DAMPAK TEKNOLOGI DALAM SENI PERTUNJUKAN
( DULU DAN
SEKARANG)
Oleh :
Fauzi
Sebelum
melangkah ke seni pertunjukan teater serta dampaknya terhadap teknologi agar
mudah memahami, sebaiknya Saya akan membahas secara umum apa itu teknologi? Secara
etimilogis akar kata teknologi adalah ”techne” yang berarti serangkaian prinsip
atau metode rasional yang berkaitan dengan muatan suatu objek, atau kecakapan
tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
Pengertian lain teknologi merupakan sebuah metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis, ilmu pengetahuan terapan atau terjemahan sebagai seluruh sarana untuk
mennyediakan barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kennyamanan hidup
manusia.
Perkembangan
teknologi berlangsung secara evelutif
sejak dari zaman yunani sampai sekarang, ini merupakan hasil kebudayaan
yang berorentasi pada teknologi. Teknologi perkembangan suatu media atau alat
yang di gunakan lebih efesien, guna untuk untuk mengendalikan masalah. Ada tiga
klasifikasi dasar dari teknelogi :
1.
Kemajuan teknologi
yang bersifat netral, terjadi bila tingkat pengeluaran lebih tinggi dicapai
kuantitas dan kombinasi paktor-paktor pamasukan yang sama.
2.
Kemajuan teknologi
yang hemat tenaga kerja, kemajuan teknologi yang terjadi sejak ahir abad ke
Sembilan belas bannyak ditandai dengan peningkatan secara cepat, teknologi yang
hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai
sepeda hinggaa jembatan.
3.
Kemajuan teknologi
yang hemat modal penomena yang relatif
langka. Hal ini disebabkan kerna hamper riset teknologi dan ilmu pengetahuan di
dunia yang dilakukan Negara-negara maju, yang lebih dijuluki untuk menghemat
tenaga kerja, bukan modalnya.
Uraian
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Teknologi berlatar belakang kerna
keinginan manusia untuk menciptakan hal yang baru, yang belum ada sebelumnya, sehingga begitu pentingnya teknologi bagi kehidupan
manusia. Bahkan sekarang maju tidak majunya seseorang, masyarakat, bahkan satu Negara dapat dilihat dari penggunaan serta
pemakaian teknologi. Kerna teknologi dapat mempermudahkan manusia bekerja,
menggali impormasi bahkan apapun bisa dicapai dengan teknologi, sehingga
bannyak manusia mengagung-agungkan teknologi bahkan ada yang sampai mejadi
budak teknologi. Tetapi bagi siapa yang bisa memanfaatkan teknologi sesuai
sengan pungsinya maka teknologi akan menghasilkan manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan manusia. Begitu juga sebaliknya bagi yang tidak bisa menggunakan
teknologi sesuai dengan pungsi dan manfaatnya maka tunggu saja kehancuran yang
akan terjadi.
Teknologi
tak bisa bisa dipisahkan dengan kebudayaan kerna teknologi merupakakan sebuah
kebudayaan yang ada dalam kehidupan manusia. Menurut Mudji sutrisno, dalam
bukunya Teori-teori kebudayaan mengutip pendapat para ahli yaitu Raymond
Williams dalam Keywords (1976) ada tiga
penggunaan istilah kebudayaan yang pertama mengenai perkembangan intlektual,
spiritual, dan estetika individu, kelompok atau masyarakat. Kedua menangkap
sejumlah aktivitas intelektual dan artistik serta produk-produknya (film,
kesenian dan teater). Dalam penggunaan ini kebudayaan dekat dengan kesenian.
Ketiga mengenai seluruh cara hidup , aktivitas, kepercayaan, dan kebiasaan
seseorang, kelompok dan masyarakat.
Perkembangan
ilmu-ilmu budaya pergeseran-pergeseran, arti kebudayaan yang mennyangkut kata dan
isi konsep. Segi maksud kata tersebut ialah kebudayaan diartikan sebagai
perwujudan kehidupan setiap orang dan kelompok, orang yang mencoba mengolah dan
mengubah alam sehingga membedakan dirinya dengan mkhluk lain diatas buka bumi
ini. Kebudayaan merupakan gejala manusiawi dari kegiatan berfikir (mitos,
idiologi, dan ilmu), kemunikasi (system masyarakat), kerja (ilmu alam dan
teknologi), dan kegiatan lainnya yang lebih sederhana. Sementara konsep
kebudayaan dewasa ini mengalami pergeseran-pergeseran dari kata benda menjadi
kata kerja dimana kebudayaan adalah kegiatan membuat alat, mendidik, berburu,
tata upacara dan lain-lainnya. Jadi
kebudayaan dewasa ini dipahami sebagai kegiatan produktif, bukan hasil
produksinya. Hal ini menunjukkan pemahaman statis yang telah berubah menjadi
pemahaman dinamis mengenai konsep kebudayaan.
