TEATER ZAMAN JEPANG
Oleh Fauzi
Setelah Belanda mennyerah kepada sekutu Indonesia dikuasai oleh
jepang perubuhan-perubahan terjadi dibatang tubuh pemerintahan Indonesia,
perubahan-perubahan itu tidakhannya dibidang politik, ekonomi, budaya, tapi
juga merambah sampai ke seni pertunjukan teater. Teater pada zaman Jepang
(1942-1942),terbagi tiga fase yaitu teater profesional, teater amatur, dan
taeter propaganda jepang. Ketiga fase ini sangat mewarnai perkembangan teater indonesia pada zaman itu.
Ø Teater profesional
Teater profesional merupakan lanjutan dari perkembangan teater rakyat
kota dari masa Darnella.Sebut saja Bintang Surabaya misalnya yang
dipimpin oleh Fred Young, di kota Malang juga berkembang dengan pesat taeter-
teater ini hidup dijalan-jalan, mengamen keliling kota jawa dan akhirnya
menetap dikota jakarta. Mereka juga mewarnai pementasan dengan Fashion Showyang
diperagakan oeh gadis-gadis Indonesia sebagai selingan sebelum pementasan atau
sesudah pemementasan. Beberapa Kelompok atau gerup teater profesional lainnya
juga berkembang seperti Kelompok teater Dewi Muda pimpinan Ferry Kok
mereka bergabung dengan mantan bintang Bolero di zaman kolonial. Naskah-naskah
yang menjadi handalan mereka adalah Rencong aceh, Ida Ayu, dan Ni Parni. Kelompok taeter Warna Sari
yang dipimpin oeleh Saha Dasaad Mucsin, mereka mementaskan lakon-lakon
panggilan tanah air, Dewi Rani, Kembang Kacang, Bulan Purnama dan Kusumahati.
Berbeda dengan veteran Tio Jr yang masih ngotot mengembangkan kembali Miss
Riboet dikota Solo dengan memasukkan selingan dagelan Mataram. Teater
profesional juga berkembang dalam bahasa daerah
yaitu Wargo di Semarang dengan bintang-bintang Rukinah dan sanusi
berbahasa Sunda yang mulai berdiri pada tahun 1920 dan menetap di Jakarta.
Penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penggemar teater
pada zaman itu cukup bannyak. yang menjadi catatan penting ialah kelompok
teater profesional membudayakan naskah lakon yang tertulis untuk pementasan
mereka.
Ø Teater Amatur
Kelompok taeter Amatur di zaman Jepang berbeda ketika pada zaman
Kolonial, kelompok teater ini merupakan studi yang sangat serius mereka pentas
secara priodik. Kelompok pertama hadir adalah Sandiwara Angkatan Muda Mata
Hona pimpinan Andjar Asmara dan Kamadjaja yang beranggotakan siswa-siswa
menengah keatas. Namun pementasan mereka selalu dapat pengawas dan hambatan
dari pemerintahan Jepang. Sri Martopo di semarang mendirikan kelompok taeter Murni,
sedangkan Atmijn Pane dan Nyoo Cheong Seng membentuk Pancawarna mereka
mementaskan terjemahan lakon-lakon Hendrik Ibsen.
Beberapa kelompok teater yang berkembang yang pling menonjol adalah
Sandiwara Penggemar Maya yang dipimpin oleh Usmar Ismail, Djajakusuma,
Surjo Sumanto, Rosihan Anwar dan Abu Hanifah. Kelompok ini bertujuan untuk
memajukan seni taeter Indonesia. Naskah-naskah lakon yang dipentaskan adalah
naskah lakon yang berrmutu yang mempunnyai kesusastraan tinggi. Kelompok teater
amatur inilah yang berkembang sampai Indonesia merdeka dan membentuk teater
tradisi dan teater modern indonesia sampai sekarang.
Ø Teater Propaganda
Teater propaganda bertujuan mengusai pikiran rakyat Indonesia
supaya bisa dijinakkan dan mudah untuk dibina tentu saja untuk kepentingan
pemerintahan Jepang. Jepang memasukkan kaum terpelajar Indonesia untuk
dijadikan alat, kerna sasaran propaganda ini adalah rakyat maka jepang
menggunakan audio visual yaitu teater dan film. Untuk itu dibentuklah Pusat
Kebudayaan Rakyat yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat yang di zaman
belanda dahulu mempunnyai kharisma mengerti tradisi dan pandai berpidato.
Bagian sandiwara ini menanamkan sikap rela bekorban diri dan keluarga demi
kejayaan tanah air, bangsa dan negara. Kaum terpelajar dan kelompok pujangga
baru bannyak direkrut menjadi anggota pusat kebudayaan.Nsakah- naskah yang akan
dipentaskan diperiksa terlebih dahulu diperiksa oleh pemerintahan jepang.
Lakon-lakon propaganda ditulis oleh Hinatu Eitaro atau dokter Huyung, natsusaki
Tani, Ananta Gaharasjah, Karim halim, Kotot Skardi, Tatang Sasrawinata, dan
andjar Asmara. Kegiatan ini dibawah komando oleh badan propaganda Jepang yang dipimpin oleh, Kolonel
Machida, Mayor Adachi, dan kolonel Takahshi.
Begitulah sekilas perkembangan teater pada masa penjajahan Jepang.
Menjadi cacatan penting pada zaman ini ialah telah terjadi perubahan dalam
perteateran di Indonesia. Pentingnya kedudukan naskah lakon dalam taeter,
Semangkin berperannya kaum terpelajar dalam perkembangan berteater, dan
berkembangnya kelompok-kelompok amatur yang lahir dari kaum terpelajar
Indonesia. Terahir yang perlu digaris bawahi teater pada zaman Jepang sangat
menentukan terbentuknya Tradisi teater modern indonesia yang berlangsung di
lingkungan kaum terpelajaran Intelektual.
0 Response to "Teater Zaman Jepang"
Post a Comment