Analisis Oudipus Sang Raja karya Sophokles

Analisis Tokoh dan Penokohan
dalam Drama “Oidipus Sang Raja”

 
A.     PENDAHULUAN

Sophokles, pengarang besar ini dilahirkan pada tahun 496 sebelum masehi, dan meninggal tahun 406 sebelum masehi. Dialah pengarang tragedi Yunani yang paling terkenal di dunia, seorang tokoh pembaharu drama pada zamannya. Sophokles tak pernah menganggap dirinya penyair belaka, tapi juga pendidik rakyat. Unsure-unsur moral, politik, agama, dan personal dalam karya-karyanya diolah dengan harmonis dan seimbang sehingga menjadi drama yang tragis dan mengharukan.

“Oidipus Sang Raja” salah satu drama tragedi karyanya ini tidak hanya bercerita mengenai urusan kekuasaan dan cinta, tetapi juga bagaimana menempatkan keberanian menerima takdir, keberanian menanggung kata dengan akibat. Melalui drama ini Sophokles berusaha untuk mengajarkan kita agar ikhlas dan berlapang dada untuk menerima nasib yang kita miliki.


Berdasarkan permasalahan yang ada dalam drama “Oidipus Sang Raja” inilah penulis berusaha untuk menganalisis tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Penulis berusaha untuk mencermati sifat maupun sikap raja dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Selain itu, penulis juga berusaha untuk memahami dan mengerti kasus dan permasalahan yang terdapat di lingkungan kerajaan. Penulis juga berusaha untuk melihat dan menyampaikan pesan-pesan moral yang tergambar pada sifat para tokoh yang terdapat pada naskah drama ini. Dengan demikian, penulis dapat memaparkan, menganalisis, dan mengambil kesimpulan sebagaimana yang disusun dalam laporan analisis ini.

B.     ISI
Sinopsis
“Oidipus Sang Raja”, sebuah tragedi tentang usaha manusia untuk mengelak dari takdir, namun sia-sia. Di sebuah kerajaan, Thebes namanya, Dewa Apollo menyatakan bahwa kelahiran Oidipus akan membawa bencana! Oidipus akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Ketika Oidipus lahir, Jocasta—ibunda Oidipus—yang mendengar kutukan sang dewa itu, segera menyuruh budak setianya untuk membunuh Oidipus. Maka dibuanglah Oidipus ke dalam hutan yang sangat lebat di Gunung Cithaeron,. Kedua kakinya dipaku dan dibelenggu. Akan tetapi, si budak istana itu tidak tega untuk membunuh Oidipus. Dengan rasa iba si budak memberikan bayi itu kepada orang Corintha yang bertemu dengannya ketika mengembala kambing sambil berharap agar bayi itu dibawa pergi jauh ke tanah asing.

Oidipus akhirnya diangkat sebagai anak oleh Polybus, raja Corintha. Meskipun Oidipus tumbuh dan besar dalam lingkungan istana, riwayatnya sebagai anak pungut sang raja telah menjadi rahasia umum. Suatu hari, seorang pemabuk mengejeknya bahwa ia bukan putra raja Corintha. Sang raja murka mendengar ada yang mengatakan Oidipus seperti itu. Namun bagi Oidipus, ejekan itu tetap membekas dalam dirinya. Ia jadi sanksi akan masa lalunya. Ia bertanya kepada Dewa Apollo, dan sang dewa memberi ramalan buruk.

Ramalan buruk itu berbunyi, suatu hari ia akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Oidipus gemetar. Ia sangat cemas akan isi nujum sang dewa itu. Ia pergi jauh, mencoba mengelak dari kutukan sang dewata. Akan tetapi, pada suatu persimpangan jalan dekat Pochis, ia berpapasan dengan sebuah iringan kecil. Seorang tua di kereta menombak tepi kepalanya. Oidipus marah. Ia melawan dan tanpa sengaja membunuh orang tua itu, yang kemudian hari diketahuinya sebagai ayahnya!

Dalam perjalanan berikutnya, Oidipus tak sengaja terdampar di wilayah kekuasaan ayah yang telah dibunuhnya, kerajaan Thebes. Karena kepahlawanan tindakannya mengatasi bencana di kerajaan itu, ia pun diangkat menjadi raja Thebes, dan tanpa ia ketahui, ia mengawini Jocasta, ibunya sendiri. Di bawah pimpinan Oidipus, Kerajaan Thebes berjalan damai, sejahtera, dan aman. Sampai kemudian suatu wabah terjadi, yang menyeret terkuaknya masa lalu Oidipus.
Analisis Tokoh

Ø      Oidipus
Tokoh Oidipus digambarkan sebagai seorang yang terhormat dan berkuasa. Ia sangat dihormati dan dicintai rakyatnya, masyarakat kota Thebes. Hal ini dapat dilihat dari petikan dialog berikut.
Pendeta           : Oidipus Sang Raja, penguasa negeri kami,……………
Di antara manusia Padukalah kami anggap nomor pertama dalam urusan nasib dan untung malangnya………
O, manusia utama, tolonglah negeri ini! Buktukanlah keunggulan Paduka sekali lagi! ……….
Selamatkanlah negeri sedemikian rupa sehingga benar-benar selamat namanya.

