SEBUAH SUDUT DI SUDUT KOTA KECIL, DI SUDUT MALAM, JAUH DARI HIRUK PIKUK. JAIMAN
TIDUR BERBUNGKUS. BELUM LAMA IA TERTIDUR, TIBA-TIBA PEMBARINGANNYA
MENGGELIAT, BERDERAK-DERAK, JAIMAN MENGERANG-ERANG. KONON, IA BELINGSATAN SEBAB
SELURUH TUBUHNYA DIRAMPOK
HABIS-HABISAN
JAIMAN :
(MENGERANG)…..kakiku…….,aduuhh…….,…..kakiku…..,jangaann…..,aduhh…
sakit….., lepaskan….., ….sakit…..goblok…., ayo lepaskan….bisa copot nanti,
….jangan ditarik begitu,….lho…lho….hei…… kok malah dipelintir…..,
……aduhhh….sakiit….gobloook, hei…. siapa yang kurang ajar ini…? (TERUS
BERUSAHA MEMBERONTAK, TETAPI JUSTRU KAKI SATUNYA KENA BETOT)…
waaa….setan mana lagi yang sudah gila ini?…aduhhh….lepaskan, ini kaki bukan
ketela pohon, bisa copot nanti, ….sakiitt….hei…lepaskan…. sudaahhh….hentikan….,
ayo…pada dengar tidak?….sakit ini………. gobloook…!!…hei,….punya telinga nggak? (BETOTAN
DI KEDUA KAKI SEMAKIN KUAT, JAIMAN SEMAKIN MENGERANG, IA SEMAKIN MARAH, KEDUA
TANGANNYA MENGHANTAM KE SEGALA PENJURU)…. Gila… ….setan kalian
semua….mampus kalian….rasakan ini….biar tahu rasa… (MENGUMPAT HABIS-HABISAN,
TANGANNYA TERUS MENGHANTAM ,TETAPI BETOTAN SEMAKIN KUAT SAJA, JAIMAN SEMAKIN
KACAU, KEDUA TANGANNYA TAK MAMPU MENOLONG MALAH JUSTRU KENA BETOT JUGA) …aaaa…..waaa…,..aduuhh….ampuunn….sudaahhh…aku
menyerah….lepaskan semua…., kalian gila…, saakiitt…., jangan keras-keras dong
nariknya, sakitt…., toloong…., aduuhh…tolooong…aku mau dihabisi…. (SEMAKIN
JAIMAN BERTERIAK, BETOTAN JUGA SEMAKIN HEBAT. BERSAMAAN DENGAN JERITAN PILU
JAIMAN, SATU PERSATU KAKI DAN TANGAN JAIMAN PUTUS. ERANGAN JAIMAN SEMAKIN
MENJADI-JADI. BELUM HABIS IA MENGERANG, TIBA-TIBA JAIMAN DIKEJUTKAN OLEH
CENGKERAMAN YANG KUAT DI KEMALUANNYA TERUS KEMALUAN ITU DITARIK-TARIK
DIBETOT-BETOT. JAIMAN SEMAKIN BELINGSATAN) ..haaaa….wuuaaa…wuaaa….,
aduuhh…, hei.., yang ini jangan, aduhh…, gilaaa…, jangan ditarik yang ini,
burungku…aduuhh…bisa mati aku kalau putus…., aduhhh….sakiittt….., ini sudah
gila-gilaan, …..tooloong…,mati aku…, sakiitt….toloong….(TARIKAN MAKIN
MENGHEBAT, JAIMAN TERUS BELINGSATAN. KEMALUAN JAIMAN PUTUS. JAIMAN MENANGIS
SEJADI-JADINYA. DI ANTARA ERANGAN DAN TANGISAN:….) …ini sudah keterlaluan…
kalian rampok aku habis-habisan. ….aduuhh…., gila semua!…, kakiku sudah habis,
tanganku sudah habis, masih kurang juga, yang ini kalian sikat juga, setan
busuk, sudah pada gatal ya? sampai-sampai barang ginian kalian sikat…..!
