OPERA DRAKULA
OLEH : FAIZAL HARUN
BABAK
I
Adegan
Satu
Ruang tengah sebuah rumah tua. Di
dalamnya masih ada beberapa perabotan mewah dan beberapa lukisan yang masih
terpasang di dinding rumah tersebut. Walaupun terlihat kusam, berdebu karena
sudah lama tidak dirawat. Terdapat banyak jaring laba-laba di beberapa sudut
rumah, sehingga mengesankan suasana sedikit angker dan mengerikan. Ditambah
dengan ilustrasi musik yang memberikan kedalaman suasana yang sedikit mencekam
untuk mengawali lakon ini.
Lalu, muncul dua orang pelayan
dengan kostum sedikit aneh dan wajah berwarna putih membawa minuman dan
meletakkan di atas meja makan. Setelah itu mereka membersihkan beberapa gelas.
Sepertinya, lakon ini mau mengisahkan tentang jamuan makan malam. Dua pelayan
tadi, meletakkan gelas pada masing-masing kursi yang sudah disediakan dan
mengisinya dengan air yang berwarna merah darah, kemudian menyalakan beberapa
buah lilin yang berada di atas meja makan.
Ilustrasi
musik, senantiasa selalu memberikan suasana untuk membantu aktifitas yang cukup
mengherankan ini. Tidak lama muncul satu orang pelayan lagi dari luar sambil
membawa sapu dan kain. Ia membersihkan debu-debu dan merapihkan beberapa
perabotan yang masih terlihat berantakan. Sambil asyiknya mereka beraktivitas,
kemudian instrumen musik menghantarkan mereka pada sebuah laku yang begitu
mereka cintai selama ini yaitu Lirik Lagu Wajib Nasional berjudul “Bagimu Negeri/Padamu Negeri” Pencipta Lirik dan Lagu Kusbini. Dinyanyikan secara koor bersama para
pemusik.
Lirik Lagu Wajib
Nasional:
Padamu
negeri
kami
berjanji
Padamu
negeri
kami
berbakti
Padamu
negeri
kami
mengabdi
Bagimu
negeri
Jiwa
raga kami…….
(Pencipta Lirik dan Lagu :
Kusbini)
Setelah bernyanyi, pelayan 3
menangis tersedu-sedu dan menghentikan aktivitasnya membersihkan perabotan.
Pelayan 1 dan 2 heran, karena tidak biasanya pelayan 3 menangis tersedu-sedu.
Pelayan 2 : (mendekati Pelayan 3) wahai saudaraku senasib sepenanggungan…kenapa
engkau menangis, apa yang membuat engkau begitu sedih malam ini?
Pelayan 3 : (tidak menjawab, malah tangisnya semakin kuat seperti penyanyi seriosa namun
kehilangan tangga nada).
Pelayan 1 : astaga, naga merah!….ditanya kok malah semakin menjadi-jadi, kamu itu menangis apa teriak…sih,
menangis kok malah cacat tempo. Seharusnya kamu itu selayaknya mempertimbangkan
ratusan pasang mata dan telinga yang menyaksikan pertunjukan malam ini. sudahlah
teman. kamu jangan memperkeruh suasana. Nanti kalau Nona dan tuan Drakula tahu,
bisa bahaya masa depan kita sebagai pelayan tuan drakula di negeri sendiri ini.
Pelayan 2 : benar saudaraku, kamu jangan membuat suasana mencekam seperti ini
menjadi cair, seharusnya kamu tetap mempertahankan suasana yang sudah kita
bangun dari awal tadi. Sudahlah, agar lakon ini dapat berjalan sebagaimana
mestinya, sebelumya aku ingin bertanya, apa yang membuatmu menjadi sedih dan
menangis seperti itu.
Pelayan 3 : (tidak juga menjawab, namun suara tangisnya mulai mengecil. Namun
selang beberapa saat, suara tangisnya kembali membuat suasana menjadi tidak
nyaman. Sehingga membuat Pelayan 1 marah besar).
Pelayan 1 : Hei..!!! Drakula cengeng, apa kamu tidak mendengar apa yang dia
katakan. Di tanya kok malah tidak menjawab, sebelum taring gigi ini menerkam
otakmu, sebaiknya kamu jawab.
Pelayan 2 : ayolah teman, jangan kamu
membuat saudara kita ini mengeluarkan taring giginya. Nanti semua hidangan istimewa
ini malah jadi hancur berantakan.
Pelayan 3 : baiklah. Aku akan menjawabnya, tapi aku mohon pada kalian berdua
untuk tidak tertawa kalau seandainya jawabanku ini tidak begitu cerdas.
Pelayan 1 dan 2 : (geram.
Mengangkat kedua tangan mereka,
seolah-olah mau menerkam dan berterikak) jawaaab!!!
Pelayan 3 : iya, maaf… (sambil menahan isak tangisnya), sebenarnya, aku begitu sangat
terharu menyanyikan lagu tadi saudaraku, karena makna lagu tersebut bagiku
sangat dalam sekali untuk negeriku sendiri. Akhirnya aku tidak bisa menahan untuk
menangis.
Pelayan 1 : (tertawa terbahak-bahak, diikuti
oleh pelayan 2), ternyata lagu tadi yang membuat kamu jadi sedih. Aneh
sekali, memang sudah selayaknya kami harus tertawa, karena mendengar jawabanmu sungguh
menjengkelkan, sudahlah sebaiknya kita tuntaskan saja, karena sebentar lagi tuan Drakula akan datang. bisa bahaya kita nanti.
Pelayan 3 : tunggu dulu, aku belum menjelaskan, coba kalian analisa dalam
tiap-tiap baitnya, lagu itu mencerminkan identitas heroik dan patriotisme
untuk dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya pada bait terakhir
(mencontohkan
sambil bernyanyi) bagimu negeri jiwa raga kami……
Pelayan 2 : (heran) maksudmu, saudaraku. Saya sungguh tidak mengerti.
Pelayan 1 : ya, kami tidak merasakan apa-apa tuh!
Pelayan 3 : (kesal) dasar! pelayan yang kurang penjiwaan. bait terakhir
tadi, memberikan suatu pemahaman kepada diri saya dan juga kalian berdua. Bahwa
kita sudah lama mengabdi sebagai pelayan di negeri kita sendiri ini, dengan
mengorbankan segenap jiwa dan raga. Namun sampai saat sekarang, kita sebagai generasi
Drakula yang masih belum diberikan kesempatan
untuk menghisap darah manusia. selama ini, kita hanya mendapatkan sisa-sisa
darah yang tercecer diperempatan parkir, selokan, tempat pembuangan sampah,
terminal, lokalisasi, rumah mewah, dan masih banyak lagi yang ingin saya
sampaikan sebenarnya, nanti malah menyalahi kode etik kita sebagai Pelayan di
negeri kita sendiri ini.
Pelayan 2 : (kepada pelayan 1) benar juga, apa yang dia katakan saudaraku.
Sepertinya kita bertiga merupakan Drakula yang paling sengsara dan kurang dihargai
kesejahteraannya sebagai masyarakat
pelayan, misalnya dalam kamus drakula sesuai dengan ketetapan Undang-undang drakula
pasal tujuh ayat dua ratus sembilan puluh tiga, yang menyatakan bahwa setiap Drakula memiliki kewajiban untuk menghisap darah manusia.
Sudah selayaknya para pemimpin yang duduk di negeri kita sendiri, benar-benar memperhatikan
nasib kita, padahal kita adalah pelayan yang sadar hukum dan taat pajak. Ya, kan?
Pelayan 1 : Lah, pakai Undang-undang dan peraturan hukum segala.
Pelayan 2 : Iya, gitu deh. Saya kan pelayan yang sadar hukum dan per-Undang-undangan.
walaupun tidak semuanya saya ketahui karena masih banyak yang dirahasiakan.
Pelayan 1 : Hati-hati bicara itu sekarang, Negeri Kita sendiri sangat sensitif
dengan kritik, kalau kata-kata mu itu
tercium sama tuan Drakula, bisa mampus kita dan dinding-dinding ini akan
tembus, dan kita akan pasti ditarik ke neraka kesengsaraan yang paling mendalam.
Pelayan 3 : (heran)…O..begitu ya? bisa parah ya?
Pelayan 2 : ya…gitu deh. (sedikit takut). Tidak usah dilanjutkan,
maksud saya…..
Pelayan 1 : sudahlah, sebaiknya kita tepiskan perdebatan itu dulu. Setelah
sidang pimpinan Drakula dunia malam ini. barangkali saja ada sebuah revisi
Undang-undang untuk melibatkan pelayan
seperti kita dalam urusan hisap-menghisap. Sebelum tuan Drakula datang, sebaiknya kita tuntaskan pekerjaan kita.
Ayo, semua beres-beres. (kepada pemusik) mainkan musik-nya
!!!
Pelayan 1, 2 dan 3 : (sambil
bernyanyi) okelah kalau begitu…okelah kalau begitu….okelah kalau begitu…(musik sedikit mengikuti irama lagu Rap,
tetapi tempo musiknya terkesan sedikit berantakan).
Pelayan 1 : (Marah kepada pemusik) sssssstttt!!!! kalian ini malah
ikut-ikutan ngawur. Ini cerita menegangkan dan sungguh mengerikan, kalian
jangan macam-macam ya! malah ikut-ikutan bercanda, ayo…kembali ke musik awal
!!!
(menirukan gaya Tukul Arwana, kemudian kepada Pelayan 2 dan 3) serius
ya, jangan bercanda lagi ya….teman.
Pelayan 2 dan 3 : (serempak)
iya, Mandor pelayan.
Adegan
Dua
Maka, suasana musik-pun kembali
kepada ilustrasi awal yang memberikan kesan sedikit suram dan menegangkan. Ketiga
orang pelayan tersebut kembali beraktivitas seperti biasanya. Kemudian muncul
satu orang tokoh dengan memakai kostum unik dan rias fantasi, yang bernama tuan
Drakula sambil menari dan menyanyikan sebuah lagu. Musik-pun mengikuti irama
yang dinyanyikan oleh tuan Drakula tersebut. Ketiga pelayan langsung saja
menjadi penari latar mengikuti irama musik yang ditampilkan.
Syair:
(Tuan
Drakula)
trala..la..la..la…
trili..li..li…li….
trolo..lo…lo..lo…
trele…le..le..le…
trulu..lu..lu..lu…gueee…
Awalnya, suasana musik terkesan
sangat menegangkan. Pelayan yang berperan sebagai penari latar, menirukan gaya
tari Balet mengikuti ilustrasi musik dan senandung tuan Drakula. Tidak berapa
lama kemudian, tempo musik berubah menjadi irama musik dangdut. Tanpa basa-basi
ia-pun langsung bernyanyi syair di bawah ini dengan irama dangdut.
Aku
lah, tuan Drakula…
penghisap
darah negeri manusia
Nenek
moyangku adalah Vlad Tepes
Itulah namanya dalam
legenda bangsa kegelapan
Seorang Pangeran ini
memerintah kota Vallachia
bangsa Rumania abad
ke-15
Dialah Vampir Transylvania,
begitulah Bram Stoker mengisahkan novel besarnya
Pengikutnya
nyamuk berkepala tiga
Kutu
adalah pamanku yang paling setia
Lintah
adalah sahabatku yang setia bekerja-sama
menu
utama ku adalah darah
Daging,
dedaunan jelas aku tidak suka
berjuta-juta
manusia telah aku hisap
Sehingga
mereka kurus dan mati
lalu
menjadi generasi kami para Drakula penghisap darah
Musik dangdut berhenti, kembali
pada ilustrasi awal, walaupun sedikit kaget mendengar perubahan nada, ia-pun
kembali bersenandung layaknya seorang penyanyi Seriosa.
trala..la..la..la…
trili..li..li…li….
trolo..lo…lo..lo…
trele…le..le..le…
trulu..lu..lu..lu…gueee…
gueee…guaaa…
itulah
motto hidupku,
dan
juga untuk seluruh Drakula penjuru negeri.
