Lakon
InTRIK
Karya   : ADANG ISMET




















INTRIK
Karya   : ADANG ISMET

Pelaku  : KAU dan AKU ( LAKI-LAKI/PEREMPUAN )


DUA INSAN YANG MEMUTUSKAN UNTUK HIDUP BERSAMA SETELAH MENINGGALKAN KELUARGANYA MASING-MASING.


PANGGUNG KOSONG, SUASANA LENGGANG, DI LANTAI TERHAMPAR TIKAR KOTOR DAN BARANG-BARANG BEKAS YANG BERSERAKAN TIDAK TERATUR.

CAHAYA REMANG-REMANG MENERPA DUA ORANG YANG BERJALAN HILIR MUDIK DENGAN LANGKAH KAKI YANG PELAN. KEMUDIAN MEREKA JONGKOK MEMBACA SURAT KABAR 



ADEGAN 1

AKU dan KAU, ( DIALOG DIUCAPKAN DENGAN BERBAGAI NADA MULAI DARI PELAN SAMPAI KERAS, DARI BERGUMAM SAMPAI BERTERIAK. )

“Dikabarkan oleh surat kabar, surat kabar yang mengabarkan kabar, kabarnya hari ini kabar kehilangan kabar. Kabar ini dikabarkan oleh surat kabar, surat kabar yang masih mendapatkan kabar dari kabar-kabar lainnya. Kalau kabar yang terkabar melalui kabar-kabar ini benar kabarnya, kita berharap agar kabar ini seperti yang terkabarkan itu hanyalah kabar semata.”

( DENGAN GERAKAN YANG LIAR MEREKA MEROBEK SURAT KABAR YANG TELAH MEREKA BACA, LALU SOBEKAN SURAT KABAR ITU MEREKA MAKAN DENGAN LAHAP. )

AKU
Selalu seperti ini.

KAU
Hampir selalu seperti ini.

AKU
Tak ada hentinya.

KAU
Berulang, berkali-kali.

AKU
Basi!

KAU
Seperti nasi.

AKU
Nasi?! Apakah kau sudah makan?!

KAU
Sudah makankah aku?!

AKU ( MENJAMBAK RAMBUT KAU DENGAN KASAR )
Apabila kau sudah makan?!

KAU ( DENGAN NIKMAT )
Oh, oh, oh, oh.

AKU
Oh, oh, oh, oh.

KAU
Belum, oh, belum, oh.

AKU
Aku juga belum, oh, belum, oh.

KAU
Hampir selalu begini.

AKU
Tak hentinya selalu begini.

KAU
Selalu seperti ini.

AKU ( BERPUTAR DENGAN RITMIS SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG )
Selalu, selalu, selalu, selalu, selalu ………….

KAU
Seperti birahi.

AKU ( DIAM MEMATUNG )
Birahi?! Sudahkah kau bersetubuh?!

KAU
Aku?! Bersetubuh?! Belum, oh, belum.

AKU
Aku juga belum.

KAU
Marilah bersetubuh!

AKU
Marilah bersetubuh!

CAHAYA MENYINARI KEDUA ORANG ITU YANG SEDANG JONGKOK BERHADAPAN SAMBIL MENGULUM DAN MELUMAT PISANG DIMULUTNYA. DENGAN LAHAP MEREKA MEMAKAN PISANG ITU SAMPAI TANDAS.

KAU ( MARAH )
Seperti ini selalu.

AKU ( SEDIH )
Selalu seperti ini.

KAU
Coba periksa kedokter.



AKU
Dokter apa?! Ini bukan urusan dokter. Ini perkara hati, perasaan dan pikiran. Sebab ….. sebab …..

KAU
Nah, ayo, teruskan.

AKU ( TANPA GAIRAH )
Kecenderungan manusia untuk bisa menikmati persetubuhan bermula dari yang …….
( DISELA OLEH KAU )
Selalu begini, begini selalu jadinya.

KAU ( TIBA-TIBA MENYELA PULA )
Ditentukan masa silamnya, saat kanak-kanak, begitu maksudku. Kau telah terganggu angan-angan masa depan dan gambaran masa silam. Buang pikiran semacam itu.

AKU
Tidak, masa depan tidak pernah terpikirkan, juga masa silam, bagiku telah lampau. Siapa yang terobsesi akan dua hal itu?! Masa silam merupakan milik orang berpunya, bukan milikku, tapi bagiku …..

KAU ( KEMBALI MENYELA )
Jelas sekali kau ini sakit. Cepat periksa kedokter. Jika tidak kau periksakan, niscaya, penyakitmu akan segera ……..

AKU ( MENYELA )
Mati! Aku tidak pernah takut akan kematian. Karena aku lahir memang untuk mati.
Sudah lama aku tahu rahasia ini dan aku sudah siap menghadapi kematianku. Mati merupakan bagian dari berbagai persoalan. Jadi bagiku mati tidaklah memiliki makna apa-apa, selain sekedar tanggung jawab kita terhadap hidup. Titik.

KAU ( HENING. TIBA-TIBA KAU BERTERIAK HISTERIS )
Aku takut mati, aku takut mati, aku ingin hidup, aku ingin hidup terusss ……….

AKU
Jika kau takut mati, kenapa kau hidup?! Karena kau hidup maka wajib mati. Pegang tanganku ( MENGELUARKAN PISANG ).
Marilah kita bersetubuh lagi. Aku yakin sekarang bisa mengatasinya.
 ( PISANG ITU DIKULUM DENGAN NIKMATNYA ).

KAU ( MENANGIS SAMBIL MERAYAP MENGELILINGI RUANGAN. AKU MENGIKUTI SAMBIL BERNYANYI MENCOBA MENGHIBUR KAU ).
Aku takut mati. Aku tidak paham dengan semua kata-katamu. Aku tidak bisa mengatasi penyakitmu. Periksalah kedokter.