Yanti…,Yanti…
aku sudah habis sekarang. Tolong aku Yan…., tolong sayang …., suruh mereka
kembalikan semuanya, ini sakit sayang, tolong aku sayang…!Yaan…, Yantii…..
(TANGISAN JAIMAN MASIH PILU. DI ANTARA TANGISAN IA TERUS MEMANGGIL NAMA
YANTI. DI UJUNG-UJUNGNYA IA MULAI MENGUMPAT. TIBA-TIBA IA MENJERIT KERAS, ADA
YANG MEMBETOT KEPALANYA)
JAIMAN :
huwaa……, apa lagi ini,….kepalaku…., jangan…, jangan ambil kepalaku,
aduuhh..,sakit … leherku sakit…., jangan ditarik…., bajingan..! setan
kalian….., hentikan……, ohhh…., Yanti…., tolong aku……, suruh mereka berhenti,
Yantiii….tolooong….! (ADA YANG MENCEKIK) …Heeghhh….ohhh….hegh…. siapa
lagi ini?….haaa….eghh…. k..k..ka..mu…Yan? Ini … kamu…Yanti….?
Kamu nggak nolong aku, malah ikutan nyikat !….Jangan…Yan, tolong aku
sayang! Jangan dengan cara seperti ini,. …ini menyiksa,
sakiit…Yan….Yanti….jangansayang…., ampun…., ohh…berhenti…, lepaskan….(TARIKAN
DI KEPALA SEMAKIN DAHSYAT. TERSERET-SERET PEMBARINGANNYA) Mau kalian bawa
kemana kepalaku? Hentikan….sakit ini…., tolooong……. Aku dibantai….toloong….
hentikan semua ini…..sudaahh…. saakiit….goblog…..! (BERUSAHA TERUS
MEMBERONTAK. IA KIBAS-KIBASKAN KEPALA, MERONTA-RONTA DENGAN DHASYAT, JAIMAN
SEMAKIN TERHIMPIT, DENGAN SISA-SISA SEMANGAT DAN DENGAN SEKUAT TENAGA IA TERUS
BERUSAHA LEPAS DARI HIMPITAN DAN BETOTAN, TERIAKAN JAIMAN TERUS MENYALAK KERAS.
AKHIRNYA
IA BERHASIL LOLOS. IA TERLONCAT BERDIRI LALU MENJAUHI PEMBARINGAN DENGAN
BERGIDIG)
JAIMAN :
(DALAM BERGIDIG IA MEMERIKSA SELURUH BAGIAN TUBUHNYA DENGAN TELITI,
KHAWATIR DAN TEGANG. SETELAH TAHU SEMUA MASIH UTUH IA LEGA. JAIMAN MENGUMPAT
HABIS-HABISAN……..) Kapan
aku bisa tidur kalau begini terus. Kamu selalu mengganggu. Beri aku kesempatan
sekali saja, agar aku bisa tidur nyaman ,sebentar saja. Aku tahu. Kamu masih
marah padaku, tapi jangan begitu caranya. Masa aku sudah sembunyi nggak karuan
begini masih kamu ganggu. (MENUNJUK KOTAK KAYU DEKIL) Lihat ! ini, ini
agar aku bisa tidur nyaman tanpa terganggu. Kamu semakin gila saja, sekarang
pakai keroyokan lagi. Aku bisa nggak tahan kalau begini, aku bisa mati. Aku
nggak mau mati konyol model begini. Itu mati tak terhormat namanya. Apa lagi
ini sudah jauh, masa aku harus lari lebih jauh lagi. Lalu aku harus lari ke
mana, sembunyi di mana? (MENEPUK-NEPUK KOTAK) Ini sudah di lubang semut, masih
saja kamu kejar. Ini sudah gila! Edan!! Benar-benar keterlaluan! Aku bisa marah
besar kalau begini. Aku hancurkan kamu nanti. Jangan sebut nama Jaiman kalau
sudah marah besar. Kuburanmu akan aku bongkar, lalu tulang-tulangmu akan aku
bakar habis.
