LAKON
MATAHARI 1/2
MATI
KARYA A. REGO SUBAGYO
KARYA A. REGO SUBAGYO
DRAMATIC PERSONAE
MBOK Ibu
dari lima anak
KARDI anak pertama
PARTO anak kedua
WARTI anak ketiga
SUWAJI anak keempat
NARKO anak kelima
HARDJO tetangga
KARDI anak pertama
PARTO anak kedua
WARTI anak ketiga
SUWAJI anak keempat
NARKO anak kelima
HARDJO tetangga
DI SEBUAH DESA YANG SANGAT
TERPENCIL DAN TERPINGGIRKAN DARI DERU DAN HIRUK PIKUKNYA PEMBANGUNAN, SEPERTI
TERASING. ADA KELUARGA SEDERHANA, KELUARGA PETANI SAHAJA, TIDAK PERNAH
NEKO-NEKO. TENTRAM, DAMAI POKOKNYA NYAMAN. TETAPI SUATU KETIKA MUNCUL
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DI KELUARGA TERSEBUT YANG MENGAKIBATKAN HUBUNGAN
ANTAR ANGGOTA KELUARGA MENJADI TIDAK HARMONIS LAGI.
BABAK I
DI SERAMBI RUMAH, ALUNAN MUSIK GAMBARAN PEDESAAN LEMBUT MENYAPA. LAMPU MULAI PADAM. PARTO BARU PULANG DARI SAWAH
PARTO
Kok masih sepi, pada kemana ya? Apa belum pulang?
(seperti bertanya pada
diri sendiri).
Sudah seminggu lebih aku
sendirian menggarap sawah, akhir-akhir ini Kang Kardi jadi pemalas,
pekerjaannya hanya termenung, melmun, merenung, bahkan tidak pernah bisa diajak
bicara apalagi bercengkeraman. Kang Kardi selalu membisu, tak pernah mau
ngomong, tak pernah mau bicara, tak pernah berkata-kata, bisu, seakan kelu
dalam otaknya
(terdiam).
Apakah selamanya akan seperti ini bisu dan beku, mati. Aku
sendiri semakin bingung, panenan yang jeblok, sedang harga untuk obat selangit
apalagi untuk pupuk sudah tak masuk di akal
DIAM KELUARKAN BUNGKUSAN DARI
KANTONG, MELINTING TEMBAKAU LALU MENYULUTNYA. NARKO PULANG SEKOLAH,
TERGOPOH-GOPOH MENUTUPI MUKANYA
PARTO
Hei Ko, Narko kesini!
NARKO
Ya, Kang
PARTO
Kenapa wajahmu?
NARKO
E, eh tidak apa-apa Kang. Cuma aku tadi terjatuh
PARTO
Terjatuh, dimana?
NARKO
Di dekat pasar, Kang
PARTO
Kok bisa, coba kulihat!
NARKO
Iya Kang
PARTO
Tapi kalau seperti ini, terjatuh ya tidak mungkin
NARKO
Iya Kang
SPONTAN
PARTO
Apa? Iya. Jadi kamu tidak jatuh, tapi dipukuli orang begitu!
NARKO
Tidak kok Kang. Tidak apa-apa
PARTO
Tidak, tidak apa-apa! Tidak apa-apa, kok bisa bengep kayak
abis dipukuli. Kamu berantem, ya?
NARKO
Eendak kok Kang
PARTO
Endak apa enggak!
NARKO
Enggak
PARTO
Endak apa enggak!
NARKO
Enggak
PARTO
Endak apa enggak!
NARKO
Enggak
PARTO
Endak apa enggak!
NARKO
Tidak kok, tidak, tapi….
PARTO
Tapi, apa?
NARKO
Tidak apa-apa
PARTO
Sudahlah, jangan bohong, kamu kan sudah diajari tentang kejujuran, dan
kamu tahu pasti apa, arti, dan maknanya. Jujur saja, tadi berantem kan ?
NARKO
Ya Kang habis aku tidak tahan. Aku diolok-olok, diejek, aku
dibilang adiknya orang gila, adiknya orang sinting, edan. Ya, langsung tak
kasih ini
(menunjukkan kepalan
tangan).
Terus aku dikeroyok lima
orang, permainannya jadi tak imbang, ya aku kalah Kang
PARTO
Apa? Permainan, berkelahi kamu bilang permainan
(diam berfikir).