AKU ( MEMASUKAN PISAN KE DALAM MULUT KAU )
Diam, ssttt, diam.

 ( KAU TERUS MENANGIS TERSEDU TANPA SUARA SAMBIL TETAP MERAYAP. AKU BERDIRI MEMATUNG SAMBIL TETAP BERNYANYI, KATA-KATANYA TIDAK BEGITU JELAS. KAU BANGKIT TETAP MENANGIS DAN KEMUDIAN PERLAHAN-LAHAN DIA BERPUTAR. AKU MEMANDANG KE SATU ARAH. TERDENGAR SUARA MUSIK.
KAU BERPUTAR, AKU BERPUTAR MENGIKUTI GERAKAN KAU.
MEREKA BERGUMAM , MENGUCAPKAN KATA-KATA, MENERIAKAN KATA-KATA, BERNYANYI DENGAN LANTANGNYA DAN SECARA TIBA-TIBA MEREKA DIAM SEKETIKA. HENING. MEREKA BERPELUKAN ).

KAU
Ternyata kau benar.

AKU
Aku sudah mengatakan bahwa aku yakin.

KAU
Aku tadinya meragukan perkataanmu

AKU
Mestinya kau percaya. Dulu kau pernah percaya adaku.

KAU
Dulu?! Tadi kau katakan tidak pernah peduli dengan masa silam.

AKU
Aku tidak pernah berkata begitu.

KAU
Kau berkata.

AKU
Tidak.

KAU
Aku yakin tadi kau berkata.

AKU
Aku yakin tadi aku tidak berkata.

KAU
Berkata.

AKU
Tidak berkata.

KAU
Berkata.

AKU
Tidak berkata.

KAU
Ber ………

AKU ( MEMOTONG )
Tidak ber ……..

KAU
Ti ……..

AKU ( MANGKIT )
Mari kita makan.
 ( TANPA SALING BERKATA AKU DAN KAU SIBUK MENYIAPKAN MAKANAN. MENYALAKAN LILIN. MEMBUNYIKAN MUSIK YANG TIDAK ENAK DIDENGARKAN.
DENGAN HUSU’ MEREKA BERDOA’, LAMA SEKALI.
DAN SETELAH BERDOA DENGAN GERAKAN CEPAT MEREKA MAKAN SEPERTI ORANG YANG KELAPARAN ).

AKU ( MERAPIHKAN BEKAS MAKANAN MEREKA )
Seperti biasa tidak ada yang berubah. Aku capek sekali.

KAU ( MENCUCI BEKAS MAKAN )
Kau harus menjalani semua ini.

AKU ( MENGOSOK GIGI AKU DAN KAU )
Aku capek sekali.

KAU
Jangan mengulang-ulang kalimat. Aku pun capai sekali. Begitu banyak pertanyaan yang diam-diam menggrogoti seluruh kesadaranku. Apa yang kau dan aku harapkan?! Mau kemana kau dan aku ini?! Apakah kau dan aku ini bisa menahan diri?! Apakah kau dan aku ini …………

AKU ( MEMELUK KAU DENGAN MESRA )
Sstttt, sudahlah. Lebih baik kau dan aku diam saja. Nikmati keheningan.

KAU
Kanapa baru sekarang kau mersa capek?! Padahal aku sudah lama sekali merasa capek. Sejak kau dan aku menjalani hidup bersama.

AKU ( MARAH )
Apa katamu?! Apa artinya semua ini?! Apa artinya kehadiranku bagimu?! Apa artinya kehadiranmu bagiku?! Apa semuanya itu tidak memiliki makna apa-apa bagimu?! Ada kesepakatan antara kau dan aku, saat aku bersedia hidup bersamamu. Apakah kau sudah tidak ingat lagi?! Lantas kenapa kau baru katakan semua ini sekarang?! Kenapa tidak kau katakan bahwa kau capek waktu kau bertemu denganku pertama kali?!

KAU ( DIAM. LALU MENDORONG KURSI ATAU BENDA APA SAJA YANG ADA DIRUANGAN ).
Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Aku ingin bicara apa adanya.

AKU
Aku tidak sakit hati. Sudah lama perasaan itu hilang dari diriku. Sudah lama aku buang segala perasaanku.

KAU ( MENARIK AKU DENGAN MESRA )
Mari sini. Duduklah dekatku.

AKU ( MASIH TETAP PENASARAN )
Aku sudah lama membuang segala rasa sakit di hatiku. Aku sudah berusaha untuk membuangnya.

KAU ( MENARIK AKU KEPANGKUANNYA. TERDENGAR SUARA NYANYIAN.
MEREKA PUN BERNYANYI BERSAMA-SAMA. SUARANYA MUNGKIN SAJA SUMBANG, TAPI MEREKA MENGHAYATINYA ).

Kemana aku melangkah
Engkau selalu di sisiku
Ketika aku susah
Engkau penghiburku
Aku dan engkau tak mungkin berpisah
Ibarat langit dan bumi
Ibarat bulan dan bintang
Aku dan engkau tak mungkin berpisah


AKU ( MEREKA BERTERIAK KEGIRANGAN )
Sekarang aku merasa terlahir kembali. Aku merasakan darahku mengalir lagi. Jantungku berdenyut lagi. Kau masih tetap yang dulu.

KAU ( TIDAK MERESPON KEGEMBIRAAN AKU. DIA MENYODORKAN SURAT KABAR LAINNYA ).
Baca ini. Ada kabar yang paling aktual dan paling menarik untuk hari ini.

AKU
Tidak. Aku tidak mau membacanya.
 ( KAU MENAMPAKKAN WAJAH KECEWA )

Baik, aku akan membacanya. Ini kabar basi. Surat kabar-surat kabar selalu mengabarkan kabar disetiap hari. Kabar yang aku dan kau baca hari ini pada pertanyaannya sudah lewat entah berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun, dari sumbernya.


