RESUME BUKU DRAMATURGI A KARYA
HARIMAWAN
BAB I
BEBERAPA
PENGERTIAN
Arti Dramaturgi
Dramaturgi adalah ajaran tentang
masalah hukum, dan konvensi drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomay yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan drama berarti: perbuatan,
tindakan. Drama dapat berupa komedi (suka cerita) dan tragedi (duka cerita).
Ada juga yang beranggapan drama merupakan sandiwara tragedi.
Arti drama
- Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas)
- Menurut moulton, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Brander Mathews: Konflik dari sifat manusia merupakan sumber
pokok drama.
Menurut Ferdinand Verhagen: Drama haruslah merupakan kehendak manusia
dengan action.
Menurut Baltazar Verhagen: Drama adalah kesenian melukiskan sikap
manusia dengan gerak.
- Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Arti teater
Secara etimologis teater adalah
gudang pertunjukan (auditorium).
- Dalam arti luas:
Teater adalah segala tontonan yang
dipertunjukan didepan orang banyak.
Misalnya wayang orang, ketoprak,
ludrug, srandul, memebai, randai, mayong,
arja, rangda, reog, lenong, dagelan,
sulapan, akrobatik, dan sebagainya.
- Dalam arti sempit:
Drama, kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan
media: percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada
naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.
Arti drama – Sandiwara - Tonil
Pertunjukan drama disebut juga
sandiwara. Kata sandiwara dibuat oleh P.K.G Mangkunegara VII almarhum sebagai
kata pengganti toneel (bahasa
Belanda). Sandiwara dibentuk dari bahasa jawa sandi dan wara. Sandi berartirahasia dan wara berarti
pengajaran. Demikianlah menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah
pengajaran yang dilakukan dengtan perlambang.
Formula Dramaturgi (4M)
Tugas dramaturgi mempelajari:
M1
|
Mengkhayalkan
|
Di
sini untuk pertama kali pengarang mengkhayalkan kisah: ada inspirasi dan ide.
|
M2
|
Menuliskan
|
Pengarang menyusun kisah yang sama (the sean
idea) untuk kedua kalinya. Pengarang menulis kisah (story).
|
M3
|
Memainkan
|
Pelaku-pelaku
memainkan kisah yang sama untuk ketiga kalinya (action). Di sini aktor dan aktris yang bertindak dalam stage
tertentu.
|
M4
|
Menyaksikan
|
Penonton
menyaksikan kisah untuk yang keempat kalinya.
|
BAB II
SEJARAH
TEATER DI INDONESIA
Sejarah Naskah dan Pentas
- Sebelum abad ke-20
Tidak ada naskah dan pentas. Yang
ada hanyalah naskah-naskah cerita rakyat dan kisah-kisah turun temurun
disampaikan secara lisan oleh ayah kepada anak. Drama-drama rakyat, istana,
keagamaan, di arena, di bawah atap, atau lapangan terbuka.
- Permulaan abad ke-20
Terpengaruh oleh drama Barat dan
cara pemanggungannya (staging), timbul bentuk-bentuk drama baru: komidi
stambul/istana/bangsawan, tonil, opera, wayang orang, ketoprak, ludruk, dan
lain-lainnya. Tidak menggunakan naskah (improvisatoris), tetapi menggunakan
pentas; panggungbnya berbingkai.
- Zaman Pujangga Baru
Muncul naskah drama asli yang
dipakai oleh pementasan amatir. Rombongan professional tidak menggunakannya.
4. Zaman
Jepang
Sensor Sendenbu sangat keras,
diharuskan menggunakan naskah. Rombongan professional dipaksa belajar membaca.
Perkumpulan amatir tidak kaget karena terdiri atas kaum pelajar.
5. Zaman
Kini
Rombongan professional membuang
naskah. Organisasi amatir tetap setia pada naskah, sayang sering mengabaikan
pengarang, penyadur, atau penyalinnya.
Segi Bahasa
Komidi stambul dan bangsawan memakai
bahasa Melayu karena dimengerti di kota-kota besar, dan juga karena alas an
alas an komersial (perdagangan). Pujangga baru memakai bahasa Melayu/ Indonesia
dengan sebab dan tujuan politik. Sekarang dipakai bahasa kesatuan Indonesia.
Segi Ideologi
Setiap pengutaraan pendapat adalah
propaganda. Sejak dulu drama menjadi alat propaganda agama, susunan
pemerintahan, pandangan hidup, dan lain-lain, tetapi tidak lepas dari manusia
dan kemanusiaan, tidak terlepas dari zamannya.
Bentuk Teater di Indonesia
- Yang lahir di dalam lingkungan kehidupan desa
Kegiatannya terkait erat oleh
persoalan kehidupan sehari-hari di dalam desa, yaitu adat atau agama. Contohnya
terdapat pada kehidupan teater di Bali.
- Yang lahir di keraton
Pertunjukan dilaksanakan pada
upacara-upacara tertentu, para pelakunya anggota keluarga bangsawan.
Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk kalangan ternatas. Tingkat artistic yang
dipakai sangat tinggi. Cerita pada umumnya berkisar pada kehidupan kaum
bangsawan yang dekan dengan para dewa dan sebagainya.
- Yang tumbuh di kota-kota
Kadang-kadang masih membawa
bentuk-bentuk yang di desa atau di keraton. Lahir dari kebutuhan yang timbul
dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru di dalam masyarakat dan sebagai produk
dari kebutuhan baru, sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
- Yang diberi predikat modern atau kontemporer
Menampilkan peranan manusia bukan
sebagai tipe, melainkan sebagai individu. Dalam dirinya terkandung potensi yang
besar untuk tumbuh, saat ini merupakan golongan teater minoritas. Merupakan
hasil pencarian manusia Indonesia yang dilakukan secara terus menerus.
BAB III
MASALAH
DRAMATURGI
Bagian I: Drama dan Konflik Manusia
- Hukum drama
- Subjek
Lahit dan mati, lahir dan mati,
kawin dan cerai, kejahatan dan hukuman, perang dan damai.
- Tema
Keberanian dan pengecut, kesetiaan
dan pengkhianatan, keserakahan dan murah hati.
- Emosi
Kemarahan, cinta dan benci,
ketakutan dan kenikmatan. Perhatian terhadap konflik adalah dasar dari drama.
Protagonios adalah peran yang membawa ide prinsipil. Pertentangan diantara dua
kekuatan (protagonis dan antagonis) mengakibatkan dramatic action.
- Sumber penulis drama ialah “Tabiat Manusia”
Yang harus di pelajari dalam tabiat
manusia sebagai berikut:
- Pengarang
- Aktor/aktris
- Sutradara
- Kerangka drama adalah action
Konflik diwujudkan dengan action.
Drama memerlukan action yang terbuka karena penonton hanya dapat menerima
maksud berdasarkan action yang dilihat dan didengar. Action dapat membawa
kehebatan (excitefull) dan daya tarik. Action merupakan kerangka drama.
- Dasar action adalah motifa
Sumber-sumber motif:
- Human driver (kegiatan, semangat, pendorong)
Merupakan kegiatan yang mengontrol
suatu action atau kegiatan manusia; bersifat dinamik. Menurut W.I. Thomas ada
empat macam kekuatan dasar:
- Kekuatan untuk tanggapan (response)
- Kekuatan untuk pengakuan
- Kekuatan untuk petualangan (adventure)
- Kekuatan untuk keamanan (security)
- Situasi: fisik dan sosial
Situasi
fisik: Dua
aspek situasi bisa menyebabkan action dan menunjukan sumbernya. Lakon/ play
yang sadar akan motif yang timbul dari situasi fisik menempatkan
peranan-peranannya terkurung, mengubah keaktivitetan motif secara logis balam
mengekspresikan ide serta emosi yang dikehendaki.
Situasi
sosial: Perbedaan
dalam kesibukan merupakan hasil perbedaan ukuran sosial yang menentukan sikap
di dalam dua tempat
- Interaksi sosial
Jika dua orang berbeda dalam kontak
social langsung, yaitu bila mulai sadar terhadap satu sama lain, timbulah
interaksi sosial.
- Pola watak (character pattern)
Kita mencoba memperoleh gambaran watak
itu, masa lampaunya, pengalamanya, dan struktur psikisnya.
- Intelegensi
- Hubungannya dengan dunia luar
- Hubungannya dengan dirinya sendiri
Bagian II: Drama dan Pengarang
Drama merupakan kisah pertentangan
yang saling beroposisi, di mana tiap kejadian dari kekuatan-kekuatan khusus
action dapat diketahui pada tiap motif.
Dengan demikian maka drama
didasarkan pada human conflict.
- Bahan-bahan untuk pengarang
- Karakter; untuk mengembangkan konflik.
- Situasi; lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang akan berkembang selama action terlaksana.
- Subjek; ide pokok lakon atau drama.
- Alat-alat pengarang
- Dialog; lewat dialog tergambarlah watak-watak sehingga latar belakang perwatakan bisa diketahui.
- Action; berbicara lebih kerasc dari pada kata-kata, karena to see to believe.
- Proses inspirasi yang merangsang daya cipta (MI & MII)
MI
|
Inspirasi dapat timbul:
|
MII
|
|
- Proses mengarang (MII)
- Seleksi; dengan hati-hati pengarang memilih situasi yang harus memberikan saham bagi keseluruhan drama. Dalam kebanyakan lakon (play), merupakan kunci laku (action).
- Re-arrangement; pengarang enyusun kembali kekalutan hidup menjadi pola yang berarti.
- Intensifikasi; pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati untuk diciptakan.
- Komstruksi dramatic
Ide klasik dari Aristoteles
Dalam karyanya petics Aristoteles
mengetengahkan antara lain teori, analisis, dan hukum puisi dan drama:
- Teori tentang komedi (suka cerita)
- Teori tentang tragedy (duka cerita)
- Hukum komposisi drama yang terdiri atas awal, tengah, dan akhir.
- Pengetahuan tentang trilogy Aristoteles; kesatuan tempat, kesatuan waktu, dan kesatuan kejadian.
- Dramatic plot
Aristoteles (klasik)
I. Protasis:
Permulaan, dijelaskan peran
dan motif lakon.
II. Epitasio:
Jalinan kejadian
Gustav Freytag (modern)
- Exposition:
Pelukisan …………………………(1)
- Complication:
Dengan timbulnya kerumitan /
komplikasi diwujudkan jalinan
kejadian …………………………..(2)
III. Catastasis: - Climaks
Puncak laku, peristiwa mencapai
titik kulminasinya; sejak 1-2-3
terdapat laku sedang memuncak
(rising action)
……………………………………….(3)
- Resolution:
Penguraian, mulai tergambar
rahasia motif ……………………(3) A
IV. Catastrophe:
Penutupan
- Conclusion:
Simpulan …………………………(4)
- Catastrophe:
Bencana ………………………….(4) A
- Denouement:
Penyelesaian yang baik ……..(4) B
Ditarik kesimpulan, dan habis
cerita.
- Trilogi Aristoteles
- Kesatuan waktu:
Peristiwa harus terjadi
berturut-turut selama 24 jam selama satu selingan.
- Kesatuan tempat:
Peristiwa seluruhnya terjadi dalam
satu tempat saja.
- Kesatuan kejadian:
Membatasi rentetan peristiwa yang
berjalan erat, tidak menyimpanmg dari pokoknya. Sering disebut kesatuan ide.
Penjelasan
Trilogi Aristoteles (The 3 Unites Aristoteles)
Kesalahpahaman sering terjadi
terhadap penafsiran Trilogi Aristoteles: sebuah lakon harus hanya berlaku
selama 24 jam (kesatuan waktu), tidak boleh ada pergantian adegan (scene) (kesatuan tempat), harus hanya
mempunyai laku (plot) yang tunggal kesatuan kejadian).
Aristoteles sendiri tak pernah
secara tegas mengemukakan hal itu semua, dan semua dan tak pula bermaksud agar
aturanya itu dipakai sebagai dogma. Dia hanya akan menyelidiki bagaimana drama
itu disusun, dan dikemukakannya dalam rangkaian komentarnya tentang kesusastraan
masa itu, yaitu yang tercantum dalam serangkaian karangannya yang berjudul
Poetics.
Tentang kesatuan waktu, yang berarti pembatasan waktu, teutama ditujukan
kepada tragedi yang harus berbeda dengan epik, karena epik mempunyai kebebasan
waktu, sedangkan tragedy waktunya harus segera dibatasi.
Tentang kesatuan tempat, dia tidak menyebutkan apa-apa. Meski demikian,
pembatasan tempat yang sangat mengikat seperti drama pseudo klasik juga tak
dapat dibenarkan. Yang jelas memang ada pembatasan dalam drama Yunani, seperti
halnya kini, drama juga terkait oleh syarat-syarat pentas, tetapi kebebasan
bisa terjadi.
Tentang kesatuan kejadian, terutama
ditujukan pada tema dan plot. Tetapi drama Yunani sendiri sering meninggalkan
aturan ini. Fakta yang menafsirkan bahwa drama harus mempunyai hanya satu tema
dan satu plot saja, tetapi ada juga yang mengetengahkan adanya subplot atau
minor action disamping plot utama sehingga merupakan plot majemuk, aasalkan
semuanya membantu penyelesaian plot utama atau plot pokok kea rah satu
catastrophe.
Shakespeare kadang-kadang
menggunakan plot kembar dengan cara paralelisme. Yang penting ialah: harus ada
persoalan pokok yang jelas, dan persoalan-persoalan lain mendapat kedudukan
yang kurang penting.
- Tiga unsure prinsip dalam drama
- Unsur kesatuan
Unsur kesatuan mencakup kesatuan
kejadian, kesatuan tempat dan kesatuan waktu.
- Unsur penghematan
Karena keterbatasan waktu, maka
usahakanlah dalam waktu yang sesingkat itu dituangkan masalah-masalah pokok
yang terpenting saja.
- Unsur keharusan psikis
Fungsi psikis dalam dramaturgi:
- Protagonis
Pemeran utama (pahlawan/cerita yang
menjadi pusat cerita.
- Antagonis
Peran lawan, sering juga menjadi
musuh yang menyebabkan konflik.
- Tritagonis:
Peran penengah, bertugas mendamaikan
atau menjadi pengantara protagonis dan antagonis.
- Peran pembantu
Peran yang secara tidak langsung
terlibat di dalam konflik, tetapi peran pembantu ini diperlukan guna
penyelesaian cerita.
- Drama modern
Drama modern mendobrak hukum-hukum
tersebut (Trilogi Aristoteles). Drama yang baik harus memiliki kegentingan
(spaning). Ada dua macam kegentingan:
- Kegentingan karena hasrat ingin tahu bagaimana akhir cerita.
- Kegentingan identifikasi karena penonyon mengidentifikasikan diri secara emosional dengan peran bagaimana nasib mereka. Emosi tersebut antara lain emosi pelengkap dan emosi penyelamatan.
- Konstruksi cerita drama
Naskah
dan lakon
Naskah adalah bentuk/ rencana
tertulis dalam cerita drama. Sedangkan
lakon adalah hasil perwujudan dari
naskah yang dimainkan.
Komposisi
tiga bahan pokok untuk cerita drama
1.
Premise
Premise adalah rumusan intisari
cerita sebagai landasan ideal dalam
menentukan arah tujuan ceritera.
2.Character
Bisa juga disebut tokoh, adalah
bahan yang opaling aktif yang menjadi
bahan penggerak cerita. Karakter
disini merupakan tokoh yang hidup.
Tiga
dimensi character:
a.
Dimensi fisiologis (cirri-ciri badan)
b.
Dimensi sosiologis (latar belakang kemasyarakatan)
c.
Dimensi Psikologis (latar belakang kejiwaan)
3. Plot
Plot ialah alur, rangka cerita,
merupaka susunan empat bagian:
a. Protasis
b. Epitasio
c. Catastasis
d. Catastrope
BAB IV
SENI
BERPERAN
Ikhtisar ajaran Richard Boleslavsky
Ajaran
pertama: Konsentrasi atau pemusatan pikiran.
Aktor adalah seorang yang
mengorbankan diri. Ia menghilangkan dirinya untuk
menjadi pemain (perannya). Agar
actor menjadi sempurna dalam profesinya, ia
harus mengalamisuatu Pendidikan yang
terdiri atas tiga bagian:
1. Pendidikan tubuh
Subjek-subjeknya:
a. Senam irama
b. Tari klasik dan pengutaraan
c. Main anggar
d. Berbagai latihan bernafas
e. Latihan menempatkan suara, diksi,
bernyanyi
f. Pantomime
g. Tata rias
2. Pendidikan intelek dan kebudayaan
Subjek-subjeknya:
a. Pengetahuan perihal tokoh-tokoh
teater seperti Shakespeare, Moliere,
Goethe, Calderon de La Barca; apa
yang telah mereka perjuangkan danh
apa yang telah dilakukan orang
diteater-teater dunia dalam mementaskan
karya-karya mereka.
b. Kesusastraan dunia pada umumnya;
misalnya membedakan antara
Romantik Jerman dan Romantik
Perancis.
c. Sejarah seni lukis, seni pahat,
seni music; Bisa mengingat gaya setiap
kurun zaman dan tahu kepribadian
setiap pelukis besar.
d. Psikologi, memahami
psikoanalisis, pernyataan emosi, logika, perasaan.
e. Anatomi tubuh manusia, ciptaan
besar seni pahat.
3. Pendidikan dan latihan sukma
Subjek-subjeknya:
a. Penguasaan seluruh panca indera
dalam situasi yang dapat dibayangkan.
b. Penumbuhan ingatan perasaan,
ingatan ilham atau penembusan
pengkhayalan itu sendiri, penumbuhan
naivitas, penumbuhan daya untuk
mengamati, penumbuhan kekuatan
kemampuan, penumbuhan untuk
menambahkan keragaman pada
pernyataan emosi, penumbuhan rasa pada
humor dan tragedy.
c. Penumbuhan ingatan visual.
Ajaran
kedua: Ingatan emosi
Aktor harus berlatih mengingat-ingat
segala emosi yang terpendam dan halamanhalaman
sejarah yang telah silam.
Boleslavsky member nasehat kepada actor
sebagai berikut:
· Perhatikan dan lihat apa yang ada
disekitarmu – pandang dirimu dengan
penuh kegembiraan.
· Kumpulkan dan simpan dalam jiwamu
semua kekayaan dan kepenuhan
hidup.
· Simpan dan susun ingatan dan
kenangan ini.
· Siapa tahu suatu hari mereka kita
perlukan.
· Mereka adalah satu-swatunya
sahabat dan guru dalam karyamu.
· Mereka adalah cat dank was bagi
actor, seandainya actor itu adalah
seorang pelukis.
· Dan mereka akan membawakan hadiah
bagimu.
· Mereka adalah kepunyaanmu milikmu
sendiri.
· Mereka bukan tiruan, dan mereka
akan memberikan pengalaman,
ketelitian, ekonomi, dan kekuatan
padamu.
Ajaran
ketiga: Laku dramatis
BAB
V
MASALAH
PERMAINAN
1. Unsur Permainan dalam Drama
Teori sumber perminan terbagi dalam
empat kategori :
a. Permainan merupakan jalan keluar
bagi energi yang berlebihan.
b. Permainan kanak-kanak merupakan
persiapan untuk hidup.
c. Teori rekapitulasi (ikhtisar,
ringkasan pokok-poko)
d. Dalam permainan kanak-kanak
menyatakan reaksi-reaksi emosional dan
sosial.
2. Psikodrama dan Psikologi Pemain
Drama
Karena problem individu hidup dalam
drama, maka memungkinkan
adanya pemecahan. Hal ini dibuktikan
dengan munculnya apa yang disebut
psikodrama. Orang-orang yang tidak
bias menahan konflik-konflik dikumpulkan,
kemudian disusun suatu naskah
permainan dengan tujuan menyelidiki dan
menemukan problem yang ada pada
mereka.
3. Permainan Sebagai Pembebasan
Actor harus menggambarkan orang
lain, sekaligus ia tidak bias berbuat selain
menggunakan bahan yang ada padanya.
4. Pembinaan Watak Permainan
4.1 Ada tiga bahan bagi aktor untuk
menggambarkan apa yang telah
ditentukan penulis lewat tubuh dan
badannya :
a. mimik yaitu pernyataan atau
perubahan muka : mata, mulut, bibir, hidung,
kening.
b. Plastik yaitu cara bersikap dan
gerakan-gerakan anggota badan.
c. Diksi cara penggunaan
suara/ucapan.
4.2 Tiga fase cara aktor
menggambarkan perannya :
a. Typering primer
Yang terpenting adalah mimik. Ada
dua typering, yaitu gembira (up) dan sedih
(down).
b. Typering dramatis
Yang terpenting adalah plastik.
Dengan sendirinya plastic ini (sikap dan gerak)
terpengaruh oleh mimic, dan pada
umumnya bergantung juga pada tanda yang
sama, tetapi tidak setegas dan
seprinsipil ditentukan seperti mimik.
c. Typering individual
Yang dipentingkan adalah diksi.
Diksi ditentukan oleh aktor, karena itu ia (diksi)
bias mempengaruhi arti suatu
kalimat.
Jika dibandingkan dengan mimik dan
plastik maka diksi memberikan banyak
aspek istemews karena :
1. Tidak dapat dinyatakan dengan
sikap atau gerak,
2. Suara halus berbicara dalam
kata-kata.
· Dalam mimik : kebebasan banyak
dibatasi
· Dalam plastik : kebebasan agak
kurang dibatasi, karena dalam hal ini
interpretasi pribadi aktor atas
maksud pengarang sering berlaku.
· Dalam diksi : aktor mendapat
kebebasan sepenuh-penuhnya, tetapi masih
harus diperhitungkan dengan
instruksi sutradara.
5. Aktor sebagai Pencipta
Dalam menemukan seni berperan aktor menghadapi
dua masalah yang harus
dipecahkan :
1. Tujuan akting : tujuan menentukan
akhtiar/usaha yang akan dijalankan.
2. Metode acting : bagaimana
melaksanakan ikhtiar itu.
5.1 dua teori tentang tujuan acting
a. teori ilusi khayalan : tujuan
poko acting ialah menciptakan ilusi (illusion)
atau khayalan.
b. Teori interpretasi/penafsiran :
aktor tidak berusaha untuk menipu
penonton. Tujuan aktor adalah
menafsirkan perwatakan serta memberikan
interpretasi.
5.2 dua aliran tentang metode acting
a. aliran emosional : aliran ini
mendasarkan metode aktingnya atas emosi.
b. Aliran intelektual : aliran ini
berpendapat bahwa acting harus didasarkan
atau dikonstruksikan atas suatu
kecerdasan (intelek).
BAB VI
KESANGGUPAN
KATA
1. Hubungan Suara dengan Gerak Mulut
Kalau ucapan-ucapan yang dikeluarkan
itu diperhatikan benar, orang lambat laun
akan yakin bahwa memang ada hubungan
antara perasaan, suara, dan gerak mulut
pada tiap-tiap ucapan. Tak
mengherankan sekarang bahwa ada persesuaian antara
suara, perasaan dan gerak mulut.
2. Hubungan Suara dengan Irama
Irama adalah aturan. Pada seni lukis
aturan itu menimbulkan keindahan
pemandangan, pada seni kata dan seni
suara menimbulkan keindahan pada
pendengaran
3. Hubungan Suara dengan Warna
Suara tidak hanya merupakan lagu
saja, suara juga dapat mewujudkan warna.
Ada dua macam teori tentang warna :
3.1 teori warna dari segi fisik
teori ini bedasarkan studi tentang
sinar dan warna dalam ilmu alam. Ada tiga
warna primer, yaitu merah, kuning,
biru. Ada tiga warna sekunder yaitu jingga,
hijau dan ungu.
3.2 pembagian warna menurut perasaan
menurut perasaan yang timbul karena
orang melihat warna adalah, orang
menyebut warna hangat dan warna
dingin. Warna hangat ialah warna yang
mengajak kita gembira dan bergerak,
misalnya warna kuning dan merah
lembayung. Warna dingin adalah warna
yang menimbulkan perasaan damai,
tenang, lemah, misalnya warna ungu
dan biru.
4. Hubungan Perasaan dan Suara
Beberapa arti suara :
a. Keadaan sunyi menimbulkan
perasaan seakan-akan orang diasingkan.
b. Gaya suara yang rendah
menimbulkan perasaan sedih, suasana gelap dan
menekan. Suara yang tinggi mengajak
melayang-layang karena gembira.
c. Suuara keras lagi besar
seakan-akan menelan, mempengaruhi orang, tetapi
suara yang lemah lembut membuat hati
lemah.
Kakau kita perhatikan benar memang
ada persesuaian rasa antara suara dengan
warna. Terang ada persesuaian antara
sastra yang rendah dengan suasana gelap,
suara yang tinggi, dengan suasana
yang terang.
5. Peranan Kata dalam Drama
5.1 Peranan Kata dalam Drama
Bahasa tertulis harus dihidupkan
oleh pemain diatas pentas. Mereka tidak akan
berdialog seperti keadaan
sehari-hari. Laku didalam drama merupakan bentuk
menyatakan yang sudah dipadatkan
sedangkan dialog proasis sepanjang satu
halaman misalnya bias diekspresikan
dalam satu bait puisi.
5.2 Arti puisi
Kata syair/puisi merupakan nama
untuk menyebut segala macam bentuk bahasa
ikatan. Menurut pengertian lama
puisi adalah suatu bentuk dalam kesusastraan
yang terdiri atas empat baris dan
bersajak sama.
6. Dialog, Diksi, dan Action
6.1 Dialog
Dalam struktur lakon, dialog dapat
kita tinjau dari dua segi, yaitu :
a. Segi estetis
Dialog merupakan faktor litere (juga
filosofis) yang mempengaruhi struktur
keindahan sebuah lakon.
b. Segi teknis
Biasanya diberi catatan pengucapan,
ditulis dalam kurung. Dalam lakon bersajak
yang ucapannya secara deklamatoris,
diberi tanda baca saja.
6.2 Diksi
Berbicara adalah bergerrak dan
merupakan bagian dari seluruh gerakan yang tak
dapat dipandang sebagai sesuatu yang
memiliki kedudukan tersendiri, justru
karena berbicara tidak bias
dilepaskan dari gerak batin (pikiran dan perasaan)
yang menuntut seluruh tubuh untuk
memberikan sebuah manifestasi. Sebagai
contoh akan dikemukakan bagaimana
hubungan antara bicara dengan gerakangerakan
lain dalam tubuh kita, yaitu :
- Gesture : gerak tangan, isyarat,
yaitu posisi bagian tubuh untuk
mengutarakan emosi atau ide.
- Movement : pertukaran tempat
kedudukan pada pentas. Missal : datang
dari pintu, melewati kursi menuju jendela.
- Bussines : kesibukan yang
karakteristik, yang mempunyai cirri-ciri khas.
Missal : merokok, mengupas
buah-buahan, menjahit, menulis dan lain-lainnya.
6.3 Action
Action merupakan istilah yang sering
membingungkan dan sering pula
dikacaukan dengan movement. Secara
teknis, action adalah istilah literer yang
digunakan dalam naskah.
Ada dua macam movement :
1. Direct Movement
Yaitu suatu gerak hakiki (esensial)
yang diperlukan pada saat lakon berlangsung.
2. Indirect Movement
Yaitu gerak kreatif, bukan esensial,
tetapi meyakinkan dan menghidupkan gerak
dasar pada saat lakon berlangsung.
BAB
VII
SUTRADARA
1. Sejarah Timbulnya Sutradara
Sutradara : karyawan yang
mengkoordinasi segala unsur-unsur teaer dengan
paham, kcakapan, serta daya khayal
yang intelegensi sehingga mencapai suatu
pertunjukan yang berhasil.
Producer : penanggung jawab keungan
dan promosi.
Manager : tokoh eksekutif dari
produser, penanggung jawab tata laksana.
Stage Manager : tokoh eksekutif dari
sutradara, dialah yang mengatur panggung
dan seluruh perlengkapannya.
Dalam perkembangan kedudukan
sutradara ada tiga kejadian penting :
1. Pada saat Saxe Meiningen
mendirikan suatu rombongan teater pada tahun
1874-1890 mereka mementaskan 2591
drama di Berlin dan seluruh Jerman.
Setelah itu mereka mengadakan tur ke
Negara-negara Eropa lainnya sehungga
akhirnya mempengauhi.
2. Moscow Art Theater yang dipimpin
oleh Constatin Stanislavsky (1863-
1938). Stanislavsky (guru R.
Boleslavsky) adalah pendiri teori penyutradaraan
termasuk penghapus sitem bintang.
3. Lewat Princetown Players dan
Group Theater, Stanislavsky
memepengaruhi Broadway sehingga
teater professional menerima pendapatannya
(metodenya). Dengan adanya kedudukan
sutradara, teater/drama memasuki babak
baru dalam sejarah hidupnya.
Kedudukan sutradara.
Sutradara berdiri di tengah-tengah
segitiga, bertindak sebagai pusat kesatuan
kekuatan, juga sebagai coordinator
bagi prestasi-prestasi kreatif aktor dan patra
teknisi. Akhirnya sutradara harus
menjadi seorang seniman yang berarti.
2. Teori Penyutradaraan
2.1 Teori Gordon Craig
Harus ada kekuatan ide dalam teater.
Jika teater adalah seni maka ia harus
mengekspresikan kepribadian si
seniman. Sutradara mengejawantahkan idenya
lewat aktor dan aktris.
Kebaikan teori ini adalah hasilnya
sempurna (perfec), tata tertib terjamin, teratur
teliti. Kelemahan atau keburukannya
ialah sutradara menjadi dictator, aktor dan
aktris aadalah alat sutradara, harus
meniru gaya sutradara yang merupakan
prototip, kreativitas mereka
dihilangkan atau dihalangi, padahal tujuan produksi
lakon ialah memeberi kesemapatan
bagi aktor dan aktris untuk memberikan
sumbangan bagi keseluruhnnya.
2.2 Teori Laissez Faire
Dalam teater ini aktor dan aktris
adalah pencipta dalam teater. Tugas sutradara
adalah membantu aktor dan aktris
mengekspresikan dirinya dalam lakon, seorang
supervisor individualnya agar
melaksanakan peranan sebaik-baiknya.
Kelemahan teori ini adalah sutradara
bukan seorang diktator melainkan pembantu.
Kelemahan teori ini adalah terdapat
bahaya akan timbulnya kekacauan dan kurang
teratur, kurang teliti.
3. Pembinaan Kerja Sutradara
3.1 Menentukan nada dasar
Tugas pertama sutradara adlah
mencari motif yang merasuk karya lakon, yang
memberi cirri kejiwaan dan selalu
Nampak dalam penyutradaraan.
Sebuah nada dasar dapat bersifat :
a. Ringan tidak mendalam
b. Menentukan/memberikan suasana
khusus
c. Membuat lakon gembira menjadi
banyolan/lucu
d. Mengurangi tragedy yang
berlebih-lebihan
e. Memberikan prinsip dasar pada
lakon
3.2 Menentukan casting
Macam-macam casting :
1. Casting by ability : berdasarkan
kecakapan, yang terpandai dan terbaik
dipilih untuk peran yang
penting/utama dan sukar.
2. Casting to type : pemilihan yang
bertentangan dengan watak atau fisik si
pemain.
3. Antitype casting : pemilihan yang
bertentangan dengan watak atau fisik si
pemain.
4. Casting to emotional temperament
: memilih seseorang berdasarkan hasil
observasi hidup pribadinya.
5. Therapeutic-casting : menetukan
seorang pelaku bertentangan dengan
watak aslinya dengan maksud
menyembuhkan atau mengurangi ketakseimbangan
jiwanya.
3.3 Tata dan Teknik Pentas
Segala yang menyangkut soal tata
pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu
harus disesuaikan dengan nada dasar.
Tata dan teknik pentas ialah segala
masalah yang tidak termasuk cerita, naskah
dan acting.
3.4 Menyusun Mise En Scene
Mise en
scene ialah
segala perubahan yang terjadi pada daerah permainan yang
disebabkan oleh perpindahan pemain
atau peralatan. Dengan mise en scane
sutradara memberikan sryktur visual
pada lakon dengan komposisi pentas.
Pemberian bentuk ini bias tercapai
dengan 14 macam cara :
1. Sikap pemain
2. Pengelompokan
3. Pembagian tempat kedudukan pelaku
4. Variasi saat masuk dan keluar
5. Variasi penempatan perabot
(mebel)
6. Variasi posisi dua pemain yang
berhadap-hadapan
7. Komposisi dengan menggunakan
garis dalam penempatan pelaku
8. Ekspresi kontras dalam warna
pakaian
9. Efek tata sinar
10. Memperhatikan ruang sekeliling
pemain
11. Menguatkan/meluangkan kedudukan
peranan
12. Memperhatikan latar belakang
13. Keseimbangan dalam komposisi
14. Dekorasi
3.5 Menguatkan atau Melemahkan Scene
Sebuah nada dasr merasuk lakon
seluruhnya. Usaha menguatkan atau
melemahkan adegan adalah teknik yang
menggarap berbagai adegan dalam lakon.
Kita dapat menentukan tekanan atau
aksen pada lakon menurut pandangan kita
tanpa mengubah naskah.
3.6 menciptakan Aspek-Aspek Laku
sutradara harus dapat memberikan
saran kepada aktor agar mereka menciptakan
apa yang disebut laku simbolik atau acting kreatif. Laku
simbolik adalah cara
berperan yang biasanya tak terdapat
dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan
untuk memperkaya permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton
apa
yang terkandung dalam batin
penonton.
Ada dua macam laku simbolik :
1. Yang memperkaya permainan yang
diciptakan aktor dengan atau tanpa
petunjuk sutradara (aliran laissez
faire).
2. Yang tidak diciptakan oleh pemain
secara individual, tetapi ditentukan
oleh sutradara (aliran Gordon
Craig).
3.7 Mempengaruhi Jiwa Pemain
a. Dua macam kedudukan sutradara
1. Sebagai Teknikus
Ciri-ciri seorang sutradara
teknikus, yaitu dia akan mencipta pergelaran yang
menyolok dan menaik perhatian.
Dengan montase yang agung, teknik dekor yang
luar biasa, tata sinar yang
menakjubkan, dia berusaha menerapkan film dan teater.
Tokoh-tokoh internasional : Erwin
Piscator (Jerman 1893- ) seorang sutradara dan
pendesain pentas, Max Reinhadt
(Austria 1873-1943) seorang sutradara dan
produser.
2. Sebagai psikolog Dramatis
Ciri-ciri sutradara psikolog
dramatis, yaitu ekspresi luar atau lahiriah dalam
pagelaran menjadi berkurang. Dalam
menggambarkan watak dia lebih
mengutamakan tekanan psikologis,
khususnya pada cara acting yang murni ketika
prestasi permainan pribadi
ditempatkan dalm arti yang sebenarnay. Tokoh-tokh
internasional : Constantin
Stanlavskiy, kelompok teater I.O.C dari London
mengarah kepada perpaduan tipe
pertama dan tipe kedua.
b. Dua cara mempengaruhi pemain
Ada dua cara mempengaruhi pemain,
yaitu :
1. Dengan menjelaskan - sutradara
sebagai interpretator
Ia menjelaskan bagaimana
menggambarkan untuk peranan dan bagaimana
berusaha agar mimik plastik, diksi,
sesuai dengan idenya.
2. Dengan memberi contoh - sutradara
sebagai aktor
Sutradara langsung member contoh
acting dalm hal ini ia harus banyak
berpengalaman seperti aktor.
Keuntungannya ialah cepat dipahami : bahanya,
pemain membuat imitasi.
c. Perbandingan antara nada dasar
dan pengaruh psikologi
o Nada dasar : berlaku untuk
keseluruhan lakon, berusaha menyamakan
semua peranan secara psikologis dan
menyesuaikan tata pentas dengan acting.
Masalah nada dasr ini adalah suatu paham sintetis.
o Pengaruh psikologis : berdasrkan
nada dasar diusahakan agar setiap
pemain memiliki ciri khusus pribadinya
sehingga perbedaan dalam kepribadian
tampak. Masalah ini lebih bersifat analitis.
0 Response to "RESUME BUKU DRAMATURGI A KARYA HARIMAWAN"
Post a Comment