Ya ini yang sering menyebabkan kerusuhan, kekacauan,
keributan dan perang disana-sini. Ya gara-gara segelintir orang yang tidak
dapat menahan dan mengendalikan emosi dan nafsunya. Kamu mengerti kan !
(diam).
Sudah-sudah, begitu kok mau bohong. Itu, mukamu yang
besem-besem biru, diapai gitu supaya tidak kentara, biar simbok tidak kaget dan
tidak mikir yang macem-macem. Sudah, masuk sana , ganti baju tuh kotor semua
NARKO
Ya Kang, terima kasih
KELUAR
PARTO
Hei, Ko…sekalian ambilkan aku air, haus nih! Satu belum
kelar, belum tuntas, satu lagi menyusul bikin tambah puyeng saja
GELENG-GELENG KEPALA. SETELAH BEBERAPA SAAT KEMUDIAN KARDI
MASUK NEMBANG, TANPA MENGHIRAUKAN ADIKNYA. PARTO MELIHAT SEPERTI TIDAK PERCAYA
(Wirangrong, Centhini)
(Wirangrong, Centhini)
Ya
taw au sira nuli
Sung branta lampahnya alon
Ngambah jurang sengkang siluk-siluk
Yen tinon atrebis
Marga rumpil arampal
Pun arang kambah ing janmi
Sung branta lampahnya alon
Ngambah jurang sengkang siluk-siluk
Yen tinon atrebis
Marga rumpil arampal
Pun arang kambah ing janmi
(Surajiwandana)
Sadangune,
ngupaya gunung-gunung
Alas-alas, kawur sru ngongkrah-angkreh
Asayah ka, saputing dalu magyuh
Rikang tyas mepu denya ngulati we
Alas-alas, kawur sru ngongkrah-angkreh
Asayah ka, saputing dalu magyuh
Rikang tyas mepu denya ngulati we
(Maduretno)
Samarga-marga,
prameswari Mandraka
Asambat-sambat, dhuh Gustiningsun aja
Atinggal munggah, maring aribawana
Entenana ing bukur pangarib-arib
Asambat-sambat, dhuh Gustiningsun aja
Atinggal munggah, maring aribawana
Entenana ing bukur pangarib-arib
PARTO
Kang, apa yang sebenarnya Kang Kardi pikirkan, berhari-hari
hanya diam saja. Kalau hanya diam kami, aku, simbok, dan adek-adekmu yang
lainnya. Ya, tidak tahu apa yang dipikirkan Kakang. Kalau seperti itu semua
juga bingung, kalau Kang Kardi bingung, jangan bikin yang lain juga bingung
(diam)
Mungkin Kang Kardi memikirkan hasil panen kemarin yang
jeblok dan ajur-ajuran. Atau mungkin mikir simbok yang sering sakit-sakitan.
A..pa Kankang memikirkan Warti yang mulai jadi seperti orang tidak waras.
Seperti orang tidak waras, jadi stress, gila, edan. Tidak, Warti tidak gila
(seperti tidak
percaya).
Warti tidak gila. Warti tidak stress, Warti tidak edan,
tidak!!, Tidak!! Dia waras
(merenung)
Atau Kang Kardi ingin kawin, mau menikah maksudku. Menikah
dengan apa, Kang. Eh, dengan apa, menikah dengan siapa maksudku, mungkin nanti
kita bisa bareng-bareng ke sana
untuk melamarkannya. Tapi siapa Kang. Ngomong dong
(jengkel, marah,
semakin tidak sabar menghadapi Kardi)
Kang Kardi, ngomong dong, kalau begini terus semua akan jadi
suara meninggi, menghardik. Narko masuk, bingung melihat apa
yang sedang terjadi
PARTO
Hei Kardi kau, kau…!?
EMOSINYA MEMUNCAK, SUARANYA TERHENTI, MENDATANGI KARDI
HENDAK MEMUKUL, NARTO MELERAI
NARKO
Kang, Kang Parto eling Kang, sadar.
PARTO
Heeh!!
NARKO
Sudahlah Kang, itu Kang Kardi, dia kan Kakang kita. Minum dulu
PARTO
Ya, aku tahu!!
Kardi meninggalkan panggung tetap dengan acuh dan membisu.