Surat kabar pun hanya mengutip saja, dan mengabarkan kabar yang belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Aku selalu bertanya mengapa orang-orang percaya dengan surat kabar, radio, televisi, dan omongan-omongan orang. Kenapa aku dan kau sibuk membaca kata-kata?! Padahal aku dan kau bisa menciptakan kata-kata itu sendiri. Bahkan aku dan kau adalah kata-kata itu sendiri.

KAU
Kata-kata yang berhamburan dari mulutmu itulah yang selama ini membuat aku merasa capek.

AKU
Aku merasa segar sekarang.

KAU
Aku capek sekali.

AKU
Kesegaran ini perlu dirayakan. Mari kita bernyanyi lagi, marilah bersamaku.

KAU ( MARAH )
Hentikan! Kasihanilah aku. Batas kesabaranku bisa ambrol.
 ( DENGAN SIKAP GARANG AKU MENYERET KAU KE ARAH SEBUAH PASU DAN TANPA KASIHAN AKU MENENGGELAMKAN KAU KE DALAM PASU YANG BERISI AIR ).

AKU ( MASIH ASYIK DENGAN PIKIRANNYA SENDIRI )
Lagu dan tarian apa yang paling kusukai?! Buku dan refrensi yang memuat daftar lagu dan tarian kesukaanku hilang. Apakah kau pernah menemukan bukuku?!

KAU
Tidak.
 ( MENDENGARKAN JAWABAN ITU AKU KEMBALI MENENGGELAMKAN KEPALA KAU KE DALAM PASU YANG BERISIKAN AIR ).
Tidak pernah.

AKU
Aku yakin kau pernah menemukan bukuku. Atau setidaknya kau pernah menyimpannya.

KAU
Aku tidak pernah menemukannya dan tidak pernah menyimpannya.

AKU ( MENGANGKAT TUBUH KAU DAN MENYERETNYA KELILING RUANGAN )
Kau pernah menemukannya! Aku perlu buku itu sekarang. Aku ingin tahu lagu dan tarian kesukaanku. Semuanya itu tercatat dengan rapi didalam buku itu. Capek, aku capek sekali. Semuanya membuat aku sakit.

KAU
Sudah ku katakan sejak dulu kalau kau itu sakit. Maka periksalah kesehatanmu itu ke dokter. Selalu saja kau menolak.
Selalu saja kau berkata semua rasa sakit sudah kubuang habis sampai tandas. Selalu demikian, tak hentinya selalu demikian.
 ( SAMBIL MENGUCAPKAN DIALOG TERSEBUT KAU MENYERET AKU DAN MENENGGELAMKANYA KE DALAM PASU. AKU BERUSAHA UNTUK MELAWAN. TERJADILAH PERKELAHIAN DIANTARA KEDUANYA. MEREKA SALING MENJAMBAK, MENGERAM SEPERTI KUCING YANG SEDANG NAIK BIRAHI. GADUH SEKALI. DISELA-SELA PERKELAHIAN, TERDENGAR WARTA BERITA DARI RADIO. BERSAMA DENGAN ITU PERTENGKARAN DAN PERKELAHIAN ANTARA KAU DAN AKU KEHILANGAN SUARA, HANYA TUBUH MEREKA YANG SALING BERGETAR HEBAT SEKALI. LALU DIAM SEKETIKA DAN MEREKA MENEGUK AIR. SEPI BEBERAPA SAAT. )

AKU
Maafkan aku.

KAU
Jangan ucapkan kata maaf. Kata-kata itu menyakitkan saja. Orang yang dimintai maafnya secara terpaksa harus memaafkan orang, walau pun perasaannya sudah disakiti. Jadi aku minta jangan minta maaf kepadaku.

AKU
Sebenarnya maksudku untuk …….

KAU
Menghibur dirimu, begitu. Agar kau bisa terlepas dari rasa bersalah?! Sehingga kau memiliki hak untuk melakukan kesalahan yang serupa, baik ke orang yang serupa atau pun pada orang lain, begitu maksudmu?!

AKU
Aku tidak bermaksud begitu.
Yang kumaksud adalah …. Adalah …. ( MARAH )
Apa kau mau memaafkan aku apa tidak?!

KAU ( DENGAN TEGAS )
Tidak.

AKU
Terima kasih.

KAU
Sama-sama.

AKU
Keras kepala.

KAU
Terima kasih.

AKU
Tidak mau mengerti perasaanku.

KAU
Terima kasih.

AKU
Tidak mau memahamiku.

KAU ( MENIRU AKU )
Aku ingin menari dan menyanyi. Lagu dan tarian apa yang kusukai?!  Buku yang memuat daftar lagu dan tarian yang kusukai sudah lama hilang. Hilang?! Apakah kau pernah menemukan dan menyimpannya barangkali?!

AKU
Tidak.

KAU
Terima kasih.
 ( SAMBIL MENGUCAPKAN KALIMAT ITU KAU KELUAR. AKU TIDAK MEMPERDULIKAN KEPERGIAN KAU. AKU COBA MENYIBUKAN DIRINYA DENGAN BERBAGAI AKTIVITAS. TANPA DIDUGA SEBELUMNYA KAU DATANG KEMBALI SAMBIL BERLARI-LARI MENGELILINGI RUANGAN DAN BERTERIAK-TERIAK ).