Ia merupakan sosok yang kuat pendirian dan tidak mudah mempercayai orang lain tanpa adanya bukti dan fakta yang jelas. Hal ini dapat kita lihat pada petikan dialog berikut.
Oidipus           : Sungguh aneh perkataan Anda dan kedengeran kurang mengandung cinta kepada  Thebes tanah air kita. Bukankah engkau telah berhutang kepada negara?

Oidipus juga merupakan sosok yang keras kepala, mempunyai rasa percaya diri yang amat besar sehingga terkadang tidak mudah mendengar perkataan orang lain yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Oidipus           : Katakan sekarang pada saya, apa buktinya bahwa kau ampuh bijaksana? Ketika sphinx yang bising membawa teka-tekinya yang gaduh apa kau terbukti ampuh?.......
Tapi apa yang terjadi waktu itu? Aku, Oidipus malang yang tak tahu apa-apa, terpaksa harus datang menolong kota, menandingi teka-teki gila, dengan akalku yang cendekia, dan membungkam sphinx yang bising suaranya!


Meskipun terkadang Oidipus digambarkan sebagai tokoh yang mau menang sendiri, tetapi ia juga digambarkan sebagai sosok yang memiliki jiwa patriotisme yang tinggi. Selain itu, Oidipus juga merupakan orang yang menepati janji dan lapang dada ketika menjalani hukuman. Ia tetap menjalankan hukuman yang diucapkannya meskipun pada akhirnya hukuman tersebut jatuh pada dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Oidipus           : Apa yang telah kulakukan adalah yang terbaik bagiku………….
Aku, pangeran Thebes, yang diasuh Thebes, memisahkan diri darinya…….
Baiklah bawa aku segera. Demi Dewa, buanglah aku dari Thebes.

Selain itu, Oidipus juga merupakan sosok yang sangat mencintai dan mengasihi keluarganya. Ketika mendengar ramalan dari Dewa Apollo bahwa ia akan membunuh ayahnya dan menikahi ibu kandungnya, maka ia segera pergi jauh dari kerajaan ayahnya dengan tujuan dapat menghindari ramalan tersebut. Dengan istri—yang sekaligus ibu kandungnya—pun ia bersikap sangat penuh kasih. Selain itu, Oidipus pun sangat menyayangi anak-anaknya. Menjelang kepergiannya dari kota Thebes, ia masih mencari anaknya dan memikirkan nasib dan masa depan mereka. Hal ini dapat kita lihat dari petikan drama berikut.
Oidipus           :Dan apa yang detik ini saya hasratkan adalah untuk menyentuhkan tangan ini ke pipi puteriku, sementara kukenang dukaku……
Aku menangis bagimu. Aku tak bisa melihatmu tapi aku memikir hari depanmu,……

Ø      Pendeta
Pendeta tua ini merupakan sosok yang berani bicara untuk menyampaikan pendapat dan pikiran rakyat lainnya. Ialah yang mewakili rakyat untuk menceritakan masalah-masalah yang terjadi di kalangan masyarakat. Ia juga sangat menghormati dan mencintai rajanya. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berkut.
Pendeta           : Oidipus Sang Raja, penguasa negeri kami, Paduka lihat kami dari pelbagai usia maju ke depan altar pujaan Paduka……….
Dengan mata paduka, paduka bisa lihat betapa badai makin menjadi, dan Thebes tak mampu menolong diri dari prahara, serta tak kuasa membebaskan jiwa dari desakan maut yang tiba……..

Pendeta ini juga pandai memuji rajanya. Ia pandai menantang rajanya dengan kata-kata yang indah sehingga sang raja pun terlecut untuk melindungi rakyat-rakyatnya. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Pendeta           : Bukankah paduka raja kami? Bukankah paduka yang dipertuan di negeri ini? Jadilah raja rakyat yang hidup dan jangan sampai merajai kota yang mati! Kapal tak akan berguna, kota tak akan berarti bila tak ada insan di dalamnya.

Ø      CREON
Creon merupakan saudara dari Jocasta, istri sekaligus ibu kandung Oidipus. Ia merupakan seorang yang sangat dekat dengan Oidipus. Dapat dikatakan ia adalah tangan kanan Oidipus. Meskipun Oidipus sempat kehilangan kepercayaannya pada Creon dan menuduh Creon berkomplot untuk menyuruh Teirisas berkata dusta mengumumkan nujuman palsu, Creon tetap menghormati rajanya tersebut. Creon juga merupakan tokoh yang sabar. Ia sudah merasa puas dengan kehidupannya yang meskipun bukan raja, tetapi mendapat kedudukan yang hampir sama dengan raja. Ia juga merupakan sosok yang bijaksana, yang pandai mengutarakan pemikiran dan perasaannya dengan jujur. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Creon              : Silakan Paduka bertanya ke Delphi, tanyakan apa jujur segala kataku ini. Kalau memang terbukti aku mengkhianati, menyuruh Teirisias memfitnah keji, biarlah aku dihukum mati, tidak hanya oleh Paduka sendiri tapi ditambah dengan suaraku pribadi. Tapi janganlah aku dipojokkan, dan dipersalahkan tanpa peradilan.

Ø      Teirisias
Teirisias merupakan seorang pertapa. Ia dipanggil ke istana oleh Creon untuk menceritakan hasil nujumnya kepada Oidipus. Pada awalnya ia sangat menghormati dan merasa iba pada Oidipus. Ia tidak tega untuk berterus terang menyampaikan hasil nujumnya kepada Oidipus karena ia mengetahui bahwa Oidipuslah yang membunuh Laius, ayah kandungnya sendiri. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Teirisias          : Kuselamatkan paduka dan diri saya, kenapa bertanya pula? Tanpa guna saya menolak bicara!

Akan tetapi, atas desakan Oidipus akhirnya ia menceritakan hasil nujumnya tersebut. Ia bercerita terus terang tanpa ada yang disembunyikan. Setelah ia selesai menceritakan nujumnya, Oidipus menganggap bahwa nujumnya tersebut adalah fitnah dan bohong. Maka Teirisias pun menjadi marah. Apalagi Oidipus menjelek-jelekkan fisiknya yang buta, maka semakin bertambahlah kemarahannya. Ia bukanlah orang yang takut dan pengecut. Ia adalah orang yang berani mengatakan kebenaran meskipun kebenaran tersebut pahit. Hal ini dapat dilihat pada petikan dialog berikut.
Teirisias          : Meski Paduka adalah raja, kita punya hak sama untuk bicara. Tentang jaminan, aku tetap ada jaminan. Aku hidup bukan jadi abdimu……………
Kini aku bicara! Paduka telah menghina mataku yang buta tidak melihat dosa sendiri yang nyata………..

Ø      Jocasta
Jocasta adalah istri Oidipus sekaligus ibu kandung Oidipus. Ia merupakan ibu yang penakut, kejam, dan tidak bertanggung jawab. Hal ini dapat diketahui dari perilakunya yang membuang Oidipus ketika lahir, bahkan menyuruh seseorang untuk membunuh anaknya tersebut. Dalam menghadapi suaminya, baik itu Raja Lauis maupun Oidipus, ia adalah istri yang ramah, sabar, dan perhatian. Hal ini dapat kita lihat dari petikan dialog berikut.
Jocasta            : Baiklah, tak akan tertunda. Sekarang marilah masuk istana. Saya akan berbuat segalanya, asal bisa menghibur Paduka.

Selain itu Jocasta juga merupakan sosok yang lemah, tidak kuat menahan malu, dan tidak tabah ketika menghadapi cobaan. Hal ini dapat dilihat dari sikapnya yang lari masuk ke istana dan bunuh diri ketika mengetahui kenyataan sejarah kehidupan Oidipus.

Ø      Orang Corintha
Ia adalah seorang rakyat yang berasal dari kota Corintha. Ia datang ke Thebes untuk membawa pulang Oidipus ke kota Corintha agar Oidipus dapat menggantikan kedudukan raja Polybus yang telah meninggal dunia. Tujuan sebenarnya datang ke Thebes adalah untuk mendapatkan hadiah jika ia berhasil membawa pulang Oidipus. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah orang biasa yang mebutuhkan uang, dan bekerja tidak pamrim. Saat ini, di dunia nyata, dengan mudah kita dapat menemukan orang seperti ini, yang hanya mau bekerja asalkan mendapat upah.

Ø      Gembala
Ia merupakan seorang gembala yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Hal ini dapat diketahui dari perilakunya yang tetap mengasihi dan tidak tegaan ketika ia disuruh Jocasta untuk membuang dan membunuh Oidipus, ia malah memberikan Oidipus pada orang lain. Ia berharap dengan keberadaan Oidipus yang jauh dari istana dan lingkungan kerajaan Thebes, maka kutukan Dewa Apollo tak akan terjadi. Pada awalnya ketika dipanggil Oidipus untuk menceritakan kejadian sebenarnya ia sangat takut dan berusaha menutupi kejadian tersebut. Akan tetapi, karena tidak mau mendapat siksan maka akhirnya ia pun menceritakan kejadian yang sebenarnya.

C. KESIMPULAN
 “Oidipus Sang Raja” tidak hanya drama yang bercerita mengenai urusan kekuasaan dan cinta, tetapi juga bagaimana menempatkan keberanian menerima takdir, keberanian menanggung kata dengan akibat. Melalui drama ini dan dengan sifat yang dimiliki oleh para tokohnya kita dapat belajar banyak hal. Misalnya, belajar untuk bersikap tegas dalam memimpin, berani mengambil risiko terhadap perkataan yang diucapkan dan perilaku yang diperbuat. Berani untuk mengatakan kebenaran meskipun kebenaran tersebut pahit, serta ikhlas menjalani kehidupan dan berlapang dada menerima hukuman yang memang selayaknya diterima

DAFTAR PUSTAKA

Naskah Oudipus Sang Raja
Panggung Teater Dunia
Sejarah teater barat


0 Response to "Analisis Oudipus Sang Raja karya Sophokles"