Narto dan Parto tetap bingung. dan timbul pertanyaanya di benaknya ada apa
dengan Kakangnya itu.
NARKO
Ah!? Setan mana yang tadi dating?
BERTANYA PADA DIRI SENDIRI
PARTO
Setan, setan gundulmu. Ada
orang marah dibawa-bawa. Kamu ini!
NARKO
Kang Parto tadi kan
hamper terbujuk rayuan setan
PARTO
Setan, setan, kamu ini seperti da’I saja. Setannya tadi lho
diam saja, dia tidak berbuat apa-apa. Manusia yang berantem, setan yang jadi
kambing hitam dan harus bertanggungjawab. Kasihan, kasihan kau setan.
NARKO
Ya. Tapi setan tak kan
pernah berhenti untuk menggoda dan membujuk manusia kan , Kang
PARTO
Ya, ya
(diam)
Narko, Narko sekarang ini, setan
itu sudah tidak ada, yang ada sekarang ya manusia itu sendiri. Manusia kan gabungan sifat baik
dan sifat buruk. Sifat baik itu malaikat sedang sifat buruk itu ya setan itu
tadi. Jadi jangan selalu minta pertanggungjawaban setan dari apa yang telah
diperbuat manusia. Setan itu tidak ada, yang ada malaikat penguji iman. Perlu
kamu ketahui bahwa manusia itu adalah gabungan malaikat dan setan. Ya sifat
baik dan buruk. Seperti kamu tadi berantem, yang salah siapa? Kamu sendiri kan ! Kalau bukan kamu!
Siapa? Setan. Ko, kamu tahu cerita Adam dan Hawa, ketika mereka dibuang dari
surga, siapa penghuni setia surge yang selalu menemani mereka ke bumi. Siapa,
setan kan .
Bahkan sampai sekarang dia tetap menemani manusia. Itu kalau setan masih ada
seperti yang kamu katakana tadi.
NARKO
Iya, ya
(nyengir, malu)
Kang, Kang??... Eh, Kang Parto!
PARTO
Ya, ada apa?
NARKO
Kang Parto tadak lapar.
PARTO
Ya, lapar, Kenapa?
NARKO
Aku juga lapar
PARTO
Ooo itu, ayo makan!
Parto dan Narko meninggalkan panggung
BABAK II
DI DALAM RUMAH, SETELAH ISYA’MUSIK, SUARA-SUARA BINATANG MALAM LAMPU MENYALA. SUKARDI MASUK, NEMBANG, KEMUDIAN TERDIAM TANPA KATA-KATA, MERENUNG. MONDAR-MANDI, KEMUDIAN DUDUK DI POJOK PARJO DAN PAK HARJO PULANG DARI KENDURI
HARDJO
Assalamualaikum
PARTO
Waalaikum salam waroh matullahi wabarokatuh, monggoh silakan
masuk, Pak Hardjo. Silakan duduk
HARDJO
Eh, Nak Kardi
Sukardi menoleh, menghampiri dan menyalami tetapi tetap diam membisu. Dan kembali ke tempat semula
PARTO
Sukardi menoleh, menghampiri dan menyalami tetapi tetap diam membisu. Dan kembali ke tempat semula
PARTO
Pak Hardjo jangan kaget. Dia sudah seminggu lebih seperti
itu. Puasa tidak ngomong. Entahlah Pak, apa yang dia pikirkan. Mungkin dia
sekarang lagi berandai-andai
HARDJO
Puasa tidak ngomong?
PARTO
Ya, Puasa tidak ngomong. Entahlah Pak, apa yang dia
pikirkan. Mungkin dia sekarang lagi berandai-andai
HARDJO
Berandai-andai??
PARTO
Ya
HARDJO
Tentang apa
PARTO
Tak tahulah, Pak
HARDJO
Sepertinya masalah yang dipikirkannya berat
PARTO
Ya,
(jeda)
mungkin
HARDJO
Ehm, iya ya
PARTO
Aku sendiri bingung menghadapinya. Diajak ngomong diam,
noleh sebentar terus pergi. Cuma begitu tiap hari
HARDJO
Mungkin dia sekarang lagi mikir
PARTO
Mungkin Pak. Mungkin dia sekarang sedang membayangkan sedang
jadi presiden. Yang sedang memikirkan bangsa dan Negara yang gonjang-ganjing
ini, mau diapakan Negara ini. Dibawa ke masa depan yang semakin bubrah, atau
dibawa ke masa 2000 tahun yang lalu, damai, tentram, aman tidak seperti
sekarang ini, atau
(diam)
tidak tahulah Pak, semuanya serba tertutup dan tidak jelas
MBOK SUMINAH MASUK, MEMBAWA BAKI DAN MINUMAN
MBOK
MBOK
Selamat malam Pak Hardjo
HARDJO
Malam, ngomong-ngomong Warti mana?