JAIMAN :
Selama ini aku masih bisa sabar, sebab kamu tahu kan, aku begitu
mencintaimu. Mana tega aku menghabisimu. Toh aku sudah ribuan kali minta maaf.
Berapa ribu kali lagi aku harus minta ampun? Ribuan kali sudah aku katakan, aku
khilaf saat itu. Aku benar-benar tak punya niat menyakitimu. Aku
sungguh-sungguh mencintaimu. Sampai mati aku cinta. Jadi, tolong pertimbangkan
ini. Aku sudah capek terus-terusan begini, biarkan aku menikmati tidur nyaman
seperti dulu lagi.
JAIMAN :
Oke…, katakanlah aku ini jahat. Tetapi aku tak berniat sedikitpun berbuat
jahat kepadamu. Katakan saja aku brengsek, bajingan, tak bermoral. Itupun aku
dipaksa oleh keadaan. Jadi semua bukan salahku saja. (MENGAMBIL ROKOK DARI
SAKU, LALU MEROKOK DENGAN NIKMAT) Pertama kali aku ditempeleng Bapak karena
ketahuan merokok sewaktu pulang sekolah. Lalu Bapak mengusirku sewaktu tahu aku
menghisap ganja. Dan aku minggat setelah menyikat uang Bapak dan mencuri perhiasan
Emak. Aku minggat ke kota. Aku menikmati hidup bebas di jalanan, di
terminal-terminal, di stasiun-stasiun, aku terbang seperti burung lepas.
Setelah seluruh uangku habis, aku mulai hilang akal sebab perutku kelaparan.
Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku mulai mengais-ngais tong-tong sampah,
memakan sisa-sisa warung dan restoran. Sampai aku ditemukan Mamimu. Oleh Mami
aku diberi kerjaan di salah satu restoran milik Mami.
Aku tunjukkan bahwa aku bisa bekerja dan bisa dipercaya. Sebab aku juga
bisa dan tahu balas budi. Sampai akhirnya aku jadi sopir pribadi Mami.
JAIMAN :
(TERBAWA KENANGAN INDAH, IA TERTAWA NGIKIK) Alangkah indahnya hidup saat itu. Aku merasa
menjadi laki-laki gagah, mobil bagus, rumah bagus, baju bagus, sepatu bagus,
gaji bagus. Semua yang kurasakan adalah kemegahan dan kenikmatan hidup mewah,
meski semua bukan milikku sendiri. Dari hari ke hari yang kulihat adalah
keindahan: Mamimu yang bahenol, parasmu yang cantik, tubuhmu yang seksi, dan
berdekatan denganmu adalah anugerah yang tak kepalang tanggung. Mengantarmu ke
sekolah, belanja di Mall, menemanimu di rumah jika Mami ke luar negeri….., (TERINGAT
SESUATU) ya….., aku ingat sekarang! (WAJAHNYA BERSERI, MENGACAK-ACAK
BEBERAPA TEMPAT,MENCARI SESUATU, KETEMU, LALU DIBAWA KE TEMPAT YANG AGAK
TERANG: ) Ini dia, betul, ini! Yaa…, kain ini kamu pakai saat kita berduaan
di rumah. Mami ke luar negeri, Tiwuk dan suaminya pulang kampung untuk
berlebaran. Kita berdua ngobrol ke sana ke mari sambil nonton tivi. Kamu
bersantai di sofa, aku duduk persis depan tivi. Kita bercanda, tertawa-tawa,
oh… alangkah cantiknya parasmu, dan tawamu yang merdu.
JAIMAN :
Lalu kau bercerita tentang pacarmu si Doni yang brengsek dan penipu itu.