Beberapa
sarjana telah merumuskan insur-unsur pokok
kebudayaan, Misalnya Melville J .
Herskovits mengajukan empat pokok unsure-unsur kebudayaan
1.
Alat-alat teknologi
2.
Sistem ekonomi
3.
Keluarga
4.
Kekuasaan politik
Hasil
karya masyarakat melahirkan teknologi kebudayaan kebendaan yang mempunnyai
pungsi utama dalam melindungi masyarakat
terhadap lingkungan didalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling
sedikit tujuh unsur yaitu :
1.
Alat-alat produktif
2.
Senjata
3.
Wadah
4.
Makanan dan minuman
5.
Pakaian dan perhiasan
6.
Tempat berlindung dan
perumahan
7.
Alat-alat transport
Lalu
apa hubungannya tegnologi dengan seni pertunjukan? Seni pertunjukan selalu
hadir dalam kehidupan manusia, ternyata seni pertunjukan mengalami perkembangan yang sangat kompleks,
hal ini juga tidak lepas dari kemajuan teknologi. Terlebih dahulu saya akan
coba untuk menjelaskan sedikit bannyak tentang perkembangan seni pertunjukan di Indonesia. Menurut prof.
Dr. R. M. Soedarsono dalam bukunya Seni Pertunjukan, ia mengatakan bahwa seni
pertunjukan Indonesia sudah ada sejak zaman majapahit hal ini terbukti dengan
adanya prasasti wimalasrama bahwa
dari tahun 930 sudah ada seni pertunjukan cerita yang selalu dihadirkan diruang
publik adalah cerita Mahabrata dan Ramayana.
Penjelasan
diatas menjelaskan bahwa seni pertunjukan di Indonesia ada sejak dahulu kala
hingga sampai sekarang. Harus di garis bawahi bahwa seni pertunjukan Indonesia
mengalami perubahan, perubahan-perubahan
itu terjadi adanya pergeseran nilai budaya, dan pergeseran sosial yang terjadi
dalam batang tubuh masyarakat bangsa Indonesia. Asimilasi dan akulturasi juga
berdampak pada seni pertunjukan Indonesia sampai sekarang ini. Bahkan kita
sekarang ragu mana seni pertunjukan yang
berasal dari lokal, dan mana dari luar kita hannya melihat keduanya sering
dipadu dan disatukan sehingga membentuk seni pertunjukan yang kontenporer.
Tulisan
Arnold Hauser yang berjudul The sociology
of art mengatakan perubahan sebuah Negara akan menghadirkan gaya seni yang
khas, sesuai dengan bentuk masyarakat yang ada pada saat itu. Bahkan lebih
tegas lagi hauser dan woff berkomentar bahwa seni adalah produk social Perubahan
masyarakat ini terjadi disebabkan suatu
proses perubahan, terdapat faktor-faktor mendorong jalannya perubahan faktor-faktor
tersebut ialah:
a.
Kontak dengan
kebudayaan lain
b.
Sistim pendidikan
yang maju
c.
Sikap menghargai
hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju
d.
Toleransi terhadap
perbuatan-perbuatan yang mennyimpang
e.
Sistem masyarakat
yang terbuka
f.
Penduduk yang
heterogen
g.
Ketidak puasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
h.
Orentasi kemuka
i.
Nilai mengungkapkan
taraf hidup.
Perubahan sosial terjadi di Indonesia misalnya
pada tahun 1870, ketika Belanda mengeluarkan sebuah peraturan yang bernuansa
liberal, yang mengizinkan siapa saja untuk melakukan berbagai usaha secara
bebas di hindia belanda. Perraturan baru itu membawa angin segar bagi insan
yang ingin berdagang dan usaha lainnya termasuk pada perkembangan seni
pertunjukan. Perkembangan itu adalah
dengan adanya penduduk kota yang menghadirkan jenis masyarakat yang sangat
berbeda dengan masyarakat desa, serta masyarakat kalangan bangsawan dan istana.