Setelah bernyanyi tuan Drakula
langsung batuk-batuk. Musik berhenti seketika dan tiga orang pelayan diam
terpaku statis, sementara mata mereka masih melirik kiri dan kanan sambil
keheranan.
Tuan Drakula : (masih
batuk-batuk) minum…! pelayan!! minum!!!
(pelayan
tidak menyahut, tapi malah menggigil ketakutan). (melihat ke arah belakang),
kurang ajar! kalian saya suruh malah diam membatu dan bisu. kalian sudah berani
melawan perintah….ya?
Pelayan 1, 2, 3 : (serempak)
tidak tuan!!! kami cuma ketakutan.
Tuan Drakula : apa!?
takut!!? dasar Drakula ingusan. cepat ambilkan
saya minum!!
Pelayan 1, 2, 3 : (serempak)
siap!! tuan…. (mereka bertubrukan karena tidak tahu arah yang mana harus dituju).
Tuan Drakula : (menggelengkan
kepala, mengambil minuman yang sudah tersedia di atas meja). Beginilah nasib
kalian sebagai pelayan, takut tapi tetap saja setia melayani.
Pelayan 1 : siap tuan Drakula! Kami
tetap setia Menyerahkan segenap jiwa dan
raga untuk negeri kita sendiri ini dan juga untuk tuan Drakula. (diikuti
pelayan 2, dan 3).
Tuan Drakula : bagus,
suatu saat nanti saya akan memberikan
penghargaan darah perawan tua untuk kalian.
Pelayan 1, 2, 3 : (serempak)
perawan tua? Apa tidak ada kebijaksanaan
untuk memberikan darah perawan belia
tuan Drakula yang terhormat?
Tuan Drakula : jangan
membantah!!
Pelayan 1, 2, 3 : (serempak)
siap tuan Drakula, bisa dimengerti. Tidak adalagi bantah-bantahan (dalam
hati penuh penyesalan).
Tuan Drakula : Bagaimana
persiapan pertemuan Drakula sedunia malam ini. Apakah semua sudah beres?
Pelayan 2 : di jamin semuanya beres tuan.
Pelayan 3 : tuan Drakula bisa lihat sendiri, hasil kerja yang sudah kami laksanakan secara singkat, padat
dan jelas.
Tuan Drakula : bagus..bagus..kalian memang pelayanku
yang paling setia.
Pelayan 1, 2, 3 : (serempak)
ah, tuan Drakula jangan begitu deh..kami
kan jadi malu.
Suasana begitu cair karena
Pelayan 1, 2, 3 dan tuan Drakula tertawa terbahak-bahak. Dan mereka kembali
menari dan menyanyikan sebuah lagu.
Syair:
(Tuan Drakula)
Hatiku
senang riang dan gembira
Terhibur
karena selalu didampingi tiga pelayan yang setia
(koor Pelayan 1, 2 dan 3)
Kami-pun
juga terharu, riuh dan selalu ceria
Karena
tuan Drakula akan memberikan kami jatah perawan tua
Walaupun
muntah, kami akan tetap setia
Mudah-mudahan
itu langkah awal bagi kami
Mendapatkan
perawan belia
(Tuan Drakula)
Jangan
begitu wahai pelayan setiaku
Tugas
negaramu, adalah wajib
Walaupun
imbalannya belum seberapa
Tapi
apabila kalian selalu teguh pada hati untuk negeri kita sendiri
Jangankan
satu perawan belia
Empat
puluh sembilan perawan belia
akan
kalian santap darahnya…..
(koor Pelayan 1, 2 dan 3)
Oh,
sungguh besar dan mulia hatimu wahai tuan Drakula
Nenek
moyang kita pasti akan bangga
Kutu
dan Lintah senantiasa senang dan bahagia
Ketika syair selesai dinyanyikan,
musik-pun perlahan berhenti dan kembali mengisi ilustrasi untuk membantu
suasana lakon ini.
Tuan Drakula : Sudah
berapa tamu yang hadir malam hari ini?
Pelayan 1 : sudah lengkap tuan. Tiga orang pimpinan Drakula dari negeri seberang, Panas
sekali dan negeri perbatasan yaitu Drakunta, Drakunti, dan Drakuntu
tuan. Dan dua orang pimpinan Drakula dari negeri tetangga bernama Drakursi
dan Drakurdasi tuan. Namun ada satu orang sepertinya tidak masuk
dalam daftar undangan kita, juga hadir pada malam hari ini tuan. mungkin saja
ia, seorang penyusup yang sengaja ingin mengacaukan agenda kita malam ini tuan.
Tuan Drakula : bagus..bagus..(diam sejenak) apa!! Satu orang yang tidak ada dalam
daftar undangan? Penyusup!!?
Pelayan 1 : benar tuan Drakula….
Tuan Drakula : apa
kamu sudah menanyakan identitas dirinya secara detail?
Pelayan 1 : belum sempat tuan. saya lupa menanyakannya. Melihat wajahnya saja,
saya jadi ingin muntah tuan. Apalagi kalau sempat bertanya, bisa pingsan saya
dibuatnya.
Pelayan 2 : iya tuan, wajahnya lebih
menakutkan dibandingkan wajah bangsa Drakula
negeri kita sendiri yang terkenal cantik, gagah imut, dan romantis walaupun
sangar dalam tindakan hisap-menghisap.
Tuan Drakula : alah,
kamu bisa saja (bangga yang terkesan sedikit
malu-malu).
Pelayan 2 : (tertawa kecil), begitulah kenyataannya bukan, tuan Drakula?
Tuan Drakula : betul..betul..betul…!!!
(dengan
bangga) lembut, tapi sangar
dalam segala tindak penghisapan.
Pelayan 3 : bagaimana kalau tuan Drakula sendiri yang langsung
menanyakan identitas tamu tidak diundang itu sebenarnya?
Tuan Drakula : tidak usah, nanti akan tercium
sendiri siapa dia sebenarnya.
Pelayan 3 : siap, tuan Drakula…saya sudah yakin tua pasti akan menjawab
seperti itu (menirukan gaya Bos Besar).
Tuan Drakula : begitu
ya, boleh juga. Baiklah, sekarang saya perintahkan kau untuk memanggil ajudan saya, suruh dia kemari
sekarang juga!!
Pelayan 3 : siap lagi, tuan Drakula. Perintah langsung saya laksanakan, secara
cepat, singkat, padat dan tepat sasaran (langsung menuju ke luar, tidak berapa lama,
Pelayan 3 balik lagi).
Pelayan 3 : (sedikit terbata-bata), maaf tuan.
Tuan Drakula : kenapa
kamu balik lagi?
Pelayan 3 : begini tuan….maksud saya…(berfikir lama).
Tuan Drakula : ada
apa?
Pelayan 3 : saya lupa dengan instruksi
yang tuan berikan, saya harus memanggil
siapa tadi, ya?
Tuan Drakula : (dengan
santai) mmm….kamu ini memang generasi Drakula yang bolot juga ternyata.
Pelayan 3 : siap, benar tuan. Mendengar kalimat tuan sebantar tadi, saya
langsung ingat. Pasti
memanggil
ajudan kan he…he…he…o, ya lupa (mengangkat sebelah kaki, langsung kabur ke
luar).
Tuan Drakula : bisa
habis kesabaran saya dibuatnya, huh!! (kepada pelayan 1 dan 2) di mana
cinta terkasihku malam ini, kenapa dia belum juga muncul untuk menemuiku yang sudah lama menunggu dari
tadi?
Pelayan 2 : maaf tuan Drakula, tadi kami lihat dia tertidur pulas setelah
menyantap darah. Untung kami masih bisa mencegahnya. Kalau tidak, kita pasti kekurangan stok darah dalam pertemuan besar
malam hari ini. Tidak mungkin tuan Drakula kembali berkeliaran malam ini
hanya sekedar untuk mencari darah baru, nanti rapatnya malah tidak jadi tuan.
Bos Drakula : benar,
otakmu memang encer! Sekarang kamu bangunkan dia, karena tepat pukul 12 malam,
kita akan mulai rapat besar ini. Suruh dia, berdandan layaknya Puteri
Cinderella, carikan ukuran baju yang yang pas sesuai dengan tekstur tubuhnya, (sedikit
berbisik) biar kelihatan sedikit langsing begitu….ya, sudah cepat
laksanakan!!
Pelayan 2 : Pasti tuan Drakula. Kekasih tuan pasti akan saya bangunkan secara singkat, padat, dan
jelas (langsung menuju keluar).
Tuan Drakula : kalau
kembali lagi, saya congkel hidungmu!
Pelayan 1 : kok hidung tuan, kenapa bukan mata?
Tuan Drakula : nggak
apa-apa, biar terkesan agak bijaksana saja.
Pelayan 1 : tuan memang selalu mempertimbangkan rasa prike-Drakula-an.
Tuan Drakula : istilah
siapa pula itu?
Pelayan 1 : maklumlah tuan, penulis naskahnya terkadang sok ilmiah, sok intelek.
Mentang-mentang sudah jadi sarjana. Pakai istilah seenak perutnya saja.
Tuan Drakula : iya,
ya….memang kebanyakan seperti itu. Tapi yang jelas, itu tidak semua, hanya
tertuju pada penulis naskah ini saja bukan?
Pelayan 1 : benar tuan, (menegaskan) hanya untuk penulis
naskah ini saja.
Tuan Drakula : bagus….(berfikir
sejenak) dan..kamu!
Pelayan 1 : apa saya harus keluar juga tuan Drakula?
Tuan Drakula : tepat
sekali! Sekarang, saya perintahkan agar kamu memanggil tamu-tamu terhormat yang
masih berkeliaran di luar sana agar menunggu di luar. Nanti, kamu akan saya
perintahkan lagi untuk membawa mereka masuk ke dalam ruang persidangan ini.
Pelayan 1 : dengan senang hati tuan Drakula, perintah segera dilaksanakan (langsung menuju keluar).
Sekarang tinggal tuan Drakula
sendiri dalam ruang pertemuan. Tidak berapa lama, terdengar dering handphone
berbunyi di dalam jubahnya. Tuan Drakula begitu kaget dan kebingungan setelah
mengambil handphone tersebut di dalam sakunya. Akhirnya ia kembali memanggil
pelayan.
Tuan Drakula : (berteriak)
Pelayan!!...Pelayan!!!
Pelayan 1,2, 3 : (datang
serentak dari arah yang berbeda-beda), ada apa tuan Drakula?
Tuan Drakula : kenapa
harus muncul semuanya..!!
Pelayan 1,2, 3 : (serempak)
begitulah penulis naskah menginginkan
suasana seperti ini tuan Drakula. Pada
bagian ini, semua Pelayan harus hadir kembali semuanya. Katanya begitu tuan.
Tuan Drakula : (kesal)
dasar! Penulis naskah edan. Apa kalian tadi mendengar alat ini berbunyi?
Pelayan 1,2, 3 : (serempak)
pasti tuan Drakula, bunyinya deras sekali sehingga bisa memekak-kan gendang telinga
ratusan penonton di sini tuan Drakula.
Tuan Drakula : saya
juga heran, terkadang tanpa diperintah, alat ini berbunyi begitu saja, apa
kalian tahu nama alat ini apa?
Pelayan 1, 2 dan 3 : (tertawa
terbahak-bahak), tuan memang lucu sekali, masa di era globalisasi
dan milenium
sekarang ini, tuan juga belum akrab dengan teknologi komunikasi yang digunakan
oleh manusia
Tuan Drakula : kalian
jangan menyindir ya, sebenarnya saya sudah lama mendengarnya. Tapi, kalau untuk
urusan memegang, ya…baru kali ini.