Tolong! Tolong! Tadi aku pergi tanpa mengucapkan salam padamu. Maksudku aku akan mencari bukuku dan bukumu yang hilang. Disana gelap sekali. Disana tidak ada siapa-siapa, disana tidak ada apa-apa.
 ( AKU BERNYANYI )

Diamlah. Aku minta tolong padamu. Aku akan bercerita. Diamlah, diamlah!
 ( AKU TERUS SIBUK MENGERJAKAN SESUATU )

Aku mencari makanan dan minuman. Dan juga bukuku dan bukumu, yang tadi aku pertanyakan. Dan yang tidak pernah mendapat jawaban. Disana gelap sekali. Disini hangat, teran, ada bunyi dan ada kau. Diamlah. Dengarkan aku. Aku maafkan kesalahanmu. Aku maafkan kesalahanmu. Aku janji akan memaafkan kesalahanmu.

AKU
Jangan. Jangan maafkan aku. Konsistenlah dengan sikapmu. Aku senang jika kau bisa konsisten. Aku ada disini, dan kau juga ada disini dengan satu tekad sikap yang tegas. Ingat itu. Jangan sekali-kali berubah pikiran.

KAU ( MENYEDUH KOPI DAN MEMBERIKANNYA KEPADA AKU )
Aku tadi pergi tanpa kau ketahui. Aku mencari buku yang aku dan kau cari.

AKU
Lupakan saja buku itu.

KAU
Tidak. Aku ingin menghiburmu. Aku tahu kau capek. Aku ingin menghiburmu.

AKU
Aku tidak butuh hiburan apa-apa.

KAU
Aku sering mengecewakanmu. Aku ingin menghiburmu.

AKU
Bacalah surat kabar.

KAU
Aku lelah. Akir-akhir ini aku selalu memperhatikanmu.

AKU
Apa katamu?! Kau memata-matai aku?!
 (AKU MELEMPARKAN BERBAGAI BENDA )

Kenapa kau lakukan itu?! Apa alasannya?! Atas dasar apa kau melakukan hal serupa itu?!
Pasti ada pihak lain dibalik perbuatanmumu.

KAU
Selalu seperti itu. Kau kekanak-kanakan. Persetan dengan segala kecurigaanmu.

AKU
Kau telah melanggar kebebasan pribadiku. Aku tida suka. Ada batasan norma-norma yang harus dihormati. Aku dan kau tinggal disini, ditempat yang memberikan kebebasan bagi setiap induvidu. Ditempat ini tidak boleh ada penindasan. Aku bisa menuntutmu ke pengadilan.

KAU
Kau tidak pernah berubah. Sejak dulu sikapmu acap seperti itu.

AKU
Oh, oh, itu hanya sebuah kesimpulan. Apa urusannya kelakuanku dengan dirimu?! Kau mau mengintervensi diriku. Itu merupakan pelanggaran hak asasi.

KAU
Aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadimu. Aku ingin hubungan kau dan aku tetap utuh. Ingat janji yang pernah kau ucapkan dulu.

AKU
Berhenti berdalih. Aku tuntu kau ke pengadilan.

KAU
Silahkan, tuntutlah aku, jika kau merasa apa yang aku lakukan ini salah.

AKU
Baik. Aku akan akhiri kebersamaan yang selamai ini kau dan aku jalani.
 ( SAMBIL MENGUCAPKAN KATA-KATA ITU AKU PERGI SAMBIL TETAP NYEROCOS ).

KAU ( MENGGERUTU )
Kau kira pengadilan itu apa. Disana kau akan berhadapan dengan suatu lingkaran yang tidak akan pernah ada ujungnya. Kau akan berputar-putar tiada hentinya. Waktu akan berputar seperti tidak ada ujungnya pula. Kauakan menunggu sekian lama sebelum perkara yang kau ajukan ditangani. Kau akan melewati meja demi maja, orang demi orang. Waktu hilang, duit pun tandas.Silahkan tuntut aku, dikiranya aku takut. Tidak. Tidak.

 ( TERDENGAR JERITAN DIIRINGI DENGAN MASUKNYA KEMBALI AKU, DIA MEMELUK ERAT-ERAT KAU ).




ADEGAN 2.


AKU DAN KAU (MASIH DALAM POSISI BERPELUKAN. MEREKA BERBICARA SECARA BERSAMAAN ).

Sudah berapa lama kita hidup bersama?! Lihat matahari itu. Apakah masih yang dulu?! Waktu kita datang ke tempat ini, matahari masih diatas sana. Sudah berapa lama kita bersama?! Ingatkah kau?! Apakah kau marasa terpereangkap?!

KAU
Tidak. Aku tidak merasa terperangkap. Aku ingat dan menyadari sepenuhnya pilihanku untuk mengikutimu ke sini.

AKU
Aku pikir kita telah terperangkap oleh mimpi kita sendiri.

KAU
Kau menyesal atas pilihanmu sendiri?!

AKU
Kita hanya melakukan hal-hal itu saja. Rutinitas ini menjerat sukmaku.

KAU
Aku tidak menyesali semua itu. Waktu kau mengajak pergi kau katakan disini akan ditemukan ketenangan, kasih sayang dan kepercayaan. Aku mempercayai semuanya dan aku ikut denganmu.

AKU
Pikiran dan perasaanku buntu. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi. Aku merasa kosong. Semuanya tidak seperti yang aku bayangkan. Aku rindu kehadiran orang lain.

KAU
Jangan bangkitkan kenanagan masa lalu. Kau tetap memiliki arti bagiku, karena ada aku di sini.

AKU
Dimana orang-orang?! Sedang apa mereka sekarang?! Aku waktu kita pergi meninggalkan mereka, kita tidak pernah merasa kehilangan apa-apa, kita tidak pernah merasa ada yang kurang.

KAU
Sudalah. Jangan membuat kita bersedih. Disini kita tidak kekurangan apa-apa. Ditambah lagi tidak ada siapa pun yang tak sepaham disini.

AKU
Kau tidak mengerti apa-apa. Kita telah salah memilih. Kesepahaman itu pikiran yang sangat naif sekali. Justru dengan adanya perbedaanpahan kita bisa bertahan hidup. Disini tidak ada lagi tangtangan. Kita telah memerangkapkan diri kita sendiri. Kita akan meranggas, seperti pohon kering. Lalu kematian akan menyergap kita.

KAU
Stop bicara tentang kematian. Lebih baik kita bicara tentang yang lain saja. Tentang laut, lampu, lalat, lawa-lawa, atau kalau kau tidak suka bagaimana kalau aku siapkan makanan atau barangkali kau mau bersetubuh lagi.

TANPA BANYAK BISARA KAU DAN AKU MEMPERSIAPKAN SEGALANYA. KEMBALAI ADA NYANYIAN DAN CAHAYA LILIN. LALU GELAP SEKETIKA. SEPI, YANG TERDENGAR HANYA SUARA SENDOK YANG BERSENTUHAN DENGAN PIRING ATAU GARPU DAN JUGA DISELINGI DENGAN DESAHAN NAFAS. LALU BUNYI AIR YANG MENGGELONTOR. LALU SEPI KEMBALI YANG PANJANG. TERCIUM WEWANGIAN DI BARENGI DENGAN PERCIKAN AIR KE ARAH PENONTON. TERDENGAR ORANG SEDANG MENGEJA DALAM KEGELAPAN.

AKU
Ma-ti, ak-hir  da-ri  hi-dup. Ji-ka, a-ku  ti-dak  hi-dup  ti-dak  pu-la  bi-sa  ma-ti.
Ki-ta  bi-sa  ma-ti  ka-re-na  ki-ta  hi-dup.

KAU
Ta-pi  a-ku  ta-kut  ma-ti. A-ku  ta-kut  ma-ti.  A-ku  ta-kut  ma-ti.

 ( SECARA TIBA-TIBA CAHAYA MENERANGI RUANGAN NAMPAK KAU DAN AKU SEDANG BERPELUKAN. TUBUH MEREKA NAMPAK KOTOR KARENA LUMPUR YANG MELUMURINYA ).

AKU
Aku sudah tidak tahan lagi.

KAU
Kita lawan, jangan menyerah.

AKU
Aku ingat mereka, saudara-saudara kita, kawan-kawan kita, anak dan isteri kita. Masih adakah mereka?! Ingatkah mereka pada kita?! Masih bisakah kita kembali kepada mereka?!




KAU
Jangan ingat-ingat lagi masa lampau. Itu semua sudah terkubur dengan kepergian kita ke sini. Dulu sudah aku katakan jangan tinggalkan tempat itu, kita lawan semua tangtangan. Tapi kau ngotot untuk tetap pergi.

AKU
Waktu itu aku sudah tidak tahan lagi. Aku harus mengalah makanya aku mengajak kau pergi. Ternyata pendapatmu benar, seharusnya dulu kita melawan mereka.

KAU
Kurang bagaimana aku menyarankan dan memberikan dorongan agar kau berani melawan arus. Hanya orang-orang seperti itulah yang mampu berdiri tegak nantinya.

AKU ( SECARA HISTERIS MEMUKUL DIRINYA SENDIRI )
Dasar bodoh. Dasar bodoh. Padahal aku yang benar, tapi justru aku yang pergi. Dasar bodoh. Masih mungkinkah aku menarik kembali langkahku?!

KAU
Kenapa tidak.

AKU
Aku gamang.

KAU
Sudahlah. Kau nampak letih sekali. Duduklah disini. Lebih baik kau istirahat. Tenangkan pikiranmu.

AKU
Tidak. Aku tidak ingin istirahat. Waktu berlari dengan cepatnya.

KAU
Aku tahu. Tapi lebih baik mengasolah dulu sebentar.

AKU
Aku tidak ingin mengaso. Aku butuh bantuanmu agar keberanianku bisa tumbuh.

KAU ( BERNYANYI )

Langit mengucurkan darah
Siang itu uap pembunuh
Terbang tertampung di awan
Ada nyanyian nyelekit
Menyisir sisi tulang iga
Seribu mata membeliak
Membaca sejarah yang terbuka
Dan makna kata-kata buram
Terhapus kucuran darah.

WAKTU KAU SEDANG BERNYANYI, DIAM-DIAM AKU KELUAR DAN BERBAUR DITENGAH-TENGAH RUANG PENONTON. SETELAH LAGU SELESAI TERDENGAR, SAYUP-SAYUP SUARA AKU SEDANG BERPIDATO.

AKU
Tanpa saya kehendaki tiba-tiba saya terlahirkan ke dunia ini, dan mesti menjalani kehidupan seperti yang sedang saya jalani sekarang ini. Dan yang paling menyakitkan saya tidak mampu menolak atas kelahiran saya ini. Saya tidak mempunyai ruangan untuk mengeluh segala peristiwa yang saya alami. Lalu secara tiba-tiba pula saya tumbuh menjadi dewasa dan berada dilingkungan yang tidak cocok bagi saya. Ada nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dijejalkan pada saya oleh orang tua saya, guru saya, saudara-saudara saya, teman-teman saya dan seluruh masyarakat dimana saya tinggal. Tapi nilai-nilai yang mereka jejalkan pada saya semuanya sekarang telah berubah sama sekali. Saya bertanya pada mereka apa penyebab perubahan itu?! Tak ada seorang pun yang mau memberikan jawaban. Mereka malahan mentertawakan saya ketika saya menolak sejumlah uang komisi yang diberikan oleh sebuah perusahaan kontraktor.
Mereka mengasingkan saya saat saya membeberkan adanya kebocoran dana kegiatan di kantor tempat saya bekerja. Mereka mengencingi saya, mereka menendangi saya, waktu saya minta agar mereka menjauhi sistem kekerabatan dalam menerima pegawai baru. Mereka mencemoohkan saya waktu saya mengemukakan argumentasi yang bertolak dari nilai-nilai yang pernah mereka ajarkan pada saya aewaktu saya masih bersekolah dulu.
Mereka tak lagi mengenal apa artinya rasa malu, yang sampai saat ini saya yakini masih menjadi paham semua orang di negeri ini. Semuanya telah lama sirna. Lalu tiba-tiba saja saya bertemu dengan dia, satu-satunya orang yang nampaknya sepaham dengan saya. Lalu saya jatuh cinta. Kami memang sejenis, tapi salahkah jika kami saling mencintai?!
Dialah yang mengajak saya pergi ketempat ini. Tempat yang dulu pernah kami tinggali tidak lagi cocok bagi saya dan dia. Meskipun disana kami memiliki nerbagai peralatan, bisa menonton film 10 kali dalam sehari, kami pun punya anak dan isteri yang pernah kami cintai. Mungkin sekarang anak-anak kami sudah mempunyai cucu. Dia mengatakan tinggalkan tempat virus kehidupan telah mencemarinya.

Dia mengatakan, kalau kami tidak menyingkir, kai pun akan terperosok dalam kebudayaan yang tidak jelas asal-usulnya. Waktu itu aku berkata pada dia, kita akan melawan mereka. Hadapi semua tangtangan. Singkirkan semua rintangan. Tapi dia menolak dan mengatakan, kekuatan yang selama ini kami yakini telah lama meninggalkan kami. Kami telah menjadi yatin piatu tanpa kami sadari. Ada kekuatan yang tidak saya sadari, yang diam-diam menyelinap dalam diri saya. Aku suka dia. Aku mencintainya. Kami sadar kalau kami ini sejenis. Tapi salahkah kalau kami saling mencintai?! Saya pun mengikuti keinginan dia untuk meninggalkan tempat itu. Apa yang terjadi sekarang setelah banyak waktu berlarian, setelah banyak keluhan terlontarkan, setelah banyak waktu berlarian, setelah banyak keluhan terlontarkan, setelah sekian banyak penyesalan mengendap dalam hati. Tiba-tiba saja dia tidak lagi meyakini pilihannya itu. Dia gamang, dia kecewa.
Hidup macam apa yang sebenarnya sedang kita tempuh?! Semua orang menggunakan topengnya masing-masing, kita pun sebenarnya memiliki topeng yan sama. Mereka orang-orang rakus tak lagi mengenal hak dan kewajiban. Satu sama lain saling mengintip kelemahannya. Mereka melahap apa saja yang mereka temukan. Tanah, air, udara, api, besi, baja, semen, kayu, hutan, bulan, matahari, dan bintang. Mereka menghisap semuanya seperti lintah yang menyedot darah dari tubuh kita. Mereka rampas hak orang lain, mereka rejam diri mereka sendiri dan tanpa mereka sadari merekan memakan daging mereka sendiri.

KAU
Jika aku bersikeras menolaknya waktu dia mengajakku pergi, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Mungkin saat ini saya sedang menghadiri kelahiran dari anak cucu saya yang kesekian. Ingin aku menyanyi.

Aku ingin menjadi seorang demonstran
Sambil kugaruk kelaminku
Yang tak lagi bisa ereksi
Omongan tentang keterbukaan
Selalu mampet diselokan demokrasi

Ingin aku menjadi seoran demonstran
Sambil kukunyah kelaminku sendiri
Yang lembek dan tak lagi memberontak
Sebuah pisau silet berteriak dari dalam bungkusnya
Bukalah aku. Ulurkan tanganmu. Biar kuturih nadimu
Tiba-tiba leherku berdarah.

Dia tidak pernah merasakan semua itu, dia hanya menghikmati kesunyiannya sendiri. Lagu yang barusan saya nyanyikan tak bermakna baginya.

SEMUA DIALOG DAN NYANYIAN YANG DEUCAPKAN OLEH KAU DAN AKU SALING BERTUMPUK DAN SIMPANG SIUR.TIDAK USAH TAKUT JIKA TIDAK BISA DIDENGARKAN DENGAN JELAS MAKNA KATA-KATA ATAU KALIMAT YANG DIUCAPKAN OLEH MEREKA. YANG HARUS DIPERHATIKAN ADALAH NADA DAN INTONASINYA. SETELAH KEGADUHAN, MUNCULKAN SUASANA HENINGAN YANG TOTAL. TIDAK ADA GERAKAN DARI KEDUANYA. SEMUANYA MEMBATU. KEHENINGAN ITU DIBUYARKAN OLEH TERIAKAN.

AKU
Ibu.

KAU
Ibu.

AKU
Ibu.

KAU
Ibu.


AKU
Tuhan.

KAU
Tuhan.

AKU
Tuhan.

KAU
Tuhan.

AKU
Ku eja nama-Mu.

KAU
Ku eja nama-Mu.

AKU
Ku eja nama-Mu.

KAU
Ku eja nama-Mu.

AKU
Siapakah namamu?!

KAU
Siapakah namamu?!

AKU
Siapakah namamu?!

KAU
Siapakah namamu?!

AKU
Pertanyaan itu kembali bergema.

KAU
Pertanyaan itu kembali bergaung.

AKU
Selalu seperti ini.

KAU
Berulang-ulang tanpa hentinya.

AKU
Penyesalan nampaknya berbaris mengikuti langkahku.

KAU
Bukan, tidak. Itu sekedar ketakutanmu saja.

AKU
Bukan, tidak kenyataan seperti itu. Lihat ke belakangmu, berjuta-juta kata penyesalan saling berhimpitan mendorongmu.

KAU
Kau Cuma bermimpi.

AKU
Aku tidak pernah mememahami kemana kita akan menuju. Kompas pedoman kita telah lama pecah sewaktu aku menaiki bukit itu.

KAU
Kau meniggau. Kapan kau menaiki bukit?!

AKU
Aku menyeret batu ke atas bukit itu, dan setelah sampai kepuncak bukit beban yang kuseret menggelinding kebawah. Aku merasakan sejuta halilintar menyambar kepala, memerintahkan agar aku membawa kembali beban itu ke atas bukit.

KAU
Kau bermimpi menjadi Sisipus. Kau terpengaruh bacaanmu sendiri. Isinya sekarang mulai menggerogoti benakmu.

AKU
Sisipus?! Kau menyebut nama. Kau sebutkan sebuah nama. Jadi aku bernama Sisipus?! Namakukah itu?!

KAU
Bukan. Itu mitos dibalik cakrawala. Kita tidak pernah menginjak tanah itu. Kita punya cakrawala sendiri.

AKU
Aku yakin nama yang kau sebutkan tadi adalah namaku.

KAU
Bukan. Namamu adalah ……… namamu adalah ……….

AKU
Inilah mimpi buruk itu.
 ( MEREKA KEMUDIAN MENGERJAKAN SESUATU )

Dingin sekali disini.

KAU
Kuambilkan selimut.
 ( SELIMUT YANG DIAMBIL KAU BERUPA TIKAR ATAU WADE ).

AKU ( KAU MENYELIMUTI AKU )
Terima kasih. Kau memang baik. Selama ini aku dibutakan oleh kenyataan. Peluklah aku. Aku ingin kau nyanyikan lagu kesenangan kita dulu.

KAU
Tidurlah. Istirahatlah.

AKU
Kau memang baik sekali.

KAU
Sudahlah, tak perlu kau ulang-ulang lagi perkataanmu. Lebih baik tidurlah.

AKU
Apa yang sebenarnya kita cari selama ini. Aku telah berusaha untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaanku sendiri. Pertanyaanku selalu terbentur kebuntuan.

KAU
Sudahlah. Hentikan pergulatan pikiranmu itu. Semuanya tidak akan merubah keadaan.

AKU
Aku tidak ingin menghentikan semua ini. Selama ini aku terus menggulati pertanyaan purba dan ingin kudapatkan jawabanya.

KAU
Kau tidak akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang kau ajukan itu.

AKU
Pertanyaanku menyimpan beribu-ribu kegelisahan jiwa manusia.

KAU
Siapa?! Tidak ada seseorang yang menyimpan pertanyaan seperti kau.

AKU
Apa yang harus aku perbuat agar kau bisa mempercayai semua perkataanku?! Pertanyaan yang ku ajukan ini penting bagi kelangsungan hidup manusia.

KAU
Kau letih. Kau bukan siapa-siapa. Kita bukan apa-apa.

AKU ( BERDIRI DENGAN TIKAR/WIDE YANG MASIH MENYELIMUTINYA )
Aku ingin menjadi seniman. Aku harus menyuarakan kebenaran.

KAU
Siapa yang mengharuskan?!

AKU
Nurani. Aku ingin menjadi seniman. Akan aku ungkapkan kegetiran dan kepedihan orang-orang tertindas. Akanku gerakan masyarakt melalui karyaku agar mereka menyadari hak dan kewajiban sebagai manusia. Akan kuciptakan sejarah bagi peradaban.

KAU
Seniman tidak bisa menciptakan sejarah. Sejarah hanya diciptakan oleh orang-orang kuat, orang-orang yang memiliki uang dan senjata. Peranglah yang menciptakan sejarah.

AKU
Aku tidak suka peperangan.

KAU
Kalau begitu hentikan mimpimu untuk menciptakan sejarah.

AKU
Aku tidak bermimpi. Aku bercita-cita.

KAU
Cita-cita atau mimpi pada dasarnya sama saja.

AKU ( MENJATUHKAN TIKER/WIDE YANG MENYELIMUTINYA )
Bangsat, kau mempermainkan aku.

KAU
Aku tidak mempermainkan kau. Kita sedang berdiskusi.

AKU
Diskusi?! Apa yang kau maksud diskusi?! Omong kosong semuanya itu.

KAU
Terserah.

AKU
Apa kita harus bertengkar lagi?!

KAU
Terserah.

AKU
Keparat. Diam-daim kau ingin menusukku dari belakang. Dasar kutu busuk. Siapa yang ada dibelakangmu?! Jawab!

KAU
Pikiranmu penuh dengan prasangka saja. Buang penyakit itu.

AKU
Jangan coba menghindar dari tanggung jawab. Kau mau menghancurkan dan membunuhku?! Aku tidak takut mati. Aku tidak akan pernah takut mati. Kau sendiri yang akan mati.

KAU
Hentikan kegilaanmu. Aku mencintaimu. Kau mengajaku ke sini untuk menghindari mereka disana. Setelah kita disini kau terus membicarakan persoalan yang sudah lewat.

AKU
Jangan mengalihkan pembicaraan. Apa maksud perkataanmu yang sebenarnya. Benarkah kau akan membunuhku?!

KAU
Pikiranmu telah menjadi racun bagi dirimu sendiri. Untuk apa aku membunuhmu?! Apa keuntunganya bagiku?! Aku mencintaimu.

AKU
Omong kosong. Jangan mengajukan pertanyaan balik. Aku yang mengajukan pertanyaan bagimu.

KAU
Aku bosan melayani kegilaanmu. Kalau aku tidak kasihan padamu, aku tentu sudah lama pergi dari sini.

AKU
Jangan kasihani aku. Pergi kau. Kalau ingin pergi, pergilah. Aku tidak mau melihatmu lagi. Dasar setan. Anjing. Keparat. Bangsat.


KAU PERGI. AKU NGOMEL SENDIRIAN. MEMUKULI BENDA APA SAJA YANG DITEMUKANNYA. MELEMPARKAN BENDA-BENDA YANG ADA. BERTERIAK HISTERIS. MEMAKI SEMUA YANG DINGGAP MENJADI PENYEBAB KESULITAN HIDUPNYA. DIAM-DIAM KAU KEMBALI LAGI. MEMPERHATIKAN ULAH AKU. DENGAN PANDANGAN MATA YANG TAJAM AKU MEMANDANG KAU.

KAU
Maafkan aku.

 ( HENING. AKU DAN KAU SALING BERPANDANGAN. MEREKA MENDEKAT DENGAN GERAKAN YANG SANGAT PELAN SEKALI. KAU MENGULURKAN TANGANNYA. AKU MENYAMBUTNYA. MEREKA BARPEGANGAN TANGAN LALU BERPUTAR, MENANGIS TERHARU. PUTARAN BERGERAK MAKIN CEPAT )

Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan kesalahanku.

AKU
Kumaafkan segala kesalahanmu. Maafkanku juga.
 ( DIAM )

Rasanya kita seperti anak kecil saja. Ngambek kalau tidak dituruti kemauannya.

KAU
Tidak salahkan pendengaranku?! Kau meminta maaf padaku?! Benarkah?!

AKU
Kau tidak salah. Aku meminta maaf padamu.

KAU
Terima kasih. Mari kita duduk dan menikmati kebahagiaan ini.

AKU
Kau bahagia?! Aneh sekali. Aku tidak mengenal kata-kata itu. Sekarangpun aku tidak merasakan apa-apa, selain kekosongan. Aku menyadari pengakuanku ini sedikit menumbuhkan perubahan pada diriku. Tapi tetap saja aku merasakan kehampaan.

KAU
Tapi aku bahagia. Sekarang kau mau memikirkan hal itu?!

AKU
Ingatkah kau perkataan teman kita dulu?!

KAU
Teman yang mana?!

AKU
Dia mengatakan orang yang bunuh diri sebetulnya bukanlah pengecut, seperti yang sering dikatakan, melainkan mereka adalah orang yang berani mati.

KAU
Aku lupa teman kita yang mana.

AKU
Hanya orang yang memiliki nyali yang berani mengambil keputusan untuk bunuh diri. Coba bayangkan olehmu, kata teman kita, orang yang bunuh diri, mesti menyiapkan segalanya dengan matang. Alat apa yang akan dipergunakan, tempatnya dimana, bagaimana cara melakukannya. Dengan rinci mereka harus merencanakannya. Dan dia sadar bahwa saat dia melakukan semua itu kematian ada didepan matanya.

KAU
Kau mau bunuh diri?!

AKU
Ya.

KAU
Hentikan ocehanmu. Kau mulai lagi.

AKU
Aku ingin menjadi orang yang berani. Seseorang yang nyalinya kecil mana mungkin berani melakukan itu.

KAU
Cukup. Hentikan omong kosongmu itu.

AKU ( DENGAN PENUH GAIRAH )
Aku ingin menjadi orang yang berani. Aku ingin menentukan nasibku sendiri lewat tanganku sendiri.

KAU
Semua yang kau katakan hanya khayalan semata. Keberanian yang dinyatakan oleh temanmu itu omong kosong semata. Siapa sih, temanmu itu?! Bunuh diri bukanlah jalan keluar yang terbaik. Bunuh diri hanya dilakukan oleh orang-orang pengecut.

AKU
Tidak. Temanku bilang bunuh diri adalah perbuatan berani. Karena tidak semua orang berani melakukannya. Dan aku ingin melakukannya.

KAU
Kau mulai tidak waras.

AKU
Terserah. Aku gembira karena telah menemukan jalan keluarnya. Aku akan bunuh diri.

KAU
Jangan lakukan itu. Hentikan khayalanmu.

AKU ( MENGELUARKAN SEBOTOL MINUMAN )
Jangan ikut campur. Aku suda siapkan racun. Aku ingin menjadi orang besar, seperti Socrates, Galileo, dan temanku itu …….

KAU ( MENCOBA MEREBUT BOTOL TERSEBUT DARI TANGAN AKU )
Jangan lakukan.


AKU ( MENEPIS TANGAN KAU )
Jangan menghentikan niatku.

KAU
Jangan. Hentikan semuanya.
 ( KAU BERHASIL MENGAMBIL BOTOL ITU DARI TANGAN AKU DAN MEMBUANGNYA DENGAN MARAH. AKU MENGEJAR KAU. MEREKA BERKELAHI. DAN TANPA DISADARI DITANGAN MEREKA MASING-MASING MENGGENGAM SENJATA. AKU BERHASIL MENANGKAP KAU DAN MENIKAMNYA DITUBUH KAU. KAU PUN MELAWAN, MEMUKULKAN BESI KE KEPALA AKU. KEDUANYA TERKAPAR ).

AKU
Selalu seperti ini.

 g
KAU
Berulang tak henti-hentinya.

AKU
Selalu seperti ini.

KAU
Tak henti-hentinya.

TERDENGAR CURAH HUJAN. NAMPAK DALAM CAHAYA REMANG-REMANG AKU DAN KAU BERJALAN BERPEGANGAN TANGAN MENUJU SUATU ARAH SAMBIL BERNYANYI.

Kita semua merasa letih. Menjalani hidup yang perih
Hari-hari lewat melesat seperti kilat
Dan kita terpojok disudut-sudutnya.
Harapan yang kita miliki. Kekayaan yang masih tersisa
Kadang ia pun berkhianat tapi kita tak berdaya
Menunggu-menunggu tiada jemu-jemu
Menanti-menanti tiada hentinya
Dan kita terpojok disudut-sudutnya.













0 Response to " "