Bangsawan memiliki pertunjukan adiluhung
, sedangkan masyarakat desa mempunnyai pertunjukan yang bernuansa perdesaan,
Padahal kalau mau di cermati bahwa manusia secara kodrati memiliki pelaku
seni, yang berarti masyarakat perkotaan
atau urban pun juga menginginkan seni yang cocok buat selera estetis mereka.
Sebab
itu penduduk urban memiliki selera
estetis yang khas yang berbeda dengan selera estetisnya para bangsawan serta
raja dan selera estetis pedesaan, mereka menginginkan sekali santapan yang
cocok untuk santapan estetis untuk mereka, serta mereka bisa menikmati kapan
saja menurut selera mereka. Padahal untuk menikmati pertunjukan istana,
sulitnya bukan main, disamping perkuansi pertunjukannya juga jarang. Yang
jelas, mereka pasti tidak tahan untuk bisa menonton wayang wong yang
diselenggarakan di kraton Yogyakarta yang berlangsung selama dua hari dua malam
kadang sampai empat hari empat malam. Pertunjukan itupun tidak member hiburan
buat mereka, kerna penduduk kota harus mengikuti tata cara keraton apa bila
mereka menginjakkan kaki kehalaman istana. Mereka harus menggunakan pakaian
khas, jarak antara lantai pentas sangat jauh dari penonton, tambah lagi yang
hadir sangat bannyak. Untuk menikmati pertunjukan rakyat , sudah barang tentu
penduduk kota yang merupakan masyarakat urban juga tidak senang, kerna selain
bertele-tele penampilannya itu-itu saja.
Kesempatan
emas itu dilirik oleh seorang pedagang Cina yang kaya raya bernama Gan Kam. Ia
mennyimak bahwa penduduk kota pasti menginginkan sekali pertunjukan yang baik,
yang dikemas singkat dan menghibur. Untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang
baru tidaklah mudah membutuhkan waktu yang sangat panjang serta sangat rumit.
Maka Gam kam memutuskan untuk merayu Sri Mangku Negara V memperkenankan untuk
memboyong wayang wong keluar dari istana agar dapat dinikmati oleh penduduk
kota. Kebutulan sekali ketika itu mangku negarab mengalami masa sulit, kerna
perusahaan Mangku Negara mengalami kebangkrutan. Ini berarti pura- pura Mangku
Negara tidak lagi bisa menampilkan wayang wong. Peristiwa itu terjadi pada
tahun 1895. Sudah tentu mennyesuaikan dengan selera penonton urban , wayang
wong disajikan agak pendek lebih ditekan pada dialog dari pada tarinya yang
bagi masyarakat urban terlalu rumit dan membosankan.
Mangkin
hari kemasan wayang wong kemasan Gan kam
gaya Mangku Negara mangkin laku lebih-lebih digunakannya panggung proscenium
ala barat yang dilengkapi gambar-gambar
istana, alun-alun, hutan dan sebagainya. Barang kali pengaruh panggung
proscenium di penang (Malaysia), singapure, yang di tampilkan dibetawi
(Jakarta). Teknologi gaya pemanggungan inilah yang menambah daya tarik bagi
penonton yang sebagian besar adalah penduduk kota. Oleh kerna gendre yang
berasal dari istanan ini dipentaskan mealui panggung proscenium, wayang wong
menjadi wayang orang panggung. Kepeloporan Gan Ka mini kemudian diikuti oleh
pengusaha-pengusaha cina serta penduduk pribumi lainnya.
Wayang
wong Panggung yang telah menjadi pertunjukan komersial atau professional
rupanya menjadi lahan pula bagi pengusaha-bengusaha yang berminat dalam bidang
seni serta seniman-seniman tari dan krawitan yang ingin hidup dari
kesenimanannya. Maka tidak heran apa bila pada awal tahun 1960-an menurut
pengamatan James R Brondon, yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa
tuturnya setiap harinya, terdapat 30
grup wayang wong panggung hadir ditengah-tengah msyarakat. Walaupun sekarang
kesenian seperti ini mengalami kemunduran.