Pelayan 2 : maaf tuan Drakula yang terhormat, nama alat ini adalah Handphone.
Pelayan 3 : benar tuan, Handphone ini merupakan alat
teknologi komunikasi yang digunakan oleh manusia tanpa kabel, tetapi
mengandalkan sinyal dari satelit.
Pelayan 1 : (mendekati dan setengah berbisik) baru beli ya tuan?
Tuan Drakula : bukan,
ini pemberian seorang perempuan mantan kekasih Pangeran Drakula negeri tetangga.
Pelayan 3 : (kaget) ya, saya pernah menonton pemberitaan yang begitu hangat
dalam dunia gosip di negeri manusia belum lama ini.
Tuan Drakula : (menceritakan
dengan penuh perhatian) setelah ia mencurahkan isi hati, pengalaman
hidup, isak tangis dan perasaanya pada saya. Akhirnya, saya-pun tidak tega
menghisap darahnya.?
Pelayan 2 : begitu sedih juga kisah hidupnya ya tuan?
Tuan Drakula : iya,
lebih sedih daripada film India. Sudahlah, Ayo cepat, siapa yang bisa
menggunakan alat ini?
Pelayan 1,2, 3 : (serempak)
saya tuan Drakula!!!
Tuan Drakula : baik,
kamu (menunjuk
Pelayan 1), kalian berdua
kembali kepada aktivitas sebelumnya.
Pelayan 2, dan 3 : okelah
kalau begitu….(langsung menuju keluar).
Pelayan 1 : (heran) sungguh sebuah Handphone bagus tuan. Jenis handphone seperti ini betul-betul sudah menjamur
walau dengan merek yang berbeda di negeri manusia tuan.
Tuan Drakula : apa
mereknya itu?
Pelayan 1 : kalau di sini tertera dengan nama HumanBerry tuan.
Tuan Drakula : (berfikit
sejenak) HumanBerry, pasti ini istilah baru lagi dari penulis naskah
sok intelek sialan ini. Ya, kan?
Pelayan 1 : (tertawa kecil) benar tuan, kira-kira begitu. Kita kan cuma
para tokoh yang hanya menjadi corong alur berfikirnya saja tuan.
Tuan Drakula : nanti,
apabila saya bertemu dengan dia. Saya pasti akan menghisap darahnya bukan dari
lehernya, tapi dari otaknya sendiri. Biar, langsung mampus.
Pelayan 1 : sepakat tuan, tapi sisakan buat saya ya tuan.
Tuan Drakula : tentu,
sebagai mandor Pelayan. Bagian mu pasti akan didapatkan. cepat!! Jangan banyak
komentar (lalu, handphone kembali berdering).
Pelayan 1 : ada yang menelfon tuan Drakula. (menekan tombol Handphone dan
menyerahkan kepada tuan drakula) jawablah tuan Drakula, barangkali saja
ada informasi penting.
Setelah Handphone berada di
telinga Bos Drakula, langsung saja mati.
Tuan Drakula : (kepada
Pelayan 1) kok tidak ada yang kata-kata sedikit-pun, tidak ada denyut
nafas juga tidak ada suara, hanya diam menjadi hembusan angin pada daun telingaku
ini.
Pelayan 1 : puitis sekali kata-kata itu tuan Drakula ini, tuan memang penyair
hebat, pandai sekali merangkai kata-kata. Mungkin sudah terlanjur lama,
sehingga Handphone-nya mati sendiri. Tunggu saja dulu tuan. Nanti,
apabila Hanphone ini kembali
berbunyi, saya sarankan agar tuan memulainya dengan kata ‘halo’.
Memang benar Pelayan 1, tidak
berapa lama kemudian Handphone tersebut langsung kembali berbunyi. Tuan Drakula
langsung menyerahkan Handphone ke Pelayan 1 untuk mengaktfkan tombol ok pada Handphone,
dan menyerahkan kembali kepada tuan Drakula.
Tuan Drakula : Halo,
(ada
jawaban, tuan Drakula langsung ke Pelayan
1) sssttt!! dengar, ada yang menjawab. ya, tuan Drakula negeri kita
sendiri di sini, ada yang bisa saya bantu, ini dari siapa? (kepada Pelayan1)
ternyata seorang gadis.
Pelayan 1 : boleh saya tahu, tuan.
Tuan Drakula : nanti
saya beri tahu (kembali menelfon) oh ya..ya..ya…benar, bagaiman kabar nona sekarang
ini? Oh, kurang begitu sehat, mmm….sebaiknya nona minum obat, biar sakitnya
bisa sembuh. (kepada Pelayan 1)
Drakula kok, sok memberi perhatian!
Dasar….(kembali menelfon), ya….halo, (Handphone langsung mati, tidak
ada lagi jawaban). Kok mati?
Pelayan 1 : barangkali saja jaringan-nya sedang bermasalah tuan. Coba tuan
sendiri yang menelfon ke nomor itu lagi. Sini, biar saya bantu. (menekan
nomor, dan menyerahkan pada tuan Drakula). Ini tuan
Tuan Drakula : (selang
berapa lama, ternyata terdegar suara dari operator sentral yang dibantu oleh
suara pemusik) “maaf, nomor yang
anda tuju sedang pergi shooping di
Mall, makan di Restoran mewah dan setelah itu ia pasti Chatting dan main game
online melalui Facebook, tidak
pernah lagi belajar dengan rajin
apalagi membaca buku pelajaran” (tuan Drakula, tertawa geli mendengar pesan
dari operator tersebut) lucu juga ya…
Pelayan 1 : kenapa tuan, apa katanya?
Tuan Drakula : semakin
maju dunia teknologi yang dibuat oleh negeri manusia, semakin susah juga kita
menebak apa yang ada dalam pikirannya. Tampaknya kita sebagai bangsa Drakula
negeri kita sendiri ini bisa gila dibuatnya. Beruntunglah, kita hanya diberi
kekuatan memiliki teknologi manual penghisap darah (tertawa terbahak-bahak lalu memberikan
Handphone kepada Pelayan 1). Sekarang
Handphone
ini saya serahkan padamu. Terserah mau kamu apakan. Ya, sudah. Sekarang kamu
kembali kepada tugas yang belum kamu laksanakan.
Pelayan 1 : baik tuan, perintah segera dilaksanakan (langsung menuju ke luar).
Lumayanlah bisa buat chatting (tertawa kecil).
Dengan iringan ilustrasi musik,
Tuan Drakula mengamati ruang sidang Drakula se-dunia dan melihat jam tua yang
berada di sudut rumah, dan membayangkan tentang pertemuan yang tidak beberapa
lama lagi akan dilaksanakan.
Adegan Tiga
Ketika tuan Drakula baru mau
mendudukkan pantatnya di kursi, ia langsung terperanjat karena kaget mendengar
suara sang Kekasih marah-marah dari luar kepada Pelayan 2 karena ia telah
dibangunkan.
Drakusanti : (sambil ngomel-ngomel memasuki ruang tengah), dasar!!, pelayan sialan. apa
kamu tidak melihat kalau diriku kekenyangan
sehingga kau berani sekali masuk kamar dan membangunkan diriku yang sedang tertidur
lelap di ranjang empuk.
Pelayan 2 : (bicara terbata-bata) Ampun Nyai, eh….salah. Big
Mama…..
Drakusanti : apa kau bilang, Big mama, kamu kira saya gemuk apa? Untuk kamu ketahui ya, saya ini
adalah gadis yang paling tercantik di negeri ini. Tolong kamu catat.
Pelayan 2 : sekarang Nona?
Drakusanti : (heran dan sinis) maksudmu?
Pelayan 2 : tadi, Nona bilang saya harus mencatat. Tapi saya tidak ada kertas
dan pena Nona.
Drakusanti : berani sekali ya, kamu mencoba mempermainkan diriku. Dasar
Drakula yang tidak pernah diajarkan teori simbol.
Pelayan 2 : maaf…nona Kekasih dan tersayang tuan Drakula yang terhormat. Mulai sekarang, saya
tidak akan mengulang kesalahan ini lagi.
Drakusanti : bagus.…itu yang diriku suka. sebagai seorang pelayan, kamu itu harus
selalu patuh pada kode etik kehormatan Kerajaan Drakula di negeri sendiri.
Memang begitulah resiko kamu kalau mau menjadi seorang pelayan, mengerti?
Pelayan 2 : mengerti Nona, tapi tadi itu, saya hanya melaksanakan perintah
dari tuan Drakula
Tuan Drakula : (mendekati
Drakusanti), benar sayangku, cinta terkasih ku yang abadi. Dia memang
aku perintahkan untuk membangunkan
dirimu, janganlah engkau marah-marah. Kata dokter negeri kita sendiri, apabila
perempuan idaman hati suka marah-marah, itu pertanda malapetaka penyakit stroke
komplikasi hukum drakula akan merajalela kekasih hatiku.
Drakusanti : benarkah, sayangku (sambil memeluk tuan drakula begitu erat,
sehingga tuan drakula kesulitan untuk melepaskannya).
maafkanlah diriku cintaku. Diriku tidak akan mengulang kesalahan yang terus
terjadi berulang-ulang kali. Tapi, hal ini terjadi hanya alamiah saja
kekasihku. (Pelayan 2 hanya mencibir, menirukan omongan Drakusanti).
Tuan Drakula : (sambil
menahan nafas) iya, benar sayangku. Tidak apa-apa (berusaha melepaskan diri dari
pelukan Drakusanti). Hanya sebuah kerinduan yang membara, sehingga aku
meminta ia untuk membangunkanmu. Apabila engkau ingin menyalahkan ia karena
itu, maka redakanlah amarahmu untuk sebuah kesejukan hati. Apakah aku perlu
mendatangkan tiga ton Es batu untuk menghentikan rasa kesalmu yang tak kunjung
reda.
Drakusanti : tidak usah kekasih hatiku, mulai detik ini secara otomatis tombol
amarah ini akan aku matikan.
Pelayan 2 : (meyakinkan Drakusanti) benar
Nona kekasih tuan Drakula yang baik hati.
Terima kasih kalau dirimu sudah mau untuk berbaik hati.
Drakusanti : (Marah) Stop!!!...dan diam, jangan ikut campur, mengerti! (kepada
Tuan Drakula, sambil malu-malu) eh, maaf kekasihku tombol off
belum aku tekan, masih on ternyata.
Pelayan 2 : (mengalah) sebelum petir
menyambar lagi, (sambil melangkah ke arah luar), sebaiknya saya cabut dulu. Permisi….kabuuurrr!!! (keluar).
Drakusanti : (kesal dan marah lagi) sialan, memangnya mulut saya halilintar apa, pakai istilah petir segala! (berteriak)
awas ya, nanti kamu akan saya PHK layaknya buruh pabrik di negeri manusia.
Tanpa pesangon sepersen-pun!!!.
Tuan Drakula : (merayu)
sudahlah sayangku, cinta dan terkasihku.
Biarkan saja dia, sebaiknya kita berdua di sini menunggu tamu-tamu kita yang masih bergentayangan di luar sana. Tepat pukul
dua belas nanti, rapat besar para pemimpin Drakula se-dunia akan kita mulai.
Drakusanti : begitukah, baiklah. Dengan senang hati diriku akan selalu
menunggu dan mendampingi struktur dramatik dari kisah ini selanjutnya.
Mudah-mudahan tombol amarahku tidak lagi on-line layaknya dunia maya. Tapi tuanku,
bolehkah diriku minum lagi sayangku. haus juga nih, karena dari tadi aktingku
marah-marah saja.
