PROPOSAL PENELITIAN
NASKAH LAKON TEMPAT JATUH LAGI DIKENANG
KARYA JACOP SYAFEI
DITINJAU
DARI FALSAFAH
OLEH :FAUZI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Istilah falsafah
yang termasuk ke dalam tradisi keilmuan banyak yang mengatakan awalnya datang
dari bahasa arab. Meskipun ada tanda-tanda ia dibawa oleh kesan kehadiran Islam
tapi sebenarnya berasal dari Eropa sebelum datangnya Islam. Mana Sikana (1995:
3) mengatakan Al- farabi salah sorang tokoh falsafah Islam telah mengarang
analisis dari perkataan falsafah ini. Beliau mengatakan bahwa istilah falsafah
diambil dari perkataan ‘philosophia’
yang kemudian diurai sebagai ‘philo’
yang berarti pencinta dan ‘sophia’
yang berarti kebijaksanaan. Berarti falsafah adalah pencinta kebijaksanaan.
Penjelesan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya falsafah dengan
filsafat sama artinya pencinta kebijaksanaan hanya saja penyebutan saja yang
berbeda kata falsafah untuk timur filsafat untuk barat. Kata falsafah secara
epistimelogis berasal dari bahasa yunani yaitu ‘philosophia’ Omar Amin Husin (1975:03) mengatakan Plato (427-348
SM) bahwa filsafat itu semacam ilmu pengetahuan yang berhasrat mencari dan
mencapai hakikat kebenaran asli.
Mana Sikana dalam bukunya Falsafah Seni Kreati Melayu (1996 : 04) mengatakan. Sidi Gazalba menterjemahkan perkataan ‘Philosophia’ sebagai cinta pengetahuan
kebijaksanaan. Pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai anak kunci kepada pembuka
rahasia kebenaran. Mencari kebenaran adalah suatu karektor yang harus ada pada
setiap ahli falsafah, dan kebenaran yang dicari bukanlah kebenaran yang
berkeping-keping tetapi kebenaran yang umum karena itu falsafah dapat juga
diartikan sebagai suatu sistem kebenaran suatu perkara.
Penjabaran diatas dapat diartikan bahwa falsafah
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting karena dalam falsafah
terdapat kebenaran yang hakiki. Mencari kebenaran berarti menelaah suatu ilmu
hingga mencapai kebenaran yang
sesungguhnya, sehingga kebenaran tersebut bisa diterima oleh masyarakat umum.
Begitu juga dengan naskah lakon yang didalamnya banyak terkandung falsafah,
yang hal ini harus dibuktikan secara ilmiah. Judulnya saja sudah mengandung
falsafah belum lagi dilihat dialog-dialog yang ada, sangat banyak sekali
mengandung falsafah yang harus dikupas secara mendalam. Misalnya Kita lihat
dari judul Tempat jatuh Lagi Dikenang
mengandung arti bahwa ‘’sejauh-jauhnya merantau ke negeri orang pasti ingat
kepada kampung halaman’’. Peribahasanya ‘tempat jatuh saja kita kenang ini kan
pula tempat bermain’ artinya juga sama dengan
judul naskah lakon Tempat Jatuh Lagi Dikenang karya Jacop
Syafei
Eko Santosa (1998 : 44) mengatakan dalam
khazanah teater dewasa ini
dapat disimpulkan unsur utama teater
adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater
tidak bisa diwujudkan. Mendukung
unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang memberikan keindahan
dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan. Kutipan diatas ini dapat diartikan bahwa naskah lakon
merupakan unsur utama dalam sebuah penggarapan teater.
Eko Santosa (1998 : 45) menarngkan Salah satu ciri
teater modern adalah digunakannya naskah lakon yang
merupakan bentuk tertulis dari cerita drama yang baru akan menjadi karya teater setelah
divisualisasikan kedalam pementasan. Naskah
Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan
naskah drama berarti memindahkan
karya seni dari media bahasa kata ke media bahasa pentas.
Dalam visualisasi tersebut karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada
saat transformasi inilah karya sastra
bersinggungan dengan komponen-komponen teater, yaitu sutradara,
pemain, dan tata artistik.
Naskah lakon sebagaimana karya sastra
lain, pada dasarnya mempunyai
struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh. Akan tetapi, naskah lakon
yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai struktur lain
yang spesifik. Struktur ini pertama kali di rumuskan oleh penganut Arestotelian
yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi
(pemaparan), komplikasi,
klimaks, anti klimaks atau resolusi,
dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangan kemudian
tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat
fungsionalistik.
Naskah Lakon Tempat
Jatuh Lagi Dikenang karya Jacop Syafei
menceritakan legenda perjalanan hidup Raja Koyah keponakan Panglima Tengku Sulung (pahlawan
melayu Riau), Raja Koyah di jodohkan dengan Raja Kuasa yang masih ada hubungan
keluarga yaitu sepupu. Perjalanan pertunangan mereka tidak berjalan lama karena Raja Kuasa memutuskan
pertunangan sebab Raja Kuasa ingin merantau ke Bintan (Tanjung Pinang), untuk
memperdalam ilmu silatnya. Selang waktu yang cukup lama Raja Koyah dinikahkan dengan seorang datuk yang dipercaya
untuk menjaga keamanan di Reteh Sibarida yaitu datuk Muda Ismail.
Perkawinan Koyah dan Datuk Muda ismail berjalan
dengan bahagia, sampai pada akhirnya Raja Kuasa pulang Kereteh Sibarida. Ketika
Datuk Muda Ismail dipanggil keistana
Raja Kuasa datang kerumah Raja
Koyah ia merayu Raja Koyah untuk kembali
padanya, namun rayuan itu tidak dihiraukan Raja Koyah, sedikitpun Raja Koyah tidak termakan
dengan rayuan Raja Kuasa bahkan Raja
Koyah mengusir Raja Kuasa dari rumahnya.
Karena rasa sakit hati
telah diusir, pada malam berikutnya Raja
Kuasa datang diam-diam langsung masuk kerumah Raja Koyah dengan mengacak-acak
tempat tidur hingga berantakan, Tidak puas melakukan itu Raja Kuasa ingin
memperkosa Raja Koyah sehingga terjadi keributan sampai kehalaman rumah.
Keributan itu terhenti ketika Datuk
Muda Ismail pulang, Raja
Kuasa kemudian memfitnah dengan menyuruh Datuk Muda Ismail
melihat kamar yang sengaja diberantakan seolah-olah mereka baru selesai melakukan
hubungan seks. Semulanya Datuk Muda ismail percaya
namun ternyata apa yang dilakukan Raja Kuasa ada saksi yang melihat kejadian
itu yaitu inang. Inang
diam-diam mengintip dari luar dia menjadi
saksi atas perlakuan Raja Kuasa, mendengar penjelasan dari Inang Raja Kuasa marah ia
langsung mencabut keris ingin
membunuh inang namun tikaman itu dapat dipatahkan oleh Datuk Muda Ismail.
Raja Kuasa
bertambah marah apa lagi ditambah dengan
tantangan Datuk Muda Ismail untuk bertarung. Perkelahianpun tak dapat dihindarkan dan akhirnya
Raja Kuasa mati ditangan Datuk Muda Ismail dengan Cenangkas yang dimiliki oleh
Datuk Muda Ismail (cenangkas
sejata seperti keris berukuran panjang dan hulunya berukir burung serindit di
ikat dengan ijuk).
Datuk Muda Ismail juga msih Ragu dengan istrinya ketika dia ingin memasukkan Cenangkas kesarungnya ternyata Cenangkas itu tidak bisa
dimasukkan sehingga ia membuang sarungnya. Melihat itu Raja Koyah meminta izin
memasukkan Cenangkas kesarungnya betapa terkejunya Datuk Muda ismail ketika
Cenangkas itu dapat disarungkan oleh Raja Koyah. Datuk Muda Ismail tahu benar kalau prasangka
buruk serta sumpah Cenangkas Lukus Semah
kalau tak putus salah dan benar takkan Cenangkas bisa disarungkan. Baru
ia yakin dengan perkataan istrinya penyesalanpun
timbul karena telah buruk sangka
terhadap istrinya sendiri.
Keseluruhan
penjabaran diatas sangat menarik untuk diteliti dengan harapan falsafah naskah
lakon Tempat Jatuh Lagi Dikenang karya
jacop Syafei dapat ditelusuri kebenarannya. Selain falsafah dapat juga
dibuktikan struktur dan tekstur naskah lakon secara ilmiah.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian
di atas
beberapa permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan di bahas
dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah bentuk falsafah yang terkandung dalam naskah
lakon Tempat Jatuh
Lagi Dikenang kerya Jacop Syafei
b. Bagaimanakah struktur dan tekstur dalam naskah
lakon Tempat Jatuh Lagi Dikenang karya Jacop syafei
Menjawab pertanyaan diatas dilakukan dengan beberapa
tahapan dengan sistematis sehingga tidak terjadi suatu peroses ketimpangan baik
dalam penghimpunan data maupun dalam pengelahan data, adapun langkah-langkah
yang dilakukan dengan pengumpulan inpormasi mencari buku sebagai referensi
untuk penguat penelitian. Selanjutnya untuk lebih terstruktur dimulai dengan
pengumpulan data dan berbagai metode yang dibutuhkan sampai ke pengolahan data.
Melihat banyaknya variabel yang dapat diteliti dalam
naskah lakon Tempat Jatuh Lagi Dikenang
karya Jacop syafei, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini.
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan unruk mengungkapkan falsafah
yang terkandung dalam naskah lakon Tempat
Jatuh Lagi Dikenang karya jacop syafei. Penelitian ini juga nantinya dapat
diketahui bagaimana
struktur dan tekstur yang ada dalam naskah lakon Tempat
Jatuh Lagi Dikenang karya Jacop syafei. Sehingga dapat suatu pembuktian
secara ilmiah dan tentu diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau
pembanding bagi peneliti lainnya untuk memperdalam falsafah dan struktur dan
tekstur naskah lakon.
D.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejauh ini peneliti
sudah mencoba melacak penelitian yang menyangkut palsafah di dalam naskah
lakon. Tetapi sampai sekang ini peneliti belum menemukannya peneliti-peneliti
hanya membahas tentang falsafah saja. Tidak ada yang menjurus ke falsafah dalam
naskah lakon.
E.
SUMBER PEMIKIRAN
Melakukan penelitian
lebih lanjut tentang objek yang diteliti, maka yang pertama kali dilakukan
adalah mencari berbagai inpormasi
dan beberapa referensi untuk mendukung penelitian. Inpormasi dan data-data
tersebut dapat di peroleh dari berbagai buku. Hal
ini dilakukan agar nantinya penelitian yang dilakukan mempunnyai dasar yang
kuat dan lebih terfokus.
Adapun
buku-buku yang dijadikan referensi adalah buku Redefinisi Melayu yang ditulis
oleh Mahyudin Al Mudra, S.H., MM., yang diterbitkan oleh Balai Kajian
Dan Pengembangan Budaya Melayu berkerja sama dengan Adicitra Karya Nusa,
Yogyakarta pada tahun 2008. Dalam buku ini dapat inpormasi tentang
Revitalisasi pantun melayu dan falsafah
melayu.
Mana Sikana
yang berjudul Falsafah Dan Seni Kreatif
Melayu di terbitkan oleh Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, Selangor Darul
Ekhsan, Malaysia, 1996. Buku ini sebagai pendalam tentang falsafah.
Pedoman Penulisan Ilmiah (proposal skripsi dan tesis) karangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE.,MM
yang di terbitkan oleh Pre Nada Media Grup, Tawa Mangu, Jakarta, 2005. Buku ini
untuk membantu peneliti menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia tepat dan
benar.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d
yang ditulis oleh Prof. Dr. Sugiono terbitan Alfabeta, Bandung, 2008. Buku ini
sebagai pedoman langkah-langkah yang diambil dalam penelitian
Prosedur Penelitian ( suatu pendekatan praktek),
yang ditulius oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, diterbbitkan oleh PT Rineka Cipta, Jakarta pada tahun
2010. Buku ini menjelaskan tentang tata
cara penelitian serta pendekatan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Acting panduan praktis film dan teater yang ditulis
oleh El Saptaria pengantar Dedi Petet
terbitan Rekayasa Sains
, Jakarta pada tahun 2006 juga menjadi
sebuah acuan dalam penelitian ini. Buku ini membahas tentang struktur yang terdapat
dalam sebuah naskah lakon.
Buku Seni Teater yang ditulis oleh Eko Santosa yang
diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Derektorat
Jendral Manejmen Pendidikan Dasar dan Menengah Depertemen Pendidikan Nasional
tahun 2008. Buku sebagai bahan pengetahuan tentang naskah lakon.
F.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian
dibagi menjadi lima bab, bab I merupakan bagian
pendahuluan yang beris latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tijauan pustaka,
landasan teori, metode penelitian, dan sistematika tulisan. Bab II membahas
tentang struktur dan tekstur
dalam naskah lakon taeter bangsawan Cenangkas
Lukus Semamah karya Jacop syafei yang meliputi : Alur atau plot, tema,
penokohan, dan latar cerita. Bab III
membahas tentang falsafah yang terkandung dalam naskah lakon teater bangsawan Cenangkas lukus Semamah karya Jacop
Syafei. Bab
IV yaitu kesimpulan Bab V penutup.
0 Response to "Bahan Referensi Proposal Penelitian"
Post a Comment