Sealain
wayang wong panggung sebagai pertunjukan komersil atau professional yang muncul
dengan marak dikota-kota pertunjikan-pertunjukan lain yang mengalami
perkembangan yang baik adalah ketoprak, ludruk, dan sandiwara, ketoprak yang
terseber diwilayah yang penduduknya berbahasa jawa mampu mengungguli wayang
wong panggung, yaitu mencapai jumlah 120 grup. Ada pun ludruk yang hannya
berkembang dijawa timur yang menggunakan dialek jawa timur mampu mencapai 30
grup. Jawa barat yang penduduknya berbahasa sunda mengalami perkembangan yang
sangat bagus pula dalam genre sandiwara, yang pada awal tahun 1960-an mampu
mencapai jumlah 40 grup. Inilah gambaran sekilas tentang pengaruh perubahan
social yang terjadi di Indonesia sejak
tahun 1870, terhadap perkembangan seni pertunjukan Indonesia sampai awal tahun
19650-an awal tahun ini seni pertunjukan Indonesia didominasi oleh partai
komunis Indonesia yang dijadikan corong propaganda politik.
Perkembangan
teknologi dewasa ini sangat berpengaruh dalam seni pertunjukan di indonesia seperti
seni tari, seni musik, dan seni taeter. Ketiga seni ini juga memiliki dampak pisitif dan dampak yang
negatif dalam tatanan kehidupan seni pertunjukan. Saya akan mengambil salah
satu contoh dari yang tiga itu sebagai acuan, yaitu seni pertunjukan teater. Berawal dari
teater tradisional yang merupakan krativitas kolektif masyarakat dari berbagai
suku dan etnis di Indonesia. Teater ini bertolak dari sasra lisan yang berakar
dari budaya tradisi masyarakat pendukungnya. Mulanya teater taradisi merupakan
bagian dari upacara keagamaan dan upacara adat yang sejak ada pada zaman
pra-hindu, selainitu teater tradisional merupakan warisan budaya nenek moyang
yang diyakini dari spontanitas yang dihayati oleh pendukungnya
Teater
tradisional atau teater rakyat pada umumnya memiliki bannyak pungsi bagi
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Beberapa pungsi tersebut ialah sebagai
alat pendidikan bagi masyarakat, penebal rasa solidaritas kolektif, alat
kontrol sosial, alat kritik sosial, dan sebagai sarana hiburan msyarakat. Perkembangan teater tradisional sampai ke perkembangan
teater modern tidak lepas dari pengaruh teknologi. Dampak positif dari perkembangan
teknologi dalam seni pertunjukan khususnya seni teater ialah dilihat dari
perspektif pemanggungan dan cara kerja dalam sebuah produksi pertunjukan itu
sendiri dampak positif tersebut antara lain :
1.
Sebelum mengenal
panggung pertunjukan seni teater tradisi khususnya dilakukan ditempat terbuka,
dengan perkembangan teknologi pertunjukan teater digelar di dalam gedung ,
walaupun sampai sekarang ini teater tradisi juga kadang-kadang masih di
pertunjukan dilapangan namun taeter modern mayoritas pementasannya dilakukan
dalam gedung. Artinya ada jarak antara pemain dan penonton.
2.
Perkembangan
teknologi juga maembawa pertunjukan taeter itu menjadi elit, kalau dahulu orang
hannya mengguna kan lampu teplok, untuk mengadakan sebuah pertunjukan, sekarang
sudah ada penataan cahaya atau lighting guna agar penonton lebih mengerti jalan
cerita, seting juga dapat diper indah dengan adanya teknologi
3.
Publikasi sangat
terbantu dengan adanya teknologi, sperti sepanduk, buklet, dan bisa saja
disiarkan melalui media iklan yaitu
radio serta melalui internet. Hingga jangkawan penontonnya luas.
4.
Penonton kadang harus
membayar tiket masuk pertunjukan, pada teater tradisi kebiasaan itu tidak ada
5.
Teater menjadi
propesi artinya teater dijadikan prodak
6.
Pertunjukan teater
mengunakan soun system
7.
Naskah yang dibuat
atau naskah yang ditampilkan merupakan naskah yang tertulis.
8.
Ungkapan bentuk
teater sudah menggunakan idiom-idiom modern seperti adanya intermezo, dan
menggunakan alat musik modern.
9.
Lebih terstruktur
Penjelasan
diatas merupakan dampak teknologi secara positif, sebenarnya perkembangan
teknologi memasuki dunia pertunjukan khususnya diindonesia tidak lepas pengaruh
kebudayaan dari luar. Pengaruh tersebut dari berbagai Negara-negara belahan
dunia, pertunjukan- pertunjukan teater yang
sering kita llihat adalah pertunjukan yang sudah di pengaruhi dari luar
sehingga teori dan motodenya menjadