ada lagi ?
HAJI SALEH
Oh, o, oo, aku
selalu membaca kitabNya.
SUARA
Lain ?
Lain ?
HAJI SALEH
Sudah
kuceritakan semuanya. Tapi kalau ada yang aku lupa aku mengatakannya, aku pun
bersyukur karena yang maha tahu itu Tuhan.
SUARA
Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi ?
Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi ?
HAJI SALEH
Ya, itulah
semuanya.
SUARA
Maksud kamu ?
Maksud kamu ?
MUSIK
BERGEMURUH.
AJO SIDI
Haji saleh tidak
bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji
Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti mengapa ia dibawa ke neraka. Ia
tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan
tidak silap.
PENDONGENG 1
Alangkah
tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia
terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tak tambah mengerti dengan
keadaan dirinya, karena yang dilihatnya di neraka itu tidak kurang ibadahnya
dari diri dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas
kali ke mekah dan bergelar Syekh pula.
PENDONGENG 2
Lalu haji Saleh
mendekati mereka, dan bertanya pada mereka kenapa berada di neraka semuanya.
Tapi sebagaimana haji Saelah orang-orang out pun tak mengerti juga.
SEMUA ORANG
BERISTIGFAR.
HAJI SALEH
Bagaimana ini ?
Bukankah kita disuruhNya taat beribadah, teguh beriman ? Dan itu semua telah
kita kerjakan selelama hidup kita. Tapi kita kini dimasukan ke dalam neraka.
TOKOH LAIN
Ya kami juga
heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang
ketaatannya beribadat.
HAJI SALEH
Ini sungguh
tidak adil.
ORANG-ORANG
Memang tidak adil.
Memang tidak adil.
HAJI SALEH
Kita harus
mengingatkan Dia, kalau-kalau Ia silap memasukan kita ke neraka ini.
ORANG-ORANG
Benar, benar, benar.
Benar, benar, benar.
TOKOH LAIN 2
Kalau dia tidak
mau mengakui kesilafanNya, bagaimana ?
HAJI SALEH
Kita protes.
Kita resolusikan.
TOKOH LAIN 3
Apa kita
revolusikan juga ?
HAJI SALEH
Itu tergantung
kepada keadaan. Yang penting sekarang, mari kita berdemontrasi mengadapNya.
TOKOH LAIN
Cocok sekali. Di
dunia dulu dengan demontrasi saja, banyak yang kita peroleh.
ORANG-ORANG
Setuju, setuju, setuju.
Setuju, setuju, setuju.
SEMUA ORANG
BERGERAK. MUSIK BERGEMURUH.
HAJI SALEH
Oh, Tuhan kami
Yang Maha Besar. Kami menghadapMu. Ini adalah umatMu yang paling taat beribadat,
yang pang taat menyembahMu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut NamaMu,
memuji-muji kebesaranMu, mempropagandakan keadilanMu, dan lain-lainnya. KitabMu
kami hapal di luar kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan
tetapi Tuhanku Yang Maha Kuasa, setelah Engkau kami panggil kemari, Engkau
masukan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, di
sini, atas nama orang-orang yang cinta kepadaMu, kami menuntut agar hukuman
yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukan kami ke surga
sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.
ORANG-ORANG
BERGERAK SEPERTI AKAN DEMONTRASI.
SUARA
Kalian mau apa lagi.
Kalian mau apa lagi.
HAJI SALEH
Kami ingin
bertemu Tuhan.
SUARA
Tidak bisa.
Tidak bisa.
HAJI SALEH
Harus ini sangat
penting. Ini menyangkut nasib kami.
SUARA
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.
HAJI SALEH
Kamu ini
sebenarnya siapa ?
SUARA
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.
HAJI SALEH
Aku tidak
peduli…
SUARA
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?
HAJI SALEH
Kami ini adalah
umat Tuhan yang tinggal di Indonesia.
SUARA
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?
HAJI SALEH
Ya, benar.
SUARA
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya,
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya,
bukan ?
ORANG-ORANG
Benar, benar, itulah negeri kami.
Benar, benar, itulah negeri kami.
SUARA
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?
ORANG-ORANG
Benar, benar itulah negeri kami.
Benar, benar itulah negeri kami.
SUARA
Di negeri di mana penduduknya sendiri meralat ?
Di negeri di mana penduduknya sendiri meralat ?
ORANG-ORANG
Ya, Ya, itu negeri kami.
Ya, Ya, itu negeri kami.
SUARA
Negeri yang di perbudak orang lain ?
Negeri yang di perbudak orang lain ?
TOKOH LAIN
Ya sungguh
laknat penjajah itu.
SUARA
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?
TOKOH LAIN 2
Benar. Hingga
kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.
SUARA
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?
HAJI SALEH
Benar. Tapi bagi
kami soal harta benda itu tidak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah
menyembah dan memuji Tuhan.
SUARA
Engkau rela tetap meralat, bukan ?
Engkau rela tetap meralat, bukan ?
ORANG-ORANG
Benar kami rela sekali.
Benar kami rela sekali.
SUARA
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga meralat, bukan ?
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga meralat, bukan ?
TOKOH LAIN
Sungguhpun anak
cucu kami meralat, tapi mereka semua pintar mengaji. Alkitab mereka hapal di
luar kepala.
SUARA
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengagambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka dan di letakan di keraknya.
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengagambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka dan di letakan di keraknya.
ORANG-ORANG
TIDAK BERGERAK APA-APA LAGI. MEREKA TERMANGU, TAPI HAJI SALEH MASIH SAJA TIDAK
PUAS.
HAJI SALEH
Salahkah menurut
pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia ?
SUARA
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaumu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaumu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.
MUSIK TERDENGAR
MEMILUKAN. TERDENGAR SESEORANG BERTERIAK. SAYUP-SAYUP SESEORANG SEDANG MENGAJI.
SESEORANG
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.
ORANG-ORANG
Di mana ?
Di mana ?
SESEORANG
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.
ORANG-ORANG
Astagfirulahal’adzim.
Astagfirulahal’adzim.
ORANG-ORANG
BERGERAK.
PEREMPUAN
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?
LAKI-LAKI
Siapa yang meninggal ?
Siapa yang meninggal ?
PEREMPUAN
Kakek.
Kakek.
LAKI-LAKI
Kakek ?
Kakek ?
PEREMPUAN
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.
LAKI-LAKI
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.
SEMUA DIAM.
PIMPINAN
PENTAS
Ternyata kita
tidak bisa lepas dari kenyataan. Hidup dan mati bukanlah milik kita. Kita di
sini hanya mengembara dan kita semua akan kembali. Kematian memang menyedikan,
tapi yangpiling menyedihkan jika kerja keras kita hasilnya sia-sia.
MUSIK
BERGEMURUH.
TAMAT
Catatan : Cerita
ini diambil dari sebuah cerpen ” Robohnya Surau Kami ” karya AA. Navis.
0 Response to "ROBOHNYA SUARAU KAMI"
Post a Comment