Betapa aku terharu ketika melihatmu menangis karena telah ditipu habis-habisan
olah Bajingan itu. Aku pun mencoba menghiburmu habis-habisan, hingga kamu mulai
bisa tertawa lagi. Alangkah bahagianya aku, melihat senyummu yang mengembang,
cintaku kepadamu terasa semakin menggelora. Ingin rasanya memelukmu, menciummu,
mencumbumu, hinggsa kau merasa nyaman dan aman di pelukanku. Tetapi saat itu
aku tak berani. Sebab aku tahu, kaupun bisa galak segarang singa betina.
JAIMAN :
Ya, aku ingat. Saat itu kamu keluarkan dua lintingan ganja dan kita
menghisapnya bersama-sama. Nikmat…sekali! Kita berdua sama-sama mabok. Kamu
matikan tivi, kamu putar lagu, mengajakku berdansa sambil tertawa cekikikan
sebab aku tak bisa dansa. Kamu terus memaksaku berdansa sambil ngganja. Yaa…,
betapa kakiku gemetaran, dan cintaku semakin membara. Masih lekat di kepalaku,
kulitmu yang halus, tubuhmu yang harum, parasmu yang cantik, bibirmu yang
mungil, hidungmu, rambutmu yang tergerai. Ohh…, Yantii……., lelaki mana yang
tahan dengan semua keindahan itu? Kepalamu bersandar di pundakku, tangan kirimu
melingkar di leherku, harum tubuhmu begitu sempurna menggoda jiwaku. Kurasakan
tubuhmu mulai lemas, ku peluk dirimu erat-erat. Kehangatan buah dadamu begitu
dalam menusuk jantungku. Aku taki tahan, aku tak tahan lagi. Aku bawa tubuhmu
ke sofa, kurebahkan tubuhmu perlan-pelan. Aku pandang dirimu dengan mata penuh
cinta. Bibirmu yang indah merekah, dadamu yang montok, perutmu yang ramping dan
terbuka, dan mulusnya pahamu yang menyembul dari balik kain. Ooo….Yanti…., aku
tak tahan …. sayang! Aku elus rambutmu, aku kecup kenigmu dengan segala
kelembutan cinta, kucium pipimu kiri-kanan, kulumat bibirmu, kuremas dadamu,
kamu diam pasrah. (DIAM SEJENAK, TERTEGUN) Tetapi….., baru saja bibirku
hinggap di lehermu yang bening, dan tanganku mengelus lututmu, kamu meloncat
bangun. Aku tersentak kaget.
JAIMAN :
Saat itu aku melihat dan sadar, aku telah membangunkan singa tidur. Baru
kali itu kulihat kamu benar-benar marah besar. Wajahmu yang elok, menjadi
sangat mengerikan. Aku tak tahan menatapmu seperti itu. Betapa aku takut dan
kikuk. Takut sekali! Aku dengar sumpah serapah di mulutmu. Lalu kakimu, kakimu,
keras sekali menghantam dadaku. Hegh….., sesak sekali, oh…, sakiit… Yanti! (MELOROT
JATUH) Kemudian, kau ludahi mukaku, dan terus memakiku sambil
menendang-nendang tubuhku. (MENGERANG DAN MENGADUH KARENA TERUS DITENDANG)
Tak puas menendangku, kamu ambil tongkat hiasan dinding, kau pukuli aku dengan
tongkat itu. Kurasakan seluruh tubuhku remuk dan sakit, sakiiit…sekali! Tapi
kamu tak peduli. Tak mau dengar lagi betapa aku menjerit-jerit kesakitan,
justru semakin gila saja kau hantam tubuhku habis-habisan. Aku tak tahan lagi,
aku benar-benar tak tahan. Aku bangkit, aku rebut tongkat di tanganmu.
Aku hantam tubuhmu, sekali, dua kali, tiga kali, sepuluh kali, lima belas
kali, entah berapa kali lagi sudah aku hajar tubuhmu, hingga tubuhmu roboh di
lantai. Bedebum!!!! Keras sekali. …Ohhh…………(MENANGIS PILU)
JAIMAN :
(DALAM KEPILUAN) Ooo….. sayangku, cintaku, permataku, apa yang telah
kuperbuat? Maafkan aku sayang! Aku benar-benar khilaf, sayang! Habis, kamu juga
sih. Aku sudah kesakitan dan minta ampun, masih saja kamu hantam. Aku juga
manusia, aku bisa marah kalau disakiti terus menerus. Manusia kalau marah bisa
lebih buas dari binatang, tahu? (TANGISNYA TERHENTI, MARAHNYA KEMBALI) Jadi
aku marah saat itu, besar sekali! Tubuhmu yang terlentang di lantai aku terkam,
lalu aku tindih kuat-kuat. Aku cengkeram rambutmu, aku bentur-benturkan
kepalamu di lantai. Aku sumpahi kamu habis-habisan:
Perempuan sundal tak tahu diri! Kamu kira kamu bersih? Suci? Bah ! Aku
sering lihat kamu sama Doni brengsek itu di sofa sana. Kamu rayu dia, kamu
jilati seluruh tubuhnya sambil merintih-rintih, dan dengan suka cita kamu
biarkan Doni melumat habis tubuhmu. (SAMBIL MENGHANTAM YANTI HABIS-HABISAN)
Kamu Tidak tahu, betapa aku cembutu melihat semua itu! Seharusnya aku yang
mrencumbumu, bukan Doni yang anunya kecil itu!!! Bah !! Sundal ! Memalukan !
Kalau cuma itu yang kamu mau, aku lebih hebat dari kunyuk macam dia, tahu
!! (SEMAKIN MARAH, TUBUH YANTI DIGUNCANG KERAS-KERAS) Kamu saja
yang tak tahu diuntung. Akulah laki-laki yang benar-benar mencintaimu, bukan si
Doni. Dia itu cuma tampangnya saja yang oke, duwitnya oke, tapi soal begituan
dia itu cuma kelas kadal! Doni itu maling, laki-laki bajingaan, lebih bajingan dari
aku. Akan aku buktikan (MENDEKAP KEMALUAN) iniku lebih hebat dari Doni !!
JAIMAN :
Aku benar-benar marah saat itu, marah besar padamu. Aku buka kain di
pinggangmu, lalu…… (NGAKAK DIA) ..ha…haa….ha…aha…haaa… kejutan apa lagi
ini?…haa.. ha…haaa…. Ini lebih mudah dari yang kukira. Nggak punya celana dalam
ya ?! Haaa..haa…haaaa…..! (MEMBAWA TUBUH YANTI KE SOFA, MENUBRUKNYA, TERUS
DIGOYANG ) Nih, rasakan ! Ayo rasakan baik-baik, biar kamu tahu. Si Soni
itu kelas kadaall…! Rasakan, biar kamu tahu kenapa Mamimu selalu
merengek-rengek kepadaku tiap ada kesempatan. Biar kamu tahu kenapa Mami selalu
ketagihan padaku! Otakmu saja yang kacau, dan mulutmu itu ……. (MENGHANTAM MULUT
YANTI HABIS-HABISAN) …dasar mulut sundal,…busuk…. menjijikkan, mulutmu pantas
menerima ini….. (MENGEPAL KERAS KERAS, DIHANTAMKAN KE MULUT YANTI BERTUBI-TUBI.
SETELAH PUAS JAIMAN MENGGOYANG LAGI, KALI INI SEMAKIN GILA)
Kamu kira aku ini apa? Sudah aku bilang berkali-kali, aku ini anak juragan
! Cuma, bapakku juragan kerupuk, juragan tembakau, juragan kayu, juragan becak,
juragan beras. Dan mamimu, juragan salon, juragan restoran, juragan hotel,
juragan peragawati, juragan pelacur! Bapakku di desa, mamimu di kota. Apa
bedanya?
(GOYANGAN JAIMAN SEMAKIN MENGHEBAT) Jadi kita pantas kawin ! Kita sama-sama anak
juragan, sama-sama anak orang kaya. Coba pandang bapakku, jangan pandang aku
yang jongos ini!
GOYANGAN JAIMAN SEMAKIN DAHSYAT. IA BERTERIAK-TERIAK ANTARA MARAH DAN
NIKMAT. LALU MENGEJANG, SEJENAK, KEMUDIAN ROBOH LUNGLAI. NAPASNYA TERENGAH-ENGAH,
MERINTIH-RINTIH, MENANGIS TERISAK-ISAK TAPI AIRAMATANYA HABIS,
MEMANGGIL-MANGGIL NAMA YANTI
JAIMAN :
(TERCENUNG). Setelah
itu…, aku bingung. Aku panik, otakku kacau. Yang aku tahu, aku harus pergi,
pergi sejauh-jauhnya. (MENYAMBAR KAIN) Aku ambil kain ini, aku peluk
erat-erat, aku menangis. Aku tinggalkan kamu sendirian. (MENGAMBIL SEBOTOL
MINUMAN KERAS, LALU IA TENGGAK DENGAN GAYANYA YANG KHAS) Aku bawa kain ini
ke mana pun aku pergi. Agar aku tetap mengenangmu. Agar cintaku kepadamu terus
menggelora. Dengan ini, bisa aku rasakan kehadiranmu di sisiku. Aku sadar aku
tak mungkin lagi kembali di sisimu. Koran-koran mengabarkan kematianmu yang
tragis, mereka tulis besar-besar. Orang-orang ramai membicarakan sebulan penuh.
Aku jadi orang pelarian, aku diburu polisi. Bertahun-tahun aku sembunyi, lari
berpindah-pindah. Dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu kota ke kota
yang lain.
JAIMAN :
Aku kembali menjadi orang yang terhempas dan terbuang. Aku harus mencuri,
menjambret orang di jalanan, agar bisa bertahan hidup. Aku tak mungkin lagi
menjadi orang baik-baik. Lalu aku mulai merampok, Polisi semakin geregetan, aku
terus diburu. Aku pontang-panting menghindari serbuan mereka. Lalu aku mulai
jadi pembunuh. Sudah banyak yang aku bunuh. Terutama perempuan-perempuan sundal
itu, sebab mereka pantas mati, mereka brengsek dan menjijikkan. Tetapi kamu
lain, aku begitu kagum padamu, aku terpesona padamu. Kamu adalah keindahan
segala bidadari. Kamu tak pantas mati (SEDIH SEKALI DIA)
JAIMAN :
Yanti…, sayangku…, aku cinta padamu, sampai mati aku cinta. Jadi, tolong
pertimbangkan ini. Jangan perlakukan aku seperti ini. Jangan ikut-ikutan
memburuku kaya polisi-polisi sinting itu. Beri aku kesempatan tidur barang
sejenak. Masa aku nggak boleh tidur.
Di hotel tidurku tak nyenyak, di tempat pelacur kamu buru, di kolong
jembatan kamu kejar juga, di mana-mana kamu sikat, sampai-sampai tidur kaya
tikus (MENUNJUK KOTAK) masih saja diserbu. Edan, ini sudah kelewatan.
Aku nggak bisa terima ini, aku bisa gila. Ini harus dihentikan, harus! Sekarang
juga, kapan lagi kalau tidak sekarang! (MENYAMBAR KAIN, LALU DIIKAT
SEKENANYA. MENYAMBAR MOTOR, KABUR DIA)
MALAM MASIH PEKAT, ANGIN KEMARAU BERHEMBUS PERLAHAN. DAN KOTA KECIL ITU
MASIH TERTIDUR PULAS. JALAN LENGANG, JAIMAN MELARIKAN MOTOR SEOLAH KESETANAN.
DI SELA-SELA TARIKAN GAS, IA TENGGAK MINUMAN. HINGGA TAK TERASA BOTOL PUN SUDAH
KOSONG. IA LEMPAR BOTOL SEKENANYA
SAMBIL MENGUMPAT. IA TERUS MELAJU MENERBANGKAN MOTORNYA DI JALANAN BERASPAL.
JAIMAN :
( BERTERIAK) Jaimaann….,
mau kemana kau…?
JAIMAN TERUS TANCAP, MATANYA MELOTOT KE ARAH JALAN DI DEPANNYA
.
JAIMAN :
Maann…. ! Berhenti…., Maan….! Kamu mau ke mana? Jalan masih terlalu gelap,
jangan ngebut. Berbahaya !! Jaimaann….. dengar aku, maann….! Kamu bisa mampus
ngebut begini!
JAIMAN :
(TERUS TANCAP GAS)
Biar…! Aku tak peduli. Jaiman nggak gampang mampus, tahu? (SEMBARI NGAKAK)
……ayo…sayang, kejar aku kalau bisa. (CELINGUKAN) Ayo…Yanti, di mana
kamu? Kejar aku sekarang! (NGAKAK LAGI)
JAIMAN :
Jaiman…., jangan bego kamu! Tak ada yang mengejarmu! Jalanan masih sepi,
lihat sendiri baik-baik. Nggak ada orang lain, semua masih pada tidur. Jangan
gila kamu!
JAIMAN :
(SEMAKIN GILA, MAKIN TERBANG MOTORNYA) Diaam….brengsek! Jangan berisik, mengganggu
saja! Mau ngebut, mau enggak, itu urusanku! Tak ada yang boleh melarangku! Ini
sudah kepalang tanggung, aku nggak mau berhenti!
JAIMAN :
Ayolah…Man…, pikir sedikit! Jalan masih terlalu gelap, bahaya….!
Berhenti…,Man! Tunggu terang sedikit kenapa sih? Ingat, Maan…, ini motor
barusan kamu embat sore tadi. Belum jelas gacoannya. Bensinnya, Man, sedikit
apa banyak? Berhenti, Man..!! Lihat businya, masih bagus apa enggak? Teliti
dulu, jangan main tancap begini! Bannya masih oke enggak? ….Awas, Man…! Itu
tikungan di depan…! ….Awaas…..hati-hati………
JAIMAN :
(SAMBIL MELEWATI TIKUNGAN DENGAN MULUS) Cerewet amat! Sudah kubilang diiaaammm….! Soal
tikungan, Jaiman jagonya. Ini motor bagus, goblog! Mana mau aku ngembat kalau
nggak bagus. Jaiman bukan maling belekan! (MENIKUNG LAGI DENGAN MULUS)
Lihat! Yang barusan kamu lihat enggak?
JAIMAN :
Iya…iya! Percaya! Tapi dengarkan aku….! Kamu lagi mabok, Maan…! Otakmu lagi
nggak normal. Kontrolmu masih kacau. Kamu bisa ditabrak kereta api! Sekilo lagi
persimpangan kereta, Man…!
JAIMAN :
Jangan ngaco kamu, Jaiman hapal jalur ini! Persimpangan masih sepuluh kilo
lagi! Dan Ini belum jam kereta lewat. Nanti, habis subuh, gobloog…!(MELEWATI
GUNDUKAN, MOTOR JAIMAN LOMPAT DAN MENDARAT DENGAN MULUS. JAIMAN TERLIHAT
GEMBIRA) Huu…..hu..! haa…haa….ha…, lihat sendiri loncatannya, ini motor
bagus, haa…ha…..haaa……..
JAIMAN :
Jangan main gila, Man..! pelan sedikit kenapa sih? Tadi barusan kamu
kentut-kentut, kamu masuk angin. Kamu sakit, Man…! Pertigaan depan belok kiri,
mampir ke warung si Susi, mintalah kerikan dulu sama dia!
JAIMAN :
(MENGUMPAT KASAR)
Jaiman bukan orang cengeng! Brengsek kamu! Persetan! Jangan banyak bacot! Sudah
aku bilang, soal motor Jaiman jagoannya! Biar sakit sampar sekalipun Jaiman
tetap jago. Ini belum seberapa, lihat, akan kutancap sampai penuh. (DITARIKNYA
GAS, KALI INI DENGAN KECEPATAN PENUH)
JAIMAN :
Maan…, jangaan…., jangan main api, bahaya….! Gila, edan kamu! Pikir
waras-waras, kamu tak punya tujuan! Ini sia-sia !! Lebih baik kamu tidur!
JAIMAN :
Siapa bilang tak punya tujuan. Aku mau bongkar kuburan Yanti. Aku mau buat
perhitungan sama dia. Justru agar aku bisa tidur! Dia sikat aku habis-habisan
tiap hari. Aku akan balas semuanya. Biar adil! Percuma aku mencintainya, ia
lempar cintaku ke lubang tahi. Aku sakit hati sekarang. Akan kubalas dia, akan
aku balaas!
JAIMAN :
Kamu sudah tak waras, Man! Kuburan Yanti itu diseberang sana, delapan ratus
kilo dari sini. Nyebrang laut lagi. Naik pesawat biar cepat, jual motor ini
buat ongkos!
JAIMAN :
Ini kota kecil, goblog! Kamu pikir bisa naik pesawat dari sini? Kamu pikir
kepalaku ini tumpul? Aku ngebut ini juga mau ke bandara! Mau naik pesawat!
JAIMAN :
Jangan, Man! Jangan naik pesawat, nanti kamu bisa ditangkap! Kabarnya buron
kaya kamu banyak ditangkap di bandara.
JAIMAN :
(MENGUMPAT JENGKEL)
Tadi bilang suruh naik pesawat, sekarang lain. Bah ! Persetan dengan kamu! Naik
apa kek, aku tak peduli. Pokoknya aku harus bongkar kuburan sundal itu! (MARAH
BESAR, MOTORNYA DIGEBER PADA PUNCAK KECEPATAN)
JAIMAN :
Man…, Lihaat! Di depan sana! Lihat, Man !! Ada apa itu, Maan! Ada yang
bergerak-gerak di tengah jalan sana. Itu, ramai sekali orangnya! Hati-hati,
kurangi kecepatan! Berhenti dulu, lihat dulu. Itu, Awaas…! Mereka di tengah
jalan, sepertinya mereka membongkar jalan. (MEMELOTOTKAN MATA, MELIHAT
BAIK-BAIK) Mumpung masih agak jauh, kurangi kecepatan! Lihat dulu, lihat
itu mereka, mereka makin banyak! Itu, ya, agak jelas sekarang, gila…! Berhenti,
Maan…! Jalan ini dibuntu sama mereka. Ayo, dengar aku! Hentikan! Balik saja!
Cepat, balik Maan…! Mereka pasti polisi. Mereka menghadangmu Man! Lihat mobil
mereka! Lihat motor mereka! Tidak salah lagi! Ayo, Maan…., balik…., selamatkan
diri kamu…! Jangan gila kamu!
JAIMAN :
Balik, Maaann….! Mereka polisi betulan, ya, sudah jelas sekarang! Balik!
Ini sudah terlalu dekat! Kamu dikepung, Maann…! Jaiman…., jangan gila,
berhenti, masih ada kesempatan, Man…., dengar aku, ini sudah terlalu dekat,
berhenti……, berhenti……, Jaiman……, cepat berhenti, awaas….. Maan….,
Jaiman……...., Jaimaann…………
(JAIMAN TERUS TANCAP. SEMENTARA YANG MENGHADANG TERLALU DEKAT. JALANAN
MASIH GELAP. JAIMAN SEMAKIN TERBANG, SEMAKIN GILA. TIBA-TIBA SEMUA CAHAYA
MENERPA JAIMAN, JAIMAN KELABAKAN. KEMUDIAN SEMUA KEMBALI GELAP SEKETIKA.
Bojonegoro, Oktober 2000
Naskah ini diangkat dari syair lagu karya grass roots Bojonegoro yang berjudul : "Jaiman"
0 Response to "JAIMAN"
Post a Comment