Tuan Drakula : baiklah
kekasih pujaaan hatiku. Sebentar, karena di atas meja ini adalah minuman untuk
para tamu terhormat kita, maka saya akan mengambilkan minuman khusus untuk
dirimu di dapur kita saja.
Drakusanti : begitukah, dengan senang hati diriku menerima tawaran kreatif
dari dirimu
Tuan Drakula : (layaknya
suami takut istri) alah kamu bisa saja (menuju ke luar).
Drakusanti seperti wanita yang
sedang kasmaran, hatinya sungguh sedang berbunga-bunga, ia menari dan
menyanyikan syair, dengan dibantu irama yang bergaya musik Melayu.
(Syair Drakusanti)
Betapa bahagianya
hatiku
Memiliki kekasih
pujaan hati
Tiap detik jantungku
selalu berdegup kencang
Apabila ia sudah
mulai berkata-kata
Apalagi menatap
wajahnya
Denyut nadi
seakan-akan membakar darah dalam diri
Tuan
Drakula Masuk. Memperhatikan Drakusanti bernyanyi
(Syair Drakusanti)
Itulah yang sedang
aku alami
Layaknya gadis remaja
di negeri manusia
Ingin selalu dekat, dekat
dan dekat
Rasa cemburu adalah
hasrat untuk setia
Tapi yang jelas,
diriku bukanlah Drakusanti sang pencemburu buta
Cuma sedikit waspada
saja
apabila ada yang
ingin merebut hatinya
Musik terus saja mengalir,
mengikuti tempo syair dan senandung yang dinyanyikan Drakusanti. Bos Drakula-pun ikut menari layaknya penari
Balet dengan gerak-gerak yang sedikit komikal, ia merespons irama lagu dan
senandung Drakusanti. Dan Bos Drakula juga ikut bernyanyi.
(Syair Tuan Drakula)
Oh, gadis cantik
Drakula negeri kita sendiri
Hatiku terpaut bukan
karena bentuk tubuhmu
Bukan juga karena
porsi makanmu yang selalu berlebihan
Tapi, memang karena
nasib
Layaknya cinta tak
ingin membunuhmu
Seperti syair grup band
di negeri manusia
Begitulah hatiku,
wahai permaisuriku
Engkau adalah kekasih
idaman pujaan hatiku
Apabila ada Drakula
lain yang ingin mengganggumu
Atau, manusia mata
keranjang sekali-pun
Janganlah engkau
segan-segan untuk melapor
Jelasnya bukan kepada
Polisi, Pamong Praja, Satpam,
ataupun Hansip
hanya akulah tempat
yang engkau tuju
sebagai tempat untuk
mengadu
Pasti para pengganggu
itu akan aku Dorrr!
Menirukan
gaya banci, Drakusanti tertawa kecil dan sedikit malu-malu menyaksikannya.
(Syair Tuan Drakula)
Tapi bukan pakai
senjata api, pesawat tempur, tank baja, kapal perang, maupun kapal selam.
Tapi, dengan taring
gigiku yang terkenal tajam
Para pegganggu itu
pastilah akan aku sedot,
tanpa darah setetespun
yang tersisa.
Begitulah hatiku
padamu
Menghadap
kesamping, dengan ekspresi sedikit mencibir.
(Syair Drakusanti)
Kalau begitu
kata-kata kakanda yang bijak walau sedikit satir adinda tentunya selalu
menerima dengan lapang dada…….
Layaknya adegan romantis zaman
klasik, Bos Drakula menyerahkan minuman walaupun hanya tinggal sedikit, akibat
tumpah waktu ia menari dan bernyanyi. Melihat air yang tinggal sedikit.
Drakusanti sebenarnya ingin marah besar, tapi tertahan karena kedipan mata dari
tuan Drakula, akhirnya Drakusanti meminum air tersebut walau dengan wajah yang
sedikit kesal dan duduk di kursi. Tidak berapa lama kemudian, Ajudan Bos
Drakula muncul bersama Pelayan 3. Dengan membawa sebuah Laptop, i-pod dan headset
yang terpasang di telinga Ajudan.
Pelayan 3 : (dengan nada suara yang begitu keras, karena headset i-pod tertera
ditelinganya) siap tuan Drakula, perintah sudah dilaksanakan. Penasehat
tuan, sudah tepat didepan mata.
Tuan Drakula : bagus.
Masih dapat dimaklumi, walaupun kedatangan kalian sedikit mengganggu suasana
romantis ini.
Penasehat : apakah kami berdua, harus ke dalam dulu tuan. Nanti setelah acara
romantis-nya sudah selesai, kami akan masuk lagi.
Tuan Drakula : tidak
usah. (sedikit berbisik pada Penasehat), justru sebenarnya saya ingin
mengatakan, kalau kedatangan kalian tepat pada waktunya. Kalau tidak, tubuh
saya akan diremas layaknya kerupuk Palembang.
Pelayan 3 : (masih dengan nada suara yang tinggi) apa tuan?
Tuan Drakula : (kepada
Penasehat) kenapa begitu keras sekali nada suaranya Penasehat?
Penasehat : maaf tuan, ada sesuatu yang terpasang di telinganya.
Tuan Drakula : apa
itu?
Penasehat : itu headset namanya tuan, untuk mendengarkan lagu melalui i-pod.
Tuan Drakula : pantas,
gayanya seperti orang kerasukan layaknya anggota sekte pemuja kita.
Penasehat : tepat sekali tuan, memang musik itulah yang sedang ia dengarkan
saat sekarang ini. Sekte pemuja kita dan juga Setan tuan.
Tuan Drakula : Setan?
Si perayu dan penggoda itu, bukan?
Penasehat : benar tuan, masa tuan bisa lupa.
Tuan Drakula : itulah
Penasehat, tampaknya kita-pun juga harus melakukan konsolidasi juga dengan
mereka, maka lengkap sudah kekuatan kita saat ini. Dan aku semakin yakin kita
bisa berkuasa untuk segala-galanya.
Penasehat : begini tuan…..
Tuan Drakula : sebentar
penasehat.
Penasehat : ada apa tuan?
Tuan Drakula : saya
harus menyuruh kekasih pujaan hati, untuk berdandan dulu, biar pembicaraan kita
berdua agak lebih fokus.
Penasehat : baiklah tuan, tidak apa-apa
Tuan Drakula : (pada
Drakusanti), sayang….cintaku kekasih pujaan hatiku. Alangkah baiknya
engkau pergi berdandan malam ini, biar pertemuan kita malam ini akan lebih
semarak ketika semua Drakula yang hadir akan memuja kecantikanmu.
Drakusanti : begitukah, kekasihku. Degan senang hati aku pasti akan mewujudkan
keinginanmu.
Tuan Drakula : (pada
Pelayan 3) hei…pelayan!!!
Pelayan 3 : (membuka headset ditelinganya) apa tuan sebentar ini memanggil
saya?
Tuan Drakula : iya
sayang (dengan geram) tadi saya memanggil kamu.
Pelayan 3 : apa yang bisa saya bantu tuan?
Tuan Drakula : antarkan
kekasih hatiku ke kamar, biar dia berdandan begitu cantik malam ini
Pelayan 3 : (kaget dan langsung memandang Drakusanti) baik tuan. (pada
Drakusanti) silahkan nona, dirimu akan aku antarkan ke kamar tidur. (akhirnya
mereka berdua perg keluar).
Tuan Drakula : ya,
mereka sudah pergi. Sekarang lanjutkan pembahasanmu tadi, sampai di mana ya?
Penasehat : saya ingat tuan. begini, berdasarkan analisis data yang sudah
saya pelajari selama ini, ternyata kita sangat sulit untuk menguasai negeri
manusia itu tuan.
Tuan Drakula : kenapa
kamu bisa mengatakan hal demikian?
Penasehat : karena ada satu kekuatan besar yang mereka miliki dan sulit untuk
kita tembus secara keseluruhan.
Tuan Drakula : apa
itu?
Penasehat : banyak dari mereka itu punya keyakinan Agama yang begitu kuat. Rasa
ke-Iman-an
dan rasa ke-Tuhan-an adalah senjata ampuh yang sulit untuk kita tebas agar
kita sebagai bangsa Drakula negeri sendiri benar-benar mampu berkuasa
sepenuhnya.
Tuan Drakula : jadi,
kamu berkesimpulan, kita tidak akan bisa berkuasa, menghisap darah mereka
sampai ke akar-akarnya, sampai kemudian mereka menjadi bangsa Drakula negeri
kita sendiri?
Penasehat : tepat sekali jawaban tuan Drakula.
Tuan Drakula : apa
kamu pikir, dengan menghisap berjuta bahkan sudah ratusan juta darah mereka
selama ini, kita masih belum bisa menguasai mereka?
Penasehat : benar tuan, berdasarkan data statistik yang sudah saya susun.
Ternyata, kita telah banyak menghisap darah manusia yang memiliki ke-Iman-an
dan rasa ke-Tuhan-an yang lemah. Sehingga mereka-pun akhirnya juga
bertingkah laku seperti kita tuan, bahkan tidak hanya darah saja yang mereka
hisap, bahkan dagingnya sendiri-pun juga ikut di makan tuan.
Tuan Drakula : (senang)
bagus itu. Justru orang yang lemah rasa ke-Iman-an dan ke-Tuhan-an itulah korban
empuk kita.
Penasehat : tapi, tuan. mereka itu memiliki kerukunan umat ber-Agama
yang kuat dan kokoh. Dan aku yakin, kita sangat sulit untuk meruntuhkan benteng
pertahanan mereka itu, karena dengan itulah mereka bersemayam sehingga tidak
bisa digoyahkan apalagi dihancurkan.
Tuan Drakula : sekarang
kamu catat pembicaraan penting ini, agar kita bisa membahasnya dalam sidang
Drakula dunia malam ini. Barangkali saja, dalam pertemuan selanjutnnya kita
akan mengundang raja Setan untuk dapat berdialog dengan kita.
Penasehat : baik tuan. Tapi, saran saya. Tuan jangan terlalu cepat percaya
dengan kerja Setan. Karena mereka memiliki tipu muslihat yang paling terkenal
semenjak nabi Adam bersama Hawa berhasil ditipunya supaya memakan buah Qhuldi
ketika mereka masih berada di Sorga, hingga akhirnya mereka berdua tercampak ke
sebuah negeri yang disebut dengan negeri manusia, saat itu juga raja Setan dan
pengikutnya bersumpah kepada Tuhan supaya sampai hari kiamat akan datang, semua
anak cucu Adam adalah santapan psikologi dan pemikiran dari godaan, rayuan dan
tipu muslihat mereka untuk melakukan kejahatan dan meninggalkan amal dan
kebaikan. Itulah sumpah mereka, tuan.
Tuan Drakula : lalu,
kita ini siapa?
Penasehat : kita juga manusia tuan. manusia yang memiliki taring tajam,
manusia dalam sisi yang lain, kita adalah manusia yang muncul dalam kegelapan
malam, ketika kepak sayap kelelawar sedikit menutupi terangnya bulan purnama
dan lolongan srigala adalah tanda bahwa pada saat iulah kita harus mencari
mangsa. Teriakan para lelaki dan perempuan adalah kebanggaan dari rasa haus dan
lapar. Di saat itulah kita menyadari bahwa darah adalah santapan kita yang
paling utama, walaupun yang kita santap adalah diri kita sendiri. Begitulah cerita
fiksi horor dan menegangkan mengajarkan, sehingga kita menjadi manusia yang
begitu menakutkan dan lenyap pada malam itu juga sebelum terang bulan kembali
pada sinarnya.
Tuan Drakula : (terdiam
sejenak) berarti kita membunuh dan menghisap saudara kita sendiri,
begitu maksudmu?
Penasehat : itu adalah takdir dalam sebuah cerita fiksi tuan. tapi yang
jelas, kita berbeda dengan mereka. Para pengarang yang mengatur semua struktur
dramatik, bahkan terkadang sejarah sekali-pun telah banyak menjadi sebuah
karangan imajinasi demi sebuah kepentingan, karena hidup tetap dilandasi atas
nama kepentingan-kepentingan. Apakah itu dinilai baik ataupun buruk tuan,
sehingga kita sendiri sulit menebak inti kebenaran yang sesungguhnya. Kita ini,
hanyalah idiom si pencerita untuk menjelaskan maksud tersirat kepada pembaca
dan juga penonton dari kehidupan itu sendiri tuan.
Tuan Drakula : Stop!
Cukup! Sudah begitu lengkap uraianmu wahai orang yang aku percaya jadi
penasehat. Nanti bisa muntah saya mendengarnya. Terlalu lama saya mendengar
ocehan darimu, bisa batal juga pertemuan saya malam ini. Tampaknya sebuah
perintah yang bisa membuat otot psikomotorik kamu bisa kembali
bekerja.
Penasehat : baiklah tuan. jika itu yang tuan kehendaki, saya siap menerima
perintah untuk dapat mengendorkan syaraf dan otot saya untuk bekerja.
Tuan Drakula : apa
kamu tahu, ada seseorang yang tidak masuk dalam daftar undangan kita hadir pada
malam ini?
Penasehat : tidak, tuan.
Tuan Drakula : bagus.
sekarang, saya perintahkan kamu untuk melacak identitas tamu yang tidak
diundang tersebut. Siapa dia sebenarnya? Dari mana asalnya?
Penasehat : baik tuan. segera akan saya laksanakan (mau melangkah ke luar, di
panggil lagi oleh tuan Drakula).
Tuan Drakula : Penasehat!
Penasehat : ya, tuan
Tuan Drakula : kalau
seandainya, dia itu adalah manusia. Secepatnya kamu harus melapor kepada saya.
Mengerti!!
Penasehat : baik, tuan. perintah segera dilaksanakan (menuju ke luar).
Tuan Drakula : (mengeluh)
sungguh sebuah cerita yang membosankan, hampir muntah aku mendengarkannya. (melihat
jam) gawat, tinggal tiga menit lagi. (memanggil Pelayan 1)
Pelayan!!!
Suara dari luar : (serentak)
pelayan yang mana tuan, pelayan satu,
pelayan dua, apa pelayan tiga tuan?
Tuan Drakula : sekarang
saya perintahkan, pelayan satu untuk menghadap secepatnya!!!
Pelayan 1 : (langsung muncul) siap tuan, hadir.
Tuan Drakula : cepat
juga naluri Drakula-mu
Pelayan 1 : harus siap sedia tuan, biar tidak salah panggil. Terkadang kita
juga harus mempermainkan penulis naskah tuan. Masa selalu kita yang jadi
korban.
Tuan Drakula : bagus
sekali, idemu memang cerdas. Sebagai mandor Pelayan, tidak berapa lama lagi
Sidang akan dimulai. Sekarang dalam satu menit, saya perintahkan agar semuanya
sudah berada di dalam meja sidang ini, termasuk kekasih tercinta pujaan hatiku,
mengerti!!.
Penasehat 1 : mengerti
tuan, (langsung ke luar arah kanan, dan balik lagi ke arah kiri, melihat Tuan
Drakula) maaf tuan, salah arah ternyata.
Tuan Drakula, hanya
menggelengkan kepala melihat tingkah Pelayan 1. Tidak berapa kemudian, dengan
dibantu ilustrasi musik, lampu-pun secara perlahan mulai meredup dan mati (fade
out).
BABAK
II
Adegan
Satu
Masih dalam ruang yang sama. dengan
segala perabotan yang tidak berubah. Namun, perubahan di sini hanya terlihat
dari jumlah tokoh yang berada di ruang sidang Drakula se-dunia. Musik
memberikan irama dan tempo multi-etnik nusantara dan juga ada unsur musik etnik
dunia. Para tokoh dalam naskah ini, kemudian menari mengikuti irama musik yang
dihadirkan. Lalu pada musik tertentu, mereka-pun akhirnya bernyanyi layaknya
menyanyikan sebuah lagu Mars.
(Koor)
Kami
ini adalah bangsa Drakula
Manusia
bertaring menghisap negeri manusia yang lemah
Kelembutan
adalah senjata utama
Belaian
kami akhirnya pasti berujung malapetaka
Sedotan
kami terkenal di mana-mana
Dari
balita, apalagi bagi kalangan lanjut usia
Tanpa
slang dan paralon kami-pun menyedot darah
Setelah
itu,
hanya
tertawa dan darah yang tumpah
menjadi
pelepas dahaga.
Itulah
kami bangsa Drakula negeri sendiri
Siapa
yang melawan, tidak segan-segan kami menghisapnya
Siapa
yang patuh-pun, dengan mudah kami bisa membelainya
Wahai
negeri bangsa manusia
Sebentar
lagi kami akan berkuasa
Sudah
pastilah kalian menjadi menu santapan kami yang utama
Cepatlah,
oh cepatlah
Kalian
berdandan semua
Karena
kami akan datang bertamu
Dan
menghisap semua
Yess…!!!!
Mantap dan sedap!! (layaknya penyanyi Rock)
Setelah musik berhenti,
masing-masing mereka duduk di meja sidang. Pelayan 2 dan 3 berdiri berjaga-jaga,
sementara Pelayan 1 belum berada di dalam ruang pertemuan tersebut. Layaknya
sebuah sidang yang formal, semuanya duduk diam terpaku, sesekali memandang kiri
dan kanan, mempersiapkan diri dan menunggu kata pembuka yang dilakukan oleh
tuan Drakula. Karena begitu senangnya hati mereka. Mereka tidak menyadari kalau
ada satu kursi yang masih kosong.
Tuan Drakula : baiklah
saudara-saudara sekalian. Sekarang tepat pukul dua belas, dengan ini, sidang
saya mulai dengan meminum segelas darah yang sudah kami sediakan. Silahkan
tuan-tuan (semua yang hadir meminum darah dengan senang).
Drakursi : Maaf tuan, tampaknya masih ada yang kurang dalam persidangan ini.
Tuan Drakula : (tertawa
kecil), tuan ini bisa saja. Tenang tuan, persoalan darah yang kurang, sudah
pasti kami akan melengkapinya atau bahkan melebihkannya sekaligus.
Drakursi : bukan itu yang saya maksud tuan (sedikit malu-malu).
Tuan Drakula : apa
tuan melihat ada yang kurang dalam penampilan bidadari saya ini (Drakusanti
tersenyum mendengar ucapan tuan Drakula), he..he..he…tenanglah tuan,
semua keinginan para undangan terhormat malam ini sudah pasti akan saya
fasilitasi setelah sidang ini kita tuntaskan?
Drakursi : tetap bukan tuan, yang ingin saya katakan adalah, bahwa saya tidak
melihat Drakurdasi dalam persidangan ini.
Mendengar kata-kata
Drakursi, semua mata tertuju pada satu kursi yang masih kosong, semua yang
hadir sedikit termenung dan berfikir tentang keberadaan Drakurdasi yang tidak
hadir dalam persidangan tersebut.
Drakuntu : sebelum kita masuk ke dalam ruangan ini, saya melihat dia sedang
duduk di pinggir danau sendirian.
Drakunta : dipinggir danau?
Drakuntu : ya, tuan Drakunta. Saya perhatikan, tamu kita dari negeri
tetangga itu kelihatannya sedikit suka menyendiri.
Drakunti : iya, saya juga berfikir seperti itu. barangkali saja dia masih di
sana tuan. Bagaimana kalau ada salah seorang dari kita yang menyusulnya ke
sana?
Tuan Drakula : tidak
usah, saya mempunyai pelayan yang siap melayani apa yang kita inginkan untuk
kelancaran jalannya sidang ini. (kepada Pelayan 3), coba kamu lihat
ke tepi danau. Apakah tuan Drakurdasi masih ada di sana atau tidak?
Pelayan 3 : siap tuan. Perintah segera saya laksanakan (langsung keluar).
Tuan Drakula : (sedikit
kesal) huh! Maaf tuan-tuan terhormat, tampaknya sidang malam ini harus
kita tunda sejenak. Sampai tuan Drakurdasi benar-benar duduk di kursi kosong
itu.
Drakusanti : (kesal) aduh kenapa lama sekali Pelayan menyebalkan satu itu,
sayangku….apa tidak sebaiknya dirimu saja yang menyusulnya keluar?
Tuan Drakula : sabarlah,
cinta terkasihku. Sebentar lagi dia pasti sudah datang.
Drakusanti : (menguap) ngantuk juga sayang. Tampaknya diriku harus
mengurangi ngemil darah, mungkin karena gemuk ini yang membuat diriku mudah
ngantuk.
Tuan Drakula : (mendekati)
sssttt! Jangan bicara hal itu sayang.
Drakusanti : diriku hanya mengatakan apa yang dirasakan, sayang!
Drakunta : bagaimana kalau nona sedikit melakukan program diet, dengan cara
berolah raga, sering menonton sinetron kejar tayang dan iklan kecantikan di
Televisi. Seperti iklan memperhalus wajah, mengecilkan perut yang buncit dan menghitamkan
rambut. Pasti nona akan merasakan sendiri dampaknya.
Drakuntu : (sedikit tertawa) sudah pasti nona adalah Drakula wanita yang
paling seksi di negeri ini.
Drakunti : di negeri kami, program ini merupakan hal yang utama nona. Hampir
semua Drakula di sana bertubuh ideal dengan cara seperti itu. Sudah pasti, kita
sebagai bangsa Drakula dapat secara agresif menghisap darah manusia dengan
lembut dan cepat.
Drakusanti : benarkah itu tuan-tuan?
Tuan Drakula : sudahlah
sayang, janganlah kamu terlalu takut dengan apa yang kamu miliki. Walaupun
dirimu begitu, diriku tetap setia mendampingi dirimu dengan senang hati.
Drakusanti : tidak, sayang. Ini sudah aku tanamkan dalam hati. Benar kan
tuan-tuan?
Drakunta, Drakunti
dan Drakuntu menjawab serentak “benar
nona”
Drakusanti : tuh, kan sayang. Mereka saja begitu mendukung diriku.
Tuan Drakula : terserah
pada dirimu saja.
Adegan
Dua
Tidak berapa lama,
Pelayan 1 muncul dengan nafas terengah-engah mendekati tuan Drakula. Dengan
ekspresi yang begitu kalut dia menceritakan peristiwa yang baru saja
dilihatnya.
Pelayan 1 : maaf tuan….
Tuan Drakula : ada
apa?
Pelayan 1 : tampaknya kita menghadapi persoalan yang maha dahsyat, layaknya
gempa bumi yang selalu melanda negeri manusia.
Tuan Drakula : (marah)
kamu itu jangan bertele-tele, langsung saja pada pokok persoalan. Ada masalah
apa?
Pelayan 1 : baru saja saya melihat, tamu yang diundang itu berbicara dengan
Penasehat tuan.
Tuan Drakula : tamu
tidak diundang (berfikir sejenak), hmm… hampir lupa kita membahas tokoh yang
satu itu dalam lakon ini tuan-tuan. Apa yang kamu dengar dari pembicaraan
mereka?
Pelayan 1 : saya tidak mendengarnya tuan, hanya melihatnya saja.
Tuan Drakula : itu
berarti, kamu masih dalam tataran curiga. Seharusnya, kamu itu mendengarkan apa
yang sedang mereka bicarakan.
Pelayan 1 : saya hanya melihat dari kejauhan tuan, disela-sela daun ilalang
dekat danau. Saya melihat, tamu yang tidak diundang bersama Penasehat mendekati
tamu kita, tapi saya lupa namanya.
Drakursi : namanya Drakudasi pelayan.
Pelayan 1 : mungkin itu, tuan.
Tuan Drakula : apa
kamu melihat Pelayan tiga juga di sana?
Pelayan 1 : persis dan pasti tuan, saya tidak melihatnya di sana tuan.
Tuan Drakula : pantas,
ia begitu lama.
Drakunta : saya yakin, pasti ada yang salah di sini.
Drakuntu : maksudmu?
Drakunta : ya, saya mencium ada penyusup dan pengkhianat yang ingin
mengacaukan pertemuan kita malam ini.
Drakuntu : benarkah?
Drakursi : sebaiknya, kita dengar dulu penjelasan dari pelayan ini dulu,
setelah itu baru kita mengambil sebuah kesimpulan.
Drakunti : sepakat, mendengarkan penjelasan seseorang tentunya segala
persoalan dapat kita atasi tanpa asumsi dan pembenaran diri sendiri.
Tuan Drakula : baiklah.
Silahkan lanjutkan ceritamu tadi.
Pelayan 1 : baik tuan. Begini, setelah sampai ditepi danau. Saya melihat ada
sedikit keributan. Akhirnya, dengan tatapan jernih, saya melihat segerombolan orang
menyekap mereka berdua lalu membawanya pergi.
Tuan Drakula : (tidak
sabar) lalu?
Pelayan 1 : saya berusaha mengikuti jejak mereka tuan. Tepat pada lorong
perbatasan dengan negeri manusia, mereka masuk. Dan, secara otomatis saya
benar-benar kehilangan jejak mereka tuan.
Tuan Drakula : hmm…ternyata
dugaan saya dari awal adalah benar, mengenai tamu yang tidak kita undang dalam
pertemuan ini. Ternyata Penasehat telah berani berkhianat dengan bangsa
Drakula, saya yakin dialah otak dari semua ini. Karena, sebelum sidang ini
dimulai, Penasehat itu sempat mempengaruhi saya tentang ke-Iman-an dan ke-Tuhan-an.
Ternyata manusia itu sudah mengetahui rencana kita.
Pelayan 2 : dahsyat!!
Tuan Drakula : (semua
mata menatap Pelayan 2) dahsyat!! Apa benar kata itu yang kamu katakan
tadi?
Pelayan 2 : maaf, tuan. Hanya kesalahan pada lidah saja. Maksud saya bukan
dahsyat, tetapi gawat!!!
Tuan Drakula : tepat
sekali, itulah kata-kata yang tepat untuk saat sekarang ini. Gawat! dia itu
pasti manusia penyusup, dan Penasehat telah bersekongkol dengan manusia untuk
menghancurkan kita.
Pelayan 1 : ya tuan, manusia paling jelek yang pernah saya temui tuan.
Tuan Drakula : dia
itu bukan jelek, tetapi memakai topeng sehingga kita telah berhasil ditipunya.
Kurang ajar!!
Pelayan 1 : ya, tuan. Dia memang seperti manusia bertopeng tapi kelihatan
sekali topeng itu telah melekat secara sadar diwajahnya.
Drakursi : apa ceritamu sudah cukup?
Pelayan 1 : sudah tuan Drakursi, begitulah akhir dari cerita saya yang
memprihatinkan.
Drakursi : bagus. Jangan dilanjutkan lagi pembahasan mengenai topeng. Maaf
tuan Drakula, saya meminta agar kita tidak membahas tentang topeng lagi, tapi
kita sedang membahas tentang saudara kita yang telah diculik oleh manusia.
Tuan Drakula : baiklah,
tapi…kenapa kaki saya menjadi bergetar. Apa manusia, sudah begitu sangar
melebihi kita?
Drakunta : barangkali saja iya, tuan. Saya yakin ini adalah hari pembalasan
dendam manusia terhadap kita tuan.
Tuan Drakula : saya
kira tidak. Ini hanyalah sebuah ancaman kecil saja. Kita pasti bisa
mengatasinya.
Semua orang yang ada
dalam ruangan tersebut, begitu panik sekali. Namun ada satu orang yang tidak
panik. Dia adalah Drakusanti. Drakusanti tidak mendengarkan ketegangan suasana
yang sudah dibangun oleh para tokoh, tetapi dia malah tidur sambil mendengkur. Semua
mata tertuju pada arah Drakusanti yang tertidur pulas di meja ruang sidang.
Tuan Drakula : (kesal)
dasar kekasih yang tidak tahu terima kasih. Suasana begitu menegangkan, eh…dia
malah tidur seenaknya saja.
Drakunta : apa yang harus kita lakukan tuan Drakula?
Tuan Drakula : itulah
yang sedang saya pikirkan tuan tuan Drakunta. Tampaknya kita semua harus
berfikir malam ini. Sehingga ada ide untuk menemukan kembali saudara kita yang
dibawa ke negeri manusia. (kesal) batal juga sidang malam ini!
Drakunti : jangan ragu tuan, persidangan pasti tetap akan kita laksanakan.
Drakursi : melihat situasi seperti ini. Saya yakin, kita tidak bisa
melanjutkan pertemuan tuan.
Drakursi : alangkah baiknya, kita tidak memikirkan soal agenda pertemuan
lagi tuan-tuan. Tampaknya, hal ini sudah direncanakan begitu lama dan
terorganisir tuan.
Drakuntu : benar, ini adalah masalah serius yang harus kita hadapi. Saya
yakin ini adalah sabotase manusia yang ingin menggagalkan rencana kita tuan.
Tuan Drakula : tampaknya,
malam ini juga. Kita semua harus memasuki lorong negeri manusia untuk menemukan
saudara kita, Drakudasi.
Drakuntu : ya, itu adalah ide yang sangat cemerlang tuan Drakula. Kita harus
menajamkan penciuman dan membuka mata agar kita bisa bertemu mereka di negeri
manusia.
Tuan Drakula : baiklah
kalau begitu. Kita akan pergi malam ini juga.
Semua Drakula yang
hadir dalam ruang pertemuan tersebut serentak menyatakan “siiiaaappp!!!”.
Masing-masing
mereka mempersiapkan diri untuk berangkat.
Pelayan 1 dan 2 : apa
kami berdua diizinkan untuk pergi tuan?
Tuan Drakula : ya,
semuanya harus pergi malam ini juga.
Pelayan 1 dan 2 : (menunjuk
malu-malu) dan itu?
Tuan Drakula : siapa,
maksudmu?
Pelayan 1 : maksud kami, nona tuan.
Tuan Drakula : oh,
dia. Biarkan saja ratu tidur ini di sini saja. Ayo berangkat.
Layaknya bintang film
Cowboy, semua Drakula berjalan dengan lagaknya masing-masing sambil bernyanyi
dengan iringan musik dengan gaya Rock.
(Koor)
Kami
ini Drakula sejati
Pantang
menyerah, apalagi dapat pantangan
Ditantang-pun
kami tetap tegak berdiri
Kepalkan
tinju kami siap menghadang
panjangkan
taring kami siap menerkam
wahai
penyusup dari negeri manusia
kau
telah menculik
wahai
penasehat dari negeri kita sendiri
kau
telah berkhianat
tidak
ada kata maaf untuk kalian berdua
kami
akan datang, menuju lorong negeri yang engkau ciptakan
negeri
manusia yang telah berani menculik bangsa Drakula
tiada
maaf yang akan terima
tapi
kematian kalianlah yang harus menjadi nyata
ayolah,
kawan-kawan semua
sebelum
fajar menjemput pagi
marilah
kita semua melintasi batas-batas
ayo…..!!!
Adegan
Tiga
Akhirnya mereka semua
keluar. Drakusanti masih saja tertidur lelap, tanpa merasakan ketegangan
peristiwa yang sedang terjadi. Tidak berapa lama, Pelayan 3 muncul dengan wajah
yang sedikit lesu. Layaknya seseorang yang putus asa karena sedang putis cinta.
Ia memasuki ruang pertemuan, tetapi tidak melihat siapa-siapa kecuali
Drakusanti.
Pelayan 3 : (heran) ke mana semuanya,
kenapa mereka tidak melakukan pertemuan, ya….apa mereka sudah mabuk
minum darah? Heran juga….sepi, sunyi…tidak alunan nada dan suara sedikitpun.
Drakusanti : (berusaha untuk bangun dan membuka matanya, setelah matanya terbuka. Ia
melihat Pelayan 3 tepat di depannya) dasar! Ya…Pelayan tidak tahu diri,
ditunggu kok malah tidak muncul-muncul kemana saja kamu?
Pelayan 3 : tadi mencari kamu, eh salah….mencari tamu yang di danau nona, tapi
tidak ketemu.
Drakusanti : (memandang sekeliling ruangan), kemana mereka?
Pelayan 3 : siapa nona kekasih hati tuan Drakula?
Drakusanti : ya, mereka yang rapat malam ini. Atau barangkali pertemuannya
sudah selesai?
Pelayan 3 : saya tidak tahu nona, karena saya juga baru sampai nona.
Drakusanti : mungkin saja, mereka sedang istirahat sebentar.
Pelayan 3 : saya melihat, semuanya benar-benar sunyi dan kosong nona. Hanya
kita berdua saja yang tinggal. Kemana saya harus melapor nona?
Drakusanti : (berusaha berdiri, ke arah ke luar) simpan saja laporanmu itu
untuk tahun depan. Saya mau tidur dulu (sambil menguap sekuat-kuatnya)
tidur lagi..ahh!! (keluar, dan membiarkan Pelayan 3 sendirian).
Pelayan 3 : (menoleh) tapi……
Setelah itu, secara
perlahan lampu mati (Fade Out), Pelayan 3 hanya bisa bingung sendiri, karena
merasa bersalah, apalagi melihat tidak ada lagi Drakula yang melakukan
pertemuan pada waktu itu.
BABAK III
Adegan
Satu
Ilustrasi musik
dengan bunyian-buanyian alam. Ada suara air yang mengalir, kicau burung,
memberikan suasana yang nyaman. Lampu perlahan dihidupkan (fade in). di tambah
lagi dengan irama saluang sedikit memberikan kedalaman musikal yang begitu
merdu dan indah. tampak beberapa orang sedang berjaga-jaga, dan Penasehat duduk
walaupun sedikit tampak gelisah. Tidak lama kemudian, muncul seorang tokoh di
dalam naskah ini dipanggil dengan nama Manusiawi. Topeng yang digunakannya
begitu mengerikan, akhirnya ia membuka topeng itu dan membuangnya.
Manusiawi : bagaimana keadannya, tuan?
Penasehat : sampai saat sekarang, dia belum sadarkan diri. Mungkin dosis obat
yang tuan suntikkan sangat tinggi sekali.
Manusiawi : tidak apa-apa, lebih tinggi dosisnya pasti akan menentukan hasil
yang baik.
Penasehat : mudah-mudahan saja seperti itu.
Manusiawi : Sungguh sebuah penyamaran yang begitu menakjubkan. Dan kita
berdua telah berhasil menipu mereka.
Penasehat : juga menggagalkan rencana pertemuan mereka tuan.
Manusiawi : ya, benar. Penasehat. Dengan kekuatan Iman dan Ke-Tuhan-an
yang kita miliki. Mereka tidak bisa mencium darah diri kita sebagai manusia
yang kuat.
Penasehat : begitulah tuan. Dengan Laptop ini, saya telah berhasil
untuk mencatat dan menyimpan seluruh rencana mereka untuk menguasai negeri
manusia.
Manusiawi : bagus. Pikiranmu begitu cerdas, beruntung saja mereka tidak
mencurigai penyamaranmu sebagai penasehat di negeri mereka.
Penasehat : saya yakin, mereka begitu panik saat ini tuan. Dan berusaha
mencari saudara mereka yang kita culik.
Manusiawi : justru itulah yang saya inginkan penasehat. dan kita akan mampu
mengukur, sejauh-mana kekuatan mereka untuk menguasai negeri manusia ini.
Penasehat : apakah menurutmu, mereka akan berhasil menemukan kita?
Manusiawi : melihat posisi kita sekarang ini, tentunya akan sulit bagi mereka
untuk menemukan keberadaan kita tuan Penasehat.
Penasehat : mudah-mudahan saja begitu tuan. Dengan begitu, kita akan lebih
leluasa untuk melakukan eksperimen untuk menggagalkan rencana mereka dalam
menguasai negeri manusia.
Manusiawi : benar. Ini adalah sejarah baru manusia dalam melawan Drakula
negeri kita sendiri. Karena sudah terlalu banyak saudara kita negeri manusia
telah dihisapnya hanya untuk kepentingan kepuasan diri sendiri tanpa
mempertimbangkan rasa pri-kemanusia-an sedikitpun.
Penasehat : tapi, darah yang mereka sedot adalah saudara kita yang lemah Iman
dan rasa ke-Tuhan-an, sehingga sudah banyak saudara-saudara kita menjadi
bagian dari mereka.
Manusiawi : ya, inilah saatnya kita harus menyelamatkan saudara-saudara kita
negeri manusia. Sehingga yang benar-benar ada di dunia ini adalah orang yang
benar-benar menjadi manusia sesungguhnya, bukan manusia yang berhati Drakula
seperti mereka. Inilah tantangan dalam melakukan tugas mulia ini tuan.
Penasehat : selama saya menyamar menjadi penasehat mereka. Saya sudah
menemukan titik kelemahan mereka tuan.
Manusiawi : begitukah? Kira-kira kelemahan seperti apakah sehingga kita
benar-benar mampu melumpuhkan kekuatan mereka?
Penasehat : kelemahan mereka adalah, meminum darahnya sendiri tuan, akhirnya berakhir
dengan kematian yang begitu mengerikan.
Manusiawi : (tertawa kecil) ini sungguh suatu rencana yang begitu
menakjubkan. Jadi, itukah rencanamu untuk menculik salah satu dari anggota
mereka.
Penasehat : tepat sekali tuan. Apabila mereka berhasil menemukan kita di sini.
Kita tidak perlu melawan mereka dengan kekuatan fisik. Kita akan menjamu mereka
dengan darah, darah itu harus kita buat lebih segar layaknya darah manusia. Dan
saya yakin, mereka akan menyerah dan mati dengan darahnya sendiri.
Manusiawi : bagus. Tampaknya kita harus mempercepat melakukan tugas mulia
ini. Ayo, sebelum dia siuman, sebaiknya kita duluan yang menyedot darah Drakula
sialan itu. Dengan darah itu, dia adalah korban pertama kita semenjak ratusan
tahun.
Penaehat : pakai mulut tuan?
Manusiawi : tentu, bukan. Pakai suntik gajah saja-lah, kita akan sedot
darahnya sampai habis.
Penasehat : saya kira pakai mulut (tertawa, menyindir).
Manusiawi : tuan penasehat ternyata suka melucu juga, ya…. mentang-mentang
sudah lama bergaul dengan mereka.
Penasehat : (tertawa) tuan manusiawi bisa saja. Di dalam keseriusan
karakter yang diberikan penulis naskah ini, sebenarnya ada yang ia lupa. Bahwa
saya menyimpan selera humor yang begitu tinggi tuan.
Manusiawi : begitukah?
Penasehat : benar tuan.
Manusiawi : sebenarnya saya juga begitu, tuan. Cuma kadar humor yang
diberikannya sangat sedikit sekali. Sehingga terkesan saya ini adalah tokoh
yang sulit untuk tertawa, walaupun saya tertawa, sangat terkesan sekali kalau tertawa
saya ini dibuat-buat (mencontohkan gaya tertawanya yang aneh).
Penasehat : ya, tuan memang lucu pada tataran tertawa saja. Mari tuan, kita
ke dalam dan kita laksanakan tugas ini. Sebelum mereka benar-benar dapat
menemukan kita di sini.
Manusiawi : baik, mari (mereka menuju lubang gua dan memerintahkan
kepada Penjaga untuk waspada dan hati-hati).
Adegan
Dua
Irama musik saluang
dan efek suara alam terus mewarnai jalannya peristiwa ini. Tidak berapa lama
kemudian, tuan Drakula bersama Drakunta, Drakunti, Drakuntu, Drakursi, Pelayan
1 dan 2 muncul.
Tuan Drakula : saya
mencium, ada sesuatu yang aneh di sini?
Pelayan 1 : apa yang sedang tuan cium sehingga terkesan aneh?
Tuan Drakula : itu
hanya persoalam makna kata saja. Berdasarkan ketajaman penciuman saya sebagai
penguasa Drakula negeri kita sendiri. Saya yakin, saudara kita pasti berada di
sini.
Drakunta : saya malah mencium aroma darah manusia di sini tuan.
Tuan Drakula : ya,
itu karena tuan Drakunta sangat haus sekali.
Drakunta : benar tuan, saya haus sekali.
Tuan Drakula : (kepada
Pelayan 2) eh, karena darah tidak ada. Sekarang saya perintahkan agar
kamu mengambil air putih di belakang.
Pelayan 2 : Cuma air putih tuan?
Tuan Drakula : iya,
Cuma air putih. Bawa semuanya kemari, masa dari tadi kita sudah lama berdialog.
Air putih sedikitpun tidak diberikan, dasar pelit.
Pelayan 2 : siapa yang pelit tuan?
Tuan Drakula : penulis
naskah ini tentunya. Sangat pelit dengan kesejahteraan tokoh dalam naskah ini.
Padahal ini, hanyalah proyek kejar tayang.
Pelayan 2 : baik tuan, perintah akan saya laksanakan dengan singkat, padat dan
tepat sasaran (keluar, dan masuk lagi membawa satu kardus minuman. Dengan cepat,
mereka berebutan minuman dalam kardus).
Tuan Drakula : bagaimana
tuan-tuan semuanya? Sesuai dengan janji. Apapun yang terjadi, saya tidak ingin
menelantarkan tamu-tamu terhormat saya, walau hanya dengan air putih saja.
Drakursi : terima-kasih tuan. Sedikit air putih ini sangat berharga bagi
kami, walaupun hanya baru kali ini kami meminumnya.
Tuan Drakula : ya,
bagaimana lagi. Namanya juga kehausan (mereka tertawa terbahak-bahak).
Baiklah, sekarang kita lanjutkan saja lakon ini.
Drakunti : bagamana kalau kita menyebar, untuk mengetahui lebih dalam daerah
ini.
Drakuntu : ide yang bagus. Saya sepakat, tampaknya daerah ini sangat baru
sekali tuan.
Tuan Drakula : baiklah,
sekarang kita mulai menyebar. Tuan Drakunta ke arah barat, tuan Drakunti
kesebelah timur, tuan Drakuntu kesebelah selatan dan Drakursi
kesebelah utara. Sementara saya, dan dua orang pelayan ini, tetap berada
di sini untuk berjaga-jaga.
Drakunta : baiklah. Kami akan pergi (mereka keluar, kecuali tuan Drakula,
Pelayan 1 dan 2).
Adegan
Tiga
Dibantu dengan musik
dan pencahayaan, tampak Drakunta, Drakunti, Drakuntu, Drakursi dengan berbagai
cara untuk mengamati daerah yang baru mereka datangi itu. Semua itu dilakukan
secara komikal. Dengan gaya sok pahlawan, tuan Drakula dan dua orang
pelayannya, juga pura-pura melakukan pengamatan, padahal sebenarnya mereka
malas melakukannya. Ketika baru mulai melangkah, matanya langsung tertuju pada
dua orang sedang berjaga di pintu goa. Lalu, dua orang lagi baru keluar dari dalam
goa tersebut. Tuan Drakula mengamati kedua tokoh itu. Kemarahannya begitu
memuncak ketika ia mengetahui kalau itu adalah Penasehat dan Manusiawi. Raungan
suara Srigala bergema di mana-mana menandakan inilah perang yang begitu
mengerikan.
Tuan Drakula : (mendekati
Penasehat dan Manusiawi, Penjaga dan Pelayan juga bersiap-siap. Kepada
Penasehat) apa yang saya curigai dari awal ternyata telah berbuah
kebenaran (kepada Penasehat) ternyata selama ini, engkaulah otak dari
kehancuran ini. Dengan dasar Iman dan rasa ke-Tuhan-an
penyamaranmu telah membuahkan hasil. tapi sekarang ini, Kematian akan
segera kalian rasakan. Dan sudah
jelaslah, bahwa bangsa Drakula seluruh penjuru negeri akan menguasai kalian
semua wahai bangsa manusia yang rendah.
Manusiawi : selamat datang, di negeri manusia tuan Drakula yang terhormat.
Tuan Drakula : jangan
ikut campur dalam urusan saya, nanti saya sedot batang lehermu!!!
Manusiawi : maaf tuan, di negeri anda tuan adalah makhluk yang paling
berkuasa. Tapi di negeri manusia, saya adalah orang yang paling berkuasa. Untuk
itu, saya minta agar tuan sedikit menjaga etika dan sopan santun.
Tuan Drakula : sopan
santun kepalamu. Pokoknya saya tidak ada urusan dengan kamu. Urusan saya dengan
dia (menunjuk
Penasehat).
Manusiawi : dia ini adalah penasehat saya tuan. Walaupun dia adalah
Penasehat, tapi yang menentukan keputusan di sini adalah saya.
Tuan Drakula : siapa
kau ini sebenarnya?
Manusiawi : saya adalah manusiawi. Saya adalah pemimpin di sini. Dan saya,
adalah orang yang berhasil menyusup di Istana negeri kalian.
Tuan Drakula : (marah
besar) kurang ajar!! Ternyata kau….
Manusiawi : ya. Itulah saya tuan Drakula yang terhormat.
Tuan Drakula : ternyata
kalian berdua telah bersengkokol untuk menghancurkan bangsa Drakula negeri kita
sendiri. Tidak!!!, hal ini tidak akan pernah terjadi. Kalian berdua akan
merasakan akibatnya (memanggil Pelayan), sekarang saya perintahkan agar kalian
membunuh mereka berdua.
Pelayan 1 : ide tuan bagus sekali, tapi sebenarnya kami menginginkan tubuh
perempuan tuan.
Pelayan 2 : benar tuan, darah mereka berdua pasti rasanya asin sekali. (kepada
Pelayan 1) Ini sungguh menjadi pengalaman pertama yang menyedihkan bagi
kita.
Tuan Drakula : jangan
banyak protes, cepat laksanakan perintah saya!!
Pelayan 1 dan 2 : baik,
tuan. Walaupun dengan terpaksa, kami pasti akan melaksanakannya.
Pelayan 1 dan 2
memperagakan adegan silat dengan berbagai macam jurus untuk memancing emosi
Penasehat dan Manusiawi. Tapi Penasehat dan Manusiawi tidak bergerak
sedikit-pun. Hanya senyum-senyum melihat atraksi mereka berdua.
Tuan Drakula : ayo,
cepat!! Serang mereka.
Pelayan 2 : bagaimana kami akan menyerang tuan, sementara mereka berdua tidak
ada respons sama sekali.
Pelayan 1 : hei..!! kalian berdua, ayo lawan kami kalau kalian memang manusia
pemberani.
Penasehat : sudahlah tuan, sebaiknya kita selesaikan saja persoalan ini
dengan kepala dingin.
Tuan Drakula : akhirnya
kamu bicara juga Penasehat tidak tahu berterima-kasih.
Penasehat : terima-kasih tuan Drakula
Tuan Drakula : untuk
apa?
Penasehat : ya, untuk kebaikanmu yang telah memberikan peluang pada saya
untuk menipumu.
Tuan Drakula : bagus…bagus…
Apa!!! Berhasil menipu saya. Untuk kalian ketahui, semua belum berakhir,
sebentar lagi teman-teman saya akan datang menghancurkan negeri manusia seperti
kalian (tertawa terbahak-bahak).
Manusiawi : silahkan saja, kalau kalian berani!!!
Adegan
Empat
Tidak berapa lama
kemudian, Drakunta, Drakunti, Drakuntu, Drakursi muncul.
Drakuntu : sudah keliling-keliling kami mencari tuan, eh…. ternyata di sini
rupanya.
Tuan Drakula : saya
masih di sini saja tuan-tuan.
Drakunti : o…begitu, setelah kami amati. Sepertinya daerah ini tidak ada
kehidupan, tuan.
Tuan Drakula : (menunjuk
pada Penasehat, Manusiawi dan Penjaga), coba tuan-tuan lihat, saya
sendiri telah menemukan mereka.
Drakunta : mereka siapa, tuan?
Tuan Drakula : mereka
itulah manusia yang telah berhasil menyusup ke Istana kita tuan-tuan. (menunjuk
Penasehat) dia adalah pengkhianat (menunjuk manusiawi) dan dia itu
adalah penyusup.
Drakursi : hei!!…sebelum taring ini menerkam batang leher kalian. Sebaiknya
kalian serahkan saudara kami, (menegaskan) Drakurdasi!
Manusiawi : dia telah tidur dengan tenang, tuan-tuan. Alangkah baiknya, kita
semua menyelesaikan persoalan ini dengan cara mau berdiplomasi dan berdiskusi
untuk mencari pemecahan yang terbaik mengenai Drakula dan Manusia.
Drakursi : berdiplomasi dan berdiskusi dengan kalian, huh! Tidak sudi lah
yau…..
Tuan Drakula : tunggu
dulu.
Drakursi : ada apa tuan Drakula?
Tuan Drakula : tampaknya,
saya sepakat dengan cara ini. Baiklah, kalau itu yang kalian inginkan. Asalkan
kalian bersedia membebaskan saudara kami, Drakurdasi.
Penasehat : beginilah cara yang bisa kami lakukan, untuk dapat menyelesaikan
persoalan kalian yang selalu ingin menghisap darah kami negeri manusia.
Tuan Drakula : (kepada
Drakunta, Drakunti, Drakuntu, Drakursi, Pelayan 1 dan 2). Kepada
tuan-tuan sekalian dan Pelayanku yang setia. Tampaknya, kita harus sedikit
merendah dihadapan mereka.
Drakunta : jauh-jauh saya datang dari negeri seberang. Ternyata, sia-sia
juga pertemuan malam ini. Saya menemukan aroma perlawanan di negeri manusia ini.
Baiklah saudara-saudara, saya tidak mau ikut campur. Selamat tinggal (langsung
keluar).
Tuan Drakula : dasar
Drakula pengecut. Beraninya dimulut saja.
Drakunti : begini tuan Drakula, tampaknya saya tidak sepakat cara ini. Demi
keselamatan Drakula negeri seberang. Untuk itu, saya tidak ikut campur urusan
kalian di sini.
Tuan Drakula : (mulai
was-was) tuan Drakunti mau pergi juga.
Drakunti : iya tuan, dan selamat tinggal (pergi ke luar).
Tuan Drakula : (menunjuk
Drakuntu), tuan Drakuntu ingin pergi juga?
Drakuntu : memang begitulah cara negeri seberang, apabila permasalahannya
sudah sangat gawat. maka sebaiknya, menyelamatkan diri adalah cara yang paling
utama.
Tuan Drakula : (marah)
cepat pergi! Sebelum hati ini betul-betul luka mendengar kata-kata itu.
Drakuntu : baiklah, saya akan pergi. Dan selamat tinggal (pergi
keluar).
Tuan Drakula : (diam
sejenak, tanpa menoleh ke arah Drakursi) apakah tuan Drakursi akan
pergi juga?
Drakursi : sebelum saya melihat saudara saya dari negeri tetangga. Saya
tidak akan pergi tuan.
Tuan Drakula : bagus.
Tuan memang sosok Drakula yang setia dengan persahabatan.
Pelayan 1 dan 2 : (serentak)
kami juga begitu tuan, akan selalu menemani tuan Drakula kemapun juga.
Manusiawi : bagaimana tuan, apakah bisa kita lanjutkan pembicaraan ini?
Tuan Drakula : baiklah,
kalau itu yang kalian inginkan dari kami. Kami siap untuk adu argumentasi
dengan kalian.
Manusiawi : sebelum kesepakatan ini kita mulai, sesuai dengan tradisi negeri
kalian. kami akan jamu kalian dengan minuman khas dari negeri manusia. yaitu
darah segar tanpa zat pengawet dan halal untuk diminum.
Drakursi : (senang) betapa hausnya aku mendengar kata-kata itu.
Manusiawi : (kepada Penasehat) perintahkan penjaga untuk mengambil minuman
khas Drakula dari negeri kita sendiri ini.
Penasehat : baik tuan Manusiawi (kepada Penjaga) bawakan minuman itu
keluar.
Penjaga : siap, tuan (masuk ke dalam goa. Dan membawa darah
Drakurdasi yang sudah dicampur dengan aroma darah manusia). Ini tuan,
minuman darahnya.
Manusiawi : silahkan, tuan-tuan. Mumpung masih hangat dan segar.
Adegan
Lima
Tanpa basa-basi,
akhirnya tuan Drakula, Drakursi, Pelayan 1 dan 2 meminum darah tersebut tanpa
ada yang tersisa setetespun.
Drakursi : sungguh minuman darah yang sangat menyegarkan (sambil
sendawa).
Manusiawi : (kepada tuan Drakula), apa tuan juga menikmati minuman yang
sudah kami hidangkan ini?
Tuan Drakula : saya
sedikit menikmati, walaupun rasa kecurigaan tetap tidak bisa untuk dihilangkan.
Manusiawi : tapi, bagaimanapun kalian semua sudah menikmatinya. (kepada
Penasehat), bagaimana tuan Penasehat. apakah bisa kita mulai kesepakatan ini?
Penasehat : silahkan tuan, dengan senag hati saya siap mengikuti akhir dari
cerita ini.
Manusiawi : bagus. Begini tuan-tuan……..
Drakursi : tunggu dulu….sepertinya ada yang salah dengan perut saya ini. (mulai
tertawa kecil).
Tuan Drakula : ada
apa tuan Drakursi? Iya, tampaknya saya juga begitu.
Pelayan 2 : (tertawa kecil) saya juga tuan, perasaan kok ingin tertawa
saja. Masa minum darah saja, bisa mabuk.
Pelayan 1 : sepertinya ada yang salah dengan minuman darah ini, tuan.
Tuan Drakula : minuman
apa sebenarnya yang kau berikan?
Penasehat : yang jelas, itu adalah darah tuan-tuan yang terhormat.
Drakursi : darah? Aneh sekali (perutnya semakin mules, dan mulai tertawa
terbahak-bahak, akhirnya jatuh terkapar).
Pelayan 1 : (kelihatan takut) ada apa dengan dia? Kenapa bisa begitu (akhirnya
juga ikut tertawa terbahak-bahak dan langsung tersungkur).
Pelayan 2 : mungkin….(baru mau menjawab, tapi tertawa tidak bisa
ditahannya. Dan ia-pun tertawa terbahak-bahak lalu mati tersungkur).
Tuan Drakula : apa
yang telah kalian lakukan, (begitu ketakutan) beraninya kalian
berbuat demikian.
Penasehat : darah yang tuan minum adalah darah Drakurdasi, yaitu darah
berjuta manusia yang telah kalian hisap. Dan akhirnya, darah itu sendiri yang
akan membunuh kalian semua, wahai bangsa Drakula yang bodoh.
Tuan Drakula : saya
bukan bodoh, tapi penulis naskah sok intelek ini tidak memilki rasa keberpihakan sedikitpun pada saya.
Kenapa dalam cerita ini saya harus dikalahkan.
Manusiawi : itu pertanda, kalau dia itu adalah manusia, dan menginginkan
makhluk penghisap darah seperti anda untuk selamanya tidak lagi menghisap darah
negeri manusia.
Tuan Drakula : tapi
bukan kematian seperti ini yang saya inginkan. Kalau kekasih hatiku mengetahui
hal ini, kalian akan tanggung sendiri akibatnya (mulai tertawa kecil).
Penasehat : tidak akan mungkin dia mengetahuinya, karena setelah ini.
Kami-pun juga akan menuntaskan kehidupannya.
Tuan Drakula : (sedikit
terbata-bata) kalian kejam sekali.
Manusiawi : ya, kami memang kejam. itulah yang tidak kalian kuasai, kalian
masih beranggapan bahwa hari ini adalah masa lalu. Tidak, atas dasar Iman dan
ke-Tuhan-an,
akhirnya kami mampu melumpuhkan kalian.
Penasehat : untuk itu, apa kata-kata terakhir yang ingin tuan sampaikan
sebelum kematian telah memutuskan tali kehidupan tuan sebagai bangsa Drakula.
Tuan Drakula : kata-kata
terakhir yang ingin saya sampaikan adalah “kalian
memang hebat” (akhirnya tuan Drakula tertawa terbahak-bahak dan akhirnya mati
tersungkur).
Irama musik Saluang,
terus menggetarkan hati. Efek kicau burung dan suara air mengalir, kembali
memberikan warna untuk situasi yang hening dan tragik.
Manusiawi : akhirnya, selesai juga tugas kita.
Penasehat : benar tuan, tanpa perlawanan fisik sedikit-pun
Manusiawi : mereka telah meminumnya darah Drakurdasi, itu berarti, senjata yang
bernama darah itu telah memakan tuannya sendiri
Penasehat : sekarang, apa rencana kita selanjutnya tuan.
Manusiawi : rencana kita selanjutnya adalah menghancurkan benteng pertahanan
Drakula negeri tetangga dan Drakula negeri seberang. Kita sebagai bangsa
manusia yang sadar akan Nasionalisme juga Patriotisme,
rasa ke-Iman-an dan rasa ke-Tuhan-an pasti dapat mempertahankan
harkat dan martabat jati-diri bangsa negeri manusia, sehingga kita di negeri
manusia dapat menghapus mentalitas penghisap saudara se-bangsa dan se-tanah
air. Karena, mentalitas penghisap itu hanyalah dimilki oleh Drakula, bukanlah
manusia.
Penasehat : saya akan catat itu tuan Manusiawi, dan saya akan beritakan
ke-penjuru dunia mengenai perjuangan yang sungguh mulia ini. Bagi kita, akhir
cerita ini begitu terkesan membahagiakan, tetapi bagi mereka sungguh ini adalah
tragedi yang tidak akan bisa mereka lupakan begitu saja.
Manusiawi : (tertawa kecil) sebaiknya kita sudahi saja cerita fiksi ini
tuan Penasehat, sebelum terkesan benar-benar menjadi nyata. (kepada
Penjaga) ayo penjaga, kita pergi.
Penjaga : baik tuan….
Penasehat : tuan manusiawi mau pergi ke mana?
Manusiawi : menunaikan Sholat Shubuh, karena sebentar lagi Adzan Shubuh akan
berkumandang.
Penasehat : baiklah, kalau begitu saya ikut dengan tuan manusiawi.
Akhirnya Manusiawi,
Penasehat dan Penjaga keluar. Ilustrasi musik tetap memberikan suasana akhir
dari kisah ini. Sampai kemudian lampu mati perlahan.
(SELESAI)
Padangpanjang
24 Februari 2010
0 Response to "OPERA DRAKULA"
Post a Comment