MATAHARI 1/2 MATI









  



LAKON
MATAHARI 1/2 MATI
KARYA A. REGO SUBAGYO



DRAMATIC PERSONAE

MBOK                       Ibu dari lima anak
KARDI                      anak pertama
PARTO                      anak kedua
WARTI                      anak ketiga
SUWAJI                    anak keempat
NARKO                     anak kelima
HARDJO                   tetangga



DI SEBUAH DESA YANG SANGAT TERPENCIL DAN TERPINGGIRKAN DARI DERU DAN HIRUK PIKUKNYA PEMBANGUNAN, SEPERTI TERASING. ADA KELUARGA SEDERHANA, KELUARGA PETANI SAHAJA, TIDAK PERNAH NEKO-NEKO. TENTRAM, DAMAI POKOKNYA NYAMAN. TETAPI SUATU KETIKA MUNCUL PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DI KELUARGA TERSEBUT YANG MENGAKIBATKAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA MENJADI TIDAK HARMONIS LAGI.

BABAK I

DI SERAMBI RUMAH, ALUNAN MUSIK GAMBARAN PEDESAAN LEMBUT MENYAPA. LAMPU MULAI PADAM. PARTO BARU PULANG DARI SAWAH

PARTO
Kok masih sepi, pada kemana ya? Apa belum pulang?

(seperti bertanya pada diri sendiri).

Sudah seminggu lebih aku sendirian menggarap sawah, akhir-akhir ini Kang Kardi jadi pemalas, pekerjaannya hanya termenung, melmun, merenung, bahkan tidak pernah bisa diajak bicara apalagi bercengkeraman. Kang Kardi selalu membisu, tak pernah mau ngomong, tak pernah mau bicara, tak pernah berkata-kata, bisu, seakan kelu dalam otaknya

(terdiam).

Apakah selamanya akan seperti ini bisu dan beku, mati. Aku sendiri semakin bingung, panenan yang jeblok, sedang harga untuk obat selangit apalagi untuk pupuk sudah tak masuk di akal

DIAM KELUARKAN BUNGKUSAN DARI KANTONG, MELINTING TEMBAKAU LALU MENYULUTNYA. NARKO PULANG SEKOLAH, TERGOPOH-GOPOH MENUTUPI MUKANYA

PARTO
Hei Ko, Narko kesini!

NARKO
Ya, Kang

PARTO
Kenapa wajahmu?

NARKO
E, eh tidak apa-apa Kang. Cuma aku tadi terjatuh

PARTO
Terjatuh, dimana?

NARKO
Di dekat pasar, Kang

PARTO
Kok bisa, coba kulihat!

NARKO
Iya Kang

PARTO
Tapi kalau seperti ini, terjatuh ya tidak mungkin

NARKO
Iya Kang

SPONTAN

PARTO
Apa? Iya. Jadi kamu tidak jatuh, tapi dipukuli orang begitu!

NARKO
Tidak kok Kang. Tidak apa-apa

PARTO
Tidak, tidak apa-apa! Tidak apa-apa, kok bisa bengep kayak abis dipukuli. Kamu berantem, ya?

NARKO
Eendak kok Kang

PARTO
Endak apa enggak!

NARKO
Enggak

PARTO
Endak apa enggak!

NARKO
Enggak

PARTO
Endak apa enggak!

NARKO
Enggak

PARTO
Endak apa enggak!

NARKO
Tidak kok, tidak, tapi….

PARTO
Tapi, apa?

NARKO
Tidak apa-apa

PARTO
Sudahlah, jangan bohong, kamu kan sudah diajari tentang kejujuran, dan kamu tahu pasti apa, arti, dan maknanya. Jujur saja, tadi berantem kan?

NARKO
Ya Kang habis aku tidak tahan. Aku diolok-olok, diejek, aku dibilang adiknya orang gila, adiknya orang sinting, edan. Ya, langsung tak kasih ini


(menunjukkan kepalan tangan).

Terus aku dikeroyok lima orang, permainannya jadi tak imbang, ya aku kalah Kang

PARTO
Apa? Permainan, berkelahi kamu bilang permainan

(diam berfikir).

Ya ini yang sering menyebabkan kerusuhan, kekacauan, keributan dan perang disana-sini. Ya gara-gara segelintir orang yang tidak dapat menahan dan mengendalikan emosi dan nafsunya. Kamu mengerti kan!

(diam).

Sudah-sudah, begitu kok mau bohong. Itu, mukamu yang besem-besem biru, diapai gitu supaya tidak kentara, biar simbok tidak kaget dan tidak mikir yang macem-macem. Sudah, masuk sana, ganti baju tuh kotor semua

NARKO
Ya Kang, terima kasih

KELUAR

PARTO
Hei, Ko…sekalian ambilkan aku air, haus nih! Satu belum kelar, belum tuntas, satu lagi menyusul bikin tambah puyeng saja

GELENG-GELENG KEPALA. SETELAH BEBERAPA SAAT KEMUDIAN KARDI MASUK NEMBANG, TANPA MENGHIRAUKAN ADIKNYA. PARTO MELIHAT SEPERTI TIDAK PERCAYA

(Wirangrong, Centhini)
Ya taw au sira nuli
Sung branta lampahnya alon
Ngambah jurang sengkang siluk-siluk
Yen tinon atrebis
Marga rumpil arampal
Pun arang kambah ing janmi

(Surajiwandana)
Sadangune, ngupaya gunung-gunung
Alas-alas, kawur sru ngongkrah-angkreh
Asayah ka, saputing dalu magyuh
Rikang tyas mepu denya ngulati we

(Maduretno)
Samarga-marga, prameswari Mandraka
Asambat-sambat, dhuh Gustiningsun aja
Atinggal munggah, maring aribawana
Entenana ing bukur pangarib-arib

PARTO
Kang, apa yang sebenarnya Kang Kardi pikirkan, berhari-hari hanya diam saja. Kalau hanya diam kami, aku, simbok, dan adek-adekmu yang lainnya. Ya, tidak tahu apa yang dipikirkan Kakang. Kalau seperti itu semua juga bingung, kalau Kang Kardi bingung, jangan bikin yang lain juga bingung

(diam)

Mungkin Kang Kardi memikirkan hasil panen kemarin yang jeblok dan ajur-ajuran. Atau mungkin mikir simbok yang sering sakit-sakitan. A..pa Kankang memikirkan Warti yang mulai jadi seperti orang tidak waras. Seperti orang tidak waras, jadi stress, gila, edan. Tidak, Warti tidak gila

(seperti tidak percaya).

Warti tidak gila. Warti tidak stress, Warti tidak edan, tidak!!, Tidak!! Dia waras

(merenung)

Atau Kang Kardi ingin kawin, mau menikah maksudku. Menikah dengan apa, Kang. Eh, dengan apa, menikah dengan siapa maksudku, mungkin nanti kita bisa bareng-bareng ke sana untuk melamarkannya. Tapi siapa Kang. Ngomong dong

(jengkel, marah, semakin tidak sabar menghadapi Kardi)

Kang Kardi, ngomong dong, kalau begini terus semua akan jadi

suara meninggi, menghardik. Narko masuk, bingung melihat apa yang sedang terjadi

PARTO
Hei Kardi kau, kau…!?

EMOSINYA MEMUNCAK, SUARANYA TERHENTI, MENDATANGI KARDI HENDAK MEMUKUL, NARTO MELERAI

NARKO
Kang, Kang Parto eling Kang, sadar.

PARTO
Heeh!!

NARKO
Sudahlah Kang, itu Kang Kardi, dia kan Kakang kita. Minum dulu

PARTO
Ya, aku tahu!!

Kardi meninggalkan panggung tetap dengan acuh dan membisu. Narto dan Parto tetap bingung. dan timbul pertanyaanya di benaknya ada apa dengan Kakangnya itu.

NARKO
Ah!? Setan mana yang tadi dating?

BERTANYA PADA DIRI SENDIRI

PARTO
Setan, setan gundulmu. Ada orang marah dibawa-bawa. Kamu ini!

NARKO
Kang Parto tadi kan hamper terbujuk rayuan setan

PARTO
Setan, setan, kamu ini seperti da’I saja. Setannya tadi lho diam saja, dia tidak berbuat apa-apa. Manusia yang berantem, setan yang jadi kambing hitam dan harus bertanggungjawab. Kasihan, kasihan kau setan.

NARKO
Ya. Tapi setan tak kan pernah berhenti untuk menggoda dan membujuk manusia kan, Kang

PARTO
Ya, ya

(diam)

Narko, Narko sekarang ini, setan itu sudah tidak ada, yang ada sekarang ya manusia itu sendiri. Manusia kan gabungan sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik itu malaikat sedang sifat buruk itu ya setan itu tadi. Jadi jangan selalu minta pertanggungjawaban setan dari apa yang telah diperbuat manusia. Setan itu tidak ada, yang ada malaikat penguji iman. Perlu kamu ketahui bahwa manusia itu adalah gabungan malaikat dan setan. Ya sifat baik dan buruk. Seperti kamu tadi berantem, yang salah siapa? Kamu sendiri kan! Kalau bukan kamu! Siapa? Setan. Ko, kamu tahu cerita Adam dan Hawa, ketika mereka dibuang dari surga, siapa penghuni setia surge yang selalu menemani mereka ke bumi. Siapa, setan kan. Bahkan sampai sekarang dia tetap menemani manusia. Itu kalau setan masih ada seperti yang kamu katakana tadi.

NARKO
Iya, ya

(nyengir, malu)

Kang, Kang??... Eh, Kang Parto!

PARTO
Ya, ada apa?

NARKO
Kang Parto tadak lapar.

PARTO
Ya, lapar, Kenapa?

NARKO
Aku juga lapar

PARTO
Ooo itu, ayo makan!

Parto dan Narko meninggalkan panggung


BABAK II

DI DALAM RUMAH, SETELAH ISYA’MUSIK, SUARA-SUARA BINATANG MALAM LAMPU MENYALA. SUKARDI MASUK, NEMBANG, KEMUDIAN TERDIAM TANPA KATA-KATA, MERENUNG. MONDAR-MANDI, KEMUDIAN DUDUK DI POJOK PARJO DAN PAK HARJO PULANG DARI KENDURI

HARDJO
Assalamualaikum

PARTO
Waalaikum salam waroh matullahi wabarokatuh, monggoh silakan masuk, Pak Hardjo. Silakan duduk

HARDJO
Eh, Nak Kardi
Sukardi menoleh, menghampiri dan menyalami tetapi tetap diam membisu. Dan kembali ke tempat semula

PARTO
Pak Hardjo jangan kaget. Dia sudah seminggu lebih seperti itu. Puasa tidak ngomong. Entahlah Pak, apa yang dia pikirkan. Mungkin dia sekarang lagi berandai-andai

HARDJO
Puasa tidak ngomong?

PARTO
Ya, Puasa tidak ngomong. Entahlah Pak, apa yang dia pikirkan. Mungkin dia sekarang lagi berandai-andai

HARDJO
Berandai-andai??

PARTO
Ya

HARDJO
Tentang apa

PARTO
Tak tahulah, Pak

HARDJO
Sepertinya masalah yang dipikirkannya berat

PARTO
Ya,

(jeda)

mungkin

HARDJO
Ehm, iya ya

PARTO
Aku sendiri bingung menghadapinya. Diajak ngomong diam, noleh sebentar terus pergi. Cuma begitu tiap hari

HARDJO
Mungkin dia sekarang lagi mikir

PARTO
Mungkin Pak. Mungkin dia sekarang sedang membayangkan sedang jadi presiden. Yang sedang memikirkan bangsa dan Negara yang gonjang-ganjing ini, mau diapakan Negara ini. Dibawa ke masa depan yang semakin bubrah, atau dibawa ke masa 2000 tahun yang lalu, damai, tentram, aman tidak seperti sekarang ini, atau

(diam)

tidak tahulah Pak, semuanya serba tertutup dan tidak jelas

MBOK SUMINAH MASUK, MEMBAWA BAKI DAN MINUMAN

MBOK
Selamat malam Pak Hardjo

HARDJO
Malam, ngomong-ngomong Warti mana?

MBOK
Ada pak, di dapur, tadi membantu bikin kopi

HARDJO
Bagaimana keadaannya

MBOK
Ya, begitulah Pak

MENUNDUK, MALU

HARDJO
Sepertinya aku lama sekali tidak ketemu Warti.

MBOK
Saya panggilkan

KELUAR

HARDJO
Nak Parto

PARTO
Ya, Pak

HARDJO
Apa besok Nak Parto bisa membantu saya?

PARTO
Ada apa, Pak

HARDJO
Itu, bikin bedengan untuk persiapan nanem cabai. Bibitnya sudah waktunya dipindah

MBOK SUMINAH DAN SUWARTI MASUK

HARDJO
Warti sini-sini nduk, sini

MENGAMBIL SESUATU DARI SAKU DAN DIBERIKAN KEPADA WARTI

WARTI
He-eh

SUWARTI SENANG DAN DIMAIN-MAINKAN PEMBERIAN DARI PAK HARDJO

PARTO
Pak Hardjo

HARDJO
Eh ya

PARTO
Besok, sendiri atau butuh tenaga lagi

HARDJO
Sebenarnya butuh lagi, tapi tidak ada yang nganggur

PARTO
Kalau masih perlu, mungkin Suwaji bisa Pak

HARDJO
Apa dia tidak di proyek

PARTO
Tidak, Pak. Sudah dua hari di rumah

HARDJO
Memangnya kenapa

PARTO
Katanya, bahan-bahan bangunannya telat

HARDJO
Kebetulan sekali

PARTO
Kalau begitu saya Tanya dulu. Ji, Waji!

Suwaji keluar

SUWAJI
Dalem! Ada apa KAng

PARTO
Besok pagi bias nggak ikut kerja di Pak Hardjo

SUWAJI
Besok pagi?

PARTO
Ya

SUWAJI
Bisa, Kang

HARDJO
Bisa

PARTO
Bisa, bias Pak. Di sawah yang mana Pak?

HARDJO
Di sebelah utara sawahnya Pak Khamid. Langsung ke sana saja, besok

PARTO
Ya, Pak

HARDJO
Kalau begitu, bapak pamit dulu. Warti aku pulang dulu. Jangan bikin bingung lagi

MBOK
Terima kasih, telah singgah di gubuk kami

HARDJO
Wassalamualaikum

KELUAR. SEMUA YANG ADA DI PANGGUNG KOMPAK MENJAWAB (Waalaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh), KECUALI KARDI DAN WARTI. KARDI TETAP ACUH, KELUAR

MBOK
Sudah malam, istirahat

Mbok Suminah dan Suwarti keluar

PARTO
Ji, besok bangunkan aku

SUWAJI
Ya, Kang. Eh Kang Parto, pintunya dikunci aku tidur di suraunya Pak Haji Khamid

KELUAR

PARTO
Ya, hati-hati

KELUAR. LAMPU REDUP



BABAK III

DI DALAM RUMAH, PAGI HARI, MUSIC MENGALUN. LAMPU MENYALA, TERANG WARTI MASUK, CENGGAR-CENGGIR SENDIRI, BICARA SENDIRI, ASYIK DALAM DUNIANYA SENDIRI, MENYANYI DAN MENARI, MENANGIS, TERTAWA, DAN MENGGERUTU SENDIRI MBOK SUMINAH MASUK

MBOK
Ti, sudah sarapan

WARTI
Eeh

MBOK
Nduk ambilkan keranjang

WARTI
He, apa Mbok

MBOK
Keranjang sampah

WARTI
Sampah, heeh

KELUAR

MBOH
Mengapa, mengapa, semua berubah begitu cepat. Warti anak perempuanku satu-satunya sudah waktunya menikah malahan jadi seperti ini. Aku ingin cepat nggendong putu, tapi….dosa apa yang telah aku perbuat, duh Gusti ampuni segala kesalahan dan dosa keluarga ini

Warti masuk

WARTI
Aku maafkan, aku ampuni segala kesalahan yang telah kau perbuat wahai manusia. Akan aku hapus segala dosa-dosamu. Hi…hi…hi…

MBOK
Hei, Nduk, Ti, mana keranjangnya?

WARTI
Heh

MENUNJUK

MBOK
mana!

WARTI
Dibelakang

MBOK
Aduh Ti, Ti. Ayo Nduk ambil

Warti keluar, Narko masuk

MBOK
Kowe tho, Ko

NARKO
Ya Mbok

MBOK
Ini kan masih pagi, kok sudah pulang. Kamu bolos

NARKO
Ya

MBOK
Kenapa?

NARKO
Males

MBOK
Lho kok malah malas. Piye tho! Apa kamu ndak mikir

NARKO
Mikir gimanaMbok

MBOK
Malah nanya

NARKO
Kalau aku ndak nanya terus aku mikir apa, Mbok

MBOK
Pertama, kamu itu disekolahkan biar pinter, ngerti. Kedua, supaya kamu tidak seperti Kakang-kakangmu, tidak kerja kasaran. Lagian Kakangmu sudah susah-susah cari duit untuk nyekolahin kamu. Nati kalau Kang Parto tahu kamu akan dimarahi

NARKO
Ya, jangan dikasih tahu biar tidak marah

MBOK
Yang ketiga…

NARKO
Apa?

MBOH
Hah, kok malah seperti itu, Ko Kakangmu itu biasanya tahu dengan sendirinya , jadi kamu harus rajin, sregep sekolah. Jangan suka bolos. Sudah masuk sana. Makan dulu nanti kalau sudah, bersihkan kebun belakang. Bibit rambutan dan nangka di samping sumur itu ditanam sekalian, ditata yang baik. Sudah sana

NARKO
Ya Mbok

Narko keluar

WARTI
Mbok!

MBOK
Apa, Ti

WARTI
Anu, e, itu, hi, he, anu

MBOK
Apa sih Nduk, kalau ngomong yang jelas

WARTI
Itu genteng, itu lho

MBOK
Genteng, genteng apa. Kamu ini bikin bingung saja

WARTI
Iya, itu…genteng. Pecah, jatuh satu-satu, banyak

MBOK
Genteng satu-satu, banyak ah apa sih Ti, kenapa gentengnya, pecah


(diam).

Maksudmu jatuh

WARTI
Iya, jatuh ambruk pisang, heeh

MBOK
Oh Pisangnya ambruk, timpa genteng

WARTI
Heeh

MBOK
Sudah, mbok ke belakang dulu

WARTI MARAH, MERAJUK TIDAK KARUAN, MENANGIS

WARTI
Mbok, mboke…

KELUAR. LAMPU REDUP


BABAK IV

DIDALAM RUMAH, SORE HARI. LAMPU MENYALA, MUSIC MENGALUN, KARDI MASUK, NEMBANG/URO-URO. PARTO DAN NARKO MASUK, MENDENGARKAN DAN MEMPERHATIKAN KARDI

(gambuh, ISKS. PB IV)
Aja nganti kabanjur
Sabarang polah kang nora jujur
Yen kabanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupaya iku
Pitutur ingkang sayektos

Pitutur bener iku,
Sayektine apantes tiniru
Nadyan metu saka wong sudra papeki
Lamun becik nggone muruk,
Iku pantes siro anggo

Ana pocapanipun
Adiguna adigang adigung
Pan adigang kidang adigung pan esthi
Adiguna ula iku
Telu pisan mati sampyoh

Si kidang umbagipun
Angandelaken kebat lumpatipun
Pan si gajah ngandelaken geng ainggil
Ula ngandelaken iku
Mandine kalamun nyakot

KARDI DIAM ASYIK DENGAN TENGWE

NARKO
Kang, apa yang terjadi

PARTO
Tak tahulah, Ko

NARKO
Apa Kang, apa akan selamanya seperti ini

PARTO
Ko, jangan ngawur kamu, hati-hati kalau ngomong, jaga mulutmu

NARKO
Habis kalau tidak, apa…apa Kang. Ini begini, itu begitu, ujung-ujungnya tidak tahu.

PARTO
Ko, kita perlu berfikir, memang seharusnya belum jelas, serba samar-samar

NARKO
Makanya Kang

PARTO
Iya, ya

KEDUANYA TERDIAM, SEJENAK

NARKO
Kang, Kang Parto!

PARTO
Heh, apa?

KARDI MULAI NEMBANG LAGI

NARKO
Kang Kardi mulai nembang lagi

PARTO
Iya

ASYIK DENGAN ROKOKNYA. KEDUA KAKAK BERADIK ITU BERUSAHA MENDENGARKAN KARDI NEMBANG

KARDI NEMBANG LAGI

(sinom)
Wewangsalan roning kamal
Pra anom den ngati-ati
Wrekso kang epindha janma
Golek kawruh kang sejati
Kholik prya upami
Anganggoa reh kang tuhu
Kalpika pasren karna
Gegelang munggwing dariji
Away tinggal miwah lali pariwara


(Kinanthi)
Kebo bang sungune tanggung
Aja sira ngapirani
Kekonang abyoning tawang
Kalintang rasaning ati
Peksi tuhu wadonira
Mring kmudu-kudu tilik


(Sinom, A. Rego Subagyo, 7-3-2002)
Anggoning rasa kang lara
Kudu netepi ing ati
Atma kang rumongso jaya
Pati ora bakal nganti
Ning pati mring Gusti
Manungso kudu mituhu
Ana luput ing ndonya
Abakal digowo mati
Atma palihlah marang Maha Kuwasa


SELESAI NEMBANG KARDI PERGI DAN TIDAK PERNAH TAHU ADA ORANG YANG MENDENGARKAN DIA NEMBANG TADI

NARKO
Lho itu Kang Kardi mau kemana

PARTO
Mungkin ke rumah Bapak

NARKO
Ke rumah Bapak. Bapak siapa?

PARTO
Ya Bapak kita. bapakmu

NARKO
Bapak kan sudah meninggal

PARTO
Ya, aku tahu

NARKO
Terus, maksudnya rumah yang mana?

PARTO
Rumah yang sekarang

NARKO
Kuburan?

PARTO
Iya

NARKO
Kuburan kok rumah, Kang?

PARTO
Ko, Narko

GELENG-GELENG

NARKO
Habis Kang Parto ngomongnya membingungkan

PARTO
Yang membingungkan yang mana

NARKO
Itu tadi

PARTO
Ko, kuburan itu juga rumahnya orang yang sudah mati, dengan kata lain bisa disebut makam, kata jamaknya mukim yang maknanya tinggal tinggal dan tempat tinggal kan sama dengan rumah

NARKO
Ooo, ya, ya aku ngerti sekarang

(diam sejenak)

Tadi Kang Kardi sedang..

BINGUNG TAK TAHU APA YANG DIMAKSUDKAN

PARTO
Nembang, maksudmu

NARKO
Ya, nembang tadi suara Kang Kardi ternyata enak juga. Tapi aku tidak mengerti dengan kata-katanya

PARTO
Ya, terang saja. Karena bahasa yang digunakan dalam tembang macapat, sebagian besar adalah bahasa jawa kuno. Dan sekarang bahasa itu sudah seperti dilupakan. Sekolah sekarang sudak tidak mengajarkan lagi. Akhirnya kamu dan yang seusia kamu jarang sekali yang mengerti dengan apa yang dimaksudkan. Itu yang dinamakan dengan pembangunan, membangun sana-sini akhirnya lupa dengan diri sendiri

NARKO
Tapi

TERDIAM

PARTO
Tapi apanya!

NARKO
Apa yang dimaksud oleh segala omongan Kang Kardi tadi

PARTO
Aku juga bingung sebenarnya apa yang terjadi pada Kang Kardi. Tapi yang pasti kita harus prihatin dan hati-hati sekarang, makanya jangan neko-neko

NARKO
Aku semakin lama semakin suntuk, bingung

PARTO
Apa kamu piker, kamu saja yang bingung

NARKO
Ya, aku tahu

KETUS

PARTO
Ko!

NARKO
Apaan sih, Kang

BERDIRI MAU PERGI

PARTO
Mau kemana!

NARKO
Pergi

PARTO
Pergi kemana

NARKO
Tak tahu

NGELOYOR PERGI

PARTO
Hei, Ko, Ko. Ke mana!

NARKO
Ngelayap! keluar

PARTO
Ngelayap, ngelayap

(diam)

Apa sebenarnya terjadi. Apa yang salah dirumah ini. Siapa yang salah? Apa aku yang salah?

(bertanya, terdiam)

Payah, payah semua kacau

KELUAR. LAMPU MEREDUP


BABAK V

DI DALAM RUMAH, SORE HARI
MUSIC SENJA MENGALUN. PARTO PULANG DARI SURAU MENGAMBIL RADIO, MENCARI GELOMBANG DAN MENDENGARKANNYA. MENIKMATI MUSIC YANG TERDENGAR DARI RADIO SAMBIL MENGHISAP TEMBAKAU. KEMUDIAN MBOK MASUK MEMBAWA BAK MINUMAN.

MBOK
Le, kopinya

PARTO
Ya, Mboh makasih

MBOK
Tadi siang Pak Hardjo mencarimu

PARTO
O, ya tadi aku sudah bertemu di Toko Mak Jum. Mbok?

MBOK
Ada apa

PARTO
Suwaji belum pulang

MBOK
Belum

PARTO
Narko!

MBOK
belum

DIAM, KHAWATIR. KARDI MASUK DENGAN TETAP SANTAINYA, CUEK

PARTO
Setiap kali aku melihat Kang Kardi seperti itu, aku jadi pusing. Jadi ingin ngamuk

MBOK
Sabar To, nanti kan berubah sendiri

Suwaji masuk tergesa-gesa

PARTO
To ada apa, duduk dulu

SUWAJI
Anu Kang, Narko!

PARTO
Memang Narko kenapa?

SUWAJI
Narko di rumah sakit

PARTO DAN SI MBOK SEREMPAK
Apa!!

PARTO
Mengapa, apa yang terjadi dengan Narko

SUWAJI
Tidak tahu Kang. Aku belum sempat bertanya

MBOK
To ini bagaimana?

PARTO
Ini semua gara-gara presiden satu ini, bisanya hanya diam. He, Kardi kalau sudah begini, apa kamu sudah puas. Apa kau akan tetap seperti itu, diam tak mau berbuat apapun. Bisu seperti patung, berhala. Bajingan kau Kardi

MBOK
Sabar, To, sabar. Mengapa kamu ngurusin Kakangmu, Narko adikmu di rumah sakit, To.

PARTO
Iya, aku tahu!!

MBOK
Ini Mbokmu To

PARTO
Ma’af Mbok

Kardi pergi meninggalkan mereka yang lagi bingung

PARTO
Hei, bajingan! Mau kemana, enak saja kau. Hei kembali kau, jangan lari dari tanggungjawab. Kurang ajar. Ku hajar kau

MENGEJAR KARDI DAN KEDUBRAK-KEDUBRIK, BERANTEM

MBOK
Sudah-sudah

(menangis)

kalian ini malah berantem, aduh Parto? Kardi hentikan

KELUAR MENGEJAR ANAK-ANAKNYA

SUWAJI
Ach!! Apa yang harus kulakukan!

KELUAR


SELESAI

0 Response to "MATAHARI 1/2 MATI"