MBOK
HARDJO
Bagaimana keadaannya
MBOK
Ya, begitulah Pak
MENUNDUK, MALU
HARDJO
Sepertinya aku lama sekali tidak ketemu Warti.
MBOK
Saya panggilkan
KELUAR
HARDJO
Nak Parto
PARTO
Ya, Pak
HARDJO
Apa besok Nak Parto bisa membantu saya?
PARTO
HARDJO
Itu, bikin bedengan untuk persiapan nanem cabai. Bibitnya
sudah waktunya dipindah
MBOK SUMINAH DAN SUWARTI MASUK
HARDJO
HARDJO
Warti sini-sini nduk, sini
MENGAMBIL SESUATU DARI SAKU DAN DIBERIKAN KEPADA WARTI
WARTI
He-eh
SUWARTI SENANG DAN DIMAIN-MAINKAN PEMBERIAN DARI PAK HARDJO
PARTO
Pak Hardjo
HARDJO
Eh ya
PARTO
Besok, sendiri atau butuh tenaga lagi
HARDJO
Sebenarnya butuh lagi, tapi tidak ada yang nganggur
PARTO
Kalau masih perlu, mungkin Suwaji bisa Pak
HARDJO
Apa dia tidak di proyek
PARTO
Tidak, Pak. Sudah dua hari di rumah
HARDJO
Memangnya kenapa
PARTO
Katanya, bahan-bahan bangunannya telat
HARDJO
Kebetulan sekali
PARTO
Kalau begitu saya Tanya dulu. Ji, Waji!
Suwaji keluar
SUWAJI
SUWAJI
Dalem! Ada
apa KAng
PARTO
Besok pagi bias nggak ikut kerja di Pak Hardjo
SUWAJI
Besok pagi?
PARTO
Ya
SUWAJI
Bisa, Kang
HARDJO
Bisa
PARTO
Bisa, bias Pak. Di sawah yang mana Pak?
HARDJO
Di sebelah utara sawahnya Pak Khamid. Langsung ke sana saja, besok
PARTO
Ya, Pak
HARDJO
Kalau begitu, bapak pamit dulu. Warti aku pulang dulu.
Jangan bikin bingung lagi
MBOK
Terima kasih, telah singgah di gubuk kami
HARDJO
Wassalamualaikum
KELUAR. SEMUA YANG ADA DI
PANGGUNG KOMPAK MENJAWAB (Waalaikum Salam
Warahmatullahi Wabarakatuh), KECUALI KARDI DAN WARTI. KARDI TETAP ACUH,
KELUAR
MBOK
Sudah malam, istirahat
Mbok Suminah dan Suwarti keluar
PARTO
PARTO
Ji, besok bangunkan aku
SUWAJI
Ya, Kang. Eh Kang Parto, pintunya dikunci aku tidur di
suraunya Pak Haji Khamid
KELUAR
PARTO
Ya, hati-hati
KELUAR. LAMPU REDUP
BABAK III
DI DALAM RUMAH, PAGI HARI, MUSIC MENGALUN. LAMPU MENYALA, TERANG WARTI MASUK, CENGGAR-CENGGIR SENDIRI, BICARA SENDIRI, ASYIK DALAM DUNIANYA SENDIRI, MENYANYI DAN MENARI, MENANGIS, TERTAWA, DAN MENGGERUTU SENDIRI MBOK SUMINAH MASUK
MBOK
Ti, sudah sarapan
WARTI
Eeh
MBOK
Nduk ambilkan keranjang
WARTI
He, apa Mbok
MBOK
Keranjang sampah
WARTI
Sampah, heeh
KELUAR
MBOH
Mengapa, mengapa, semua berubah begitu cepat. Warti anak
perempuanku satu-satunya sudah waktunya menikah malahan jadi seperti ini. Aku
ingin cepat nggendong putu, tapi….dosa apa yang telah aku perbuat, duh Gusti
ampuni segala kesalahan dan dosa keluarga ini
Warti masuk
WARTI
WARTI
Aku maafkan, aku ampuni segala kesalahan yang telah kau
perbuat wahai manusia. Akan aku hapus segala dosa-dosamu. Hi…hi…hi…
MBOK
Hei, Nduk, Ti, mana keranjangnya?
WARTI
Heh
MENUNJUK
MBOK
mana!
WARTI
Dibelakang
MBOK
Aduh Ti, Ti. Ayo Nduk ambil
Warti keluar, Narko masuk
MBOK
MBOK
Kowe tho, Ko
NARKO
Ya Mbok
MBOK
Ini kan
masih pagi, kok sudah pulang. Kamu bolos
NARKO
Ya
MBOK
Kenapa?
NARKO
Males
MBOK
Lho kok malah malas. Piye tho! Apa kamu ndak mikir
NARKO
Mikir gimanaMbok
MBOK
Malah nanya
NARKO
Kalau aku ndak nanya terus aku mikir apa, Mbok
MBOK
Pertama, kamu itu disekolahkan biar pinter, ngerti. Kedua,
supaya kamu tidak seperti Kakang-kakangmu, tidak kerja kasaran. Lagian Kakangmu
sudah susah-susah cari duit untuk nyekolahin kamu. Nati kalau Kang Parto tahu
kamu akan dimarahi
NARKO
Ya, jangan dikasih tahu biar tidak marah
MBOK
Yang ketiga…
NARKO
Apa?
MBOH
Hah, kok malah seperti itu, Ko Kakangmu itu biasanya tahu
dengan sendirinya , jadi kamu harus rajin, sregep sekolah. Jangan suka bolos.
Sudah masuk sana .
Makan dulu nanti kalau sudah, bersihkan kebun belakang. Bibit rambutan dan
nangka di samping sumur itu ditanam sekalian, ditata yang baik. Sudah sana
NARKO
Ya Mbok
Narko keluar
WARTI
WARTI
Mbok!
MBOK
Apa, Ti
WARTI
Anu, e, itu, hi, he, anu
MBOK
Apa sih Nduk, kalau ngomong yang jelas
WARTI
Itu genteng, itu lho
MBOK
Genteng, genteng apa. Kamu ini bikin bingung saja
WARTI
Iya, itu…genteng. Pecah, jatuh satu-satu, banyak
MBOK
Genteng satu-satu, banyak ah apa sih Ti, kenapa gentengnya,
pecah
(diam).
Maksudmu jatuh
WARTI
Iya, jatuh ambruk pisang, heeh
MBOK
Oh Pisangnya ambruk, timpa genteng
WARTI
Heeh
MBOK
Sudah, mbok ke belakang dulu
WARTI MARAH, MERAJUK TIDAK KARUAN, MENANGIS
WARTI
WARTI
Mbok, mboke…
KELUAR. LAMPU REDUP
BABAK IV
DIDALAM RUMAH, SORE HARI. LAMPU MENYALA, MUSIC MENGALUN, KARDI MASUK, NEMBANG/URO-URO. PARTO DAN NARKO MASUK, MENDENGARKAN DAN MEMPERHATIKAN KARDI
(gambuh, ISKS. PB IV)
Aja nganti kabanjur
Sabarang polah kang nora jujur
Yen kabanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupaya iku
Pitutur ingkang sayektos
Pitutur bener iku,
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saka wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk,
Iku pantes siro anggo
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh
Si kidang umbagipun
Angandelaken kebat lumpatipun
Pan si gajah ngandelaken geng ainggil
Ula ngandelaken iku
Mandine kalamun nyakot
Sabarang polah kang nora jujur
Yen kabanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupaya iku
Pitutur ingkang sayektos
Pitutur bener iku,
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saka wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk,
Iku pantes siro anggo
Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh
Si kidang umbagipun
Angandelaken kebat lumpatipun
Pan si gajah ngandelaken geng ainggil
Ula ngandelaken iku
Mandine kalamun nyakot
KARDI DIAM ASYIK DENGAN TENGWE
NARKO
Kang, apa yang terjadi
PARTO
Tak tahulah, Ko
NARKO
Apa Kang, apa akan selamanya seperti ini
PARTO
Ko, jangan ngawur kamu, hati-hati kalau ngomong, jaga
mulutmu
NARKO
Habis kalau tidak, apa…apa Kang. Ini begini, itu begitu,
ujung-ujungnya tidak tahu.
PARTO
Ko, kita perlu berfikir, memang seharusnya belum jelas,
serba samar-samar
NARKO
Makanya Kang
PARTO
Iya, ya
KEDUANYA TERDIAM, SEJENAK
NARKO
Kang, Kang Parto!
PARTO
Heh, apa?
KARDI MULAI NEMBANG LAGI
NARKO
Kang Kardi mulai nembang lagi
PARTO
Iya
ASYIK DENGAN ROKOKNYA. KEDUA KAKAK BERADIK ITU BERUSAHA
MENDENGARKAN KARDI NEMBANG
KARDI NEMBANG LAGI
(sinom)
Wewangsalan
roning kamal
Pra anom den ngati-ati
Wrekso kang epindha janma
Golek kawruh kang sejati
Kholik prya upami
Anganggoa reh kang tuhu
Kalpika pasren karna
Gegelang munggwing dariji
Away tinggal miwah lali pariwara
Pra anom den ngati-ati
Wrekso kang epindha janma
Golek kawruh kang sejati
Kholik prya upami
Anganggoa reh kang tuhu
Kalpika pasren karna
Gegelang munggwing dariji
Away tinggal miwah lali pariwara
(Kinanthi)
Kebo
bang sungune tanggung
Aja sira ngapirani
Kekonang abyoning tawang
Kalintang rasaning ati
Peksi tuhu wadonira
Mring kmudu-kudu tilik
Aja sira ngapirani
Kekonang abyoning tawang
Kalintang rasaning ati
Peksi tuhu wadonira
Mring kmudu-kudu tilik
(Sinom, A. Rego Subagyo, 7-3-2002)
Anggoning
rasa kang lara
Kudu netepi ing ati
Atma kang rumongso jaya
Pati ora bakal nganti
Ning pati mring Gusti
Manungso kudu mituhu
Ana luput ing ndonya
Abakal digowo mati
Atma palihlah marang Maha Kuwasa
Kudu netepi ing ati
Atma kang rumongso jaya
Pati ora bakal nganti
Ning pati mring Gusti
Manungso kudu mituhu
Ana luput ing ndonya
Abakal digowo mati
Atma palihlah marang Maha Kuwasa
SELESAI NEMBANG KARDI PERGI DAN TIDAK PERNAH TAHU ADA ORANG
YANG MENDENGARKAN DIA NEMBANG TADI
NARKO
NARKO
Lho itu Kang Kardi mau kemana
PARTO
Mungkin ke rumah Bapak
NARKO
Ke rumah Bapak. Bapak siapa?
PARTO
Ya Bapak kita. bapakmu
NARKO
Bapak kan
sudah meninggal
PARTO
Ya, aku tahu
NARKO
Terus, maksudnya rumah yang mana?
PARTO
Rumah yang sekarang
NARKO
Kuburan?
PARTO
Iya
NARKO
Kuburan kok rumah, Kang?
PARTO
Ko, Narko
GELENG-GELENG
NARKO
Habis Kang Parto ngomongnya membingungkan
PARTO
Yang membingungkan yang mana
NARKO
Itu tadi
PARTO
Ko, kuburan itu juga rumahnya orang yang sudah mati, dengan
kata lain bisa disebut makam, kata jamaknya mukim yang maknanya tinggal tinggal
dan tempat tinggal kan sama dengan rumah
NARKO
Ooo, ya, ya aku ngerti sekarang
(diam sejenak)
Tadi Kang Kardi sedang..
BINGUNG TAK TAHU APA YANG DIMAKSUDKAN
PARTO
Nembang, maksudmu
NARKO
Ya, nembang tadi suara Kang Kardi ternyata enak juga. Tapi
aku tidak mengerti dengan kata-katanya
PARTO
Ya, terang saja. Karena bahasa yang digunakan dalam tembang
macapat, sebagian besar adalah bahasa jawa kuno. Dan sekarang bahasa itu sudah
seperti dilupakan. Sekolah sekarang sudak tidak mengajarkan lagi. Akhirnya kamu
dan yang seusia kamu jarang sekali yang mengerti dengan apa yang dimaksudkan.
Itu yang dinamakan dengan pembangunan, membangun sana-sini akhirnya lupa dengan
diri sendiri
NARKO
Tapi
TERDIAM
PARTO
Tapi apanya!
NARKO
Apa yang dimaksud oleh segala omongan Kang Kardi tadi
PARTO
Aku juga bingung sebenarnya apa yang terjadi pada Kang
Kardi. Tapi yang pasti kita harus prihatin dan hati-hati sekarang, makanya
jangan neko-neko
NARKO
Aku semakin lama semakin suntuk, bingung
PARTO
Apa kamu piker, kamu saja yang bingung
NARKO
Ya, aku tahu
KETUS
PARTO
Ko!
NARKO
Apaan sih, Kang
BERDIRI MAU PERGI
PARTO
Mau kemana!
NARKO
Pergi
PARTO
Pergi kemana
NARKO
Tak tahu
NGELOYOR PERGI
PARTO
Hei, Ko, Ko. Ke mana!
NARKO
Ngelayap! keluar
PARTO
Ngelayap, ngelayap
(diam)
Apa sebenarnya terjadi. Apa yang salah dirumah ini. Siapa
yang salah? Apa aku yang salah?
(bertanya, terdiam)
Payah, payah semua kacau
KELUAR. LAMPU MEREDUP
BABAK V
DI DALAM RUMAH, SORE HARI
MUSIC SENJA MENGALUN. PARTO
PULANG DARI SURAU MENGAMBIL RADIO, MENCARI GELOMBANG DAN MENDENGARKANNYA.
MENIKMATI MUSIC YANG TERDENGAR DARI RADIO SAMBIL MENGHISAP TEMBAKAU. KEMUDIAN
MBOK MASUK MEMBAWA BAK MINUMAN.
MBOK
Le, kopinya
PARTO
Ya, Mboh makasih
MBOK
Tadi siang Pak Hardjo mencarimu
PARTO
O, ya tadi aku sudah bertemu di Toko Mak Jum. Mbok?
MBOK
PARTO
Suwaji belum pulang
MBOK
Belum
PARTO
Narko!
MBOK
belum
DIAM, KHAWATIR. KARDI MASUK DENGAN TETAP SANTAINYA, CUEK
PARTO
PARTO
Setiap kali aku melihat Kang Kardi seperti itu, aku jadi
pusing. Jadi ingin ngamuk
MBOK
Sabar To, nanti kan
berubah sendiri
Suwaji masuk tergesa-gesa
PARTO
To ada apa, duduk dulu
SUWAJI
Anu Kang, Narko!
PARTO
Memang Narko kenapa?
SUWAJI
Narko di rumah sakit
PARTO DAN SI MBOK
SEREMPAK
Apa!!
PARTO
Mengapa, apa yang terjadi dengan Narko
SUWAJI
Tidak tahu Kang. Aku belum sempat bertanya
MBOK
To ini bagaimana?
PARTO
Ini semua gara-gara presiden satu ini, bisanya hanya diam.
He, Kardi kalau sudah begini, apa kamu sudah puas. Apa kau akan tetap seperti
itu, diam tak mau berbuat apapun. Bisu seperti patung, berhala. Bajingan kau
Kardi
MBOK
Sabar, To, sabar. Mengapa kamu ngurusin Kakangmu, Narko
adikmu di rumah sakit, To.
PARTO
Iya, aku tahu!!
MBOK
Ini Mbokmu To
PARTO
Ma’af Mbok
Kardi pergi meninggalkan mereka yang lagi bingung
PARTO
PARTO
Hei, bajingan! Mau kemana, enak saja kau. Hei kembali kau,
jangan lari dari tanggungjawab. Kurang ajar. Ku hajar kau
MENGEJAR KARDI DAN KEDUBRAK-KEDUBRIK, BERANTEM
MBOK
Sudah-sudah
(menangis)
kalian ini malah berantem, aduh Parto? Kardi hentikan
KELUAR MENGEJAR ANAK-ANAKNYA
SUWAJI
Ach!! Apa yang harus kulakukan!
KELUAR
SELESAI
0 Response to "MATAHARI 1/2 MATI"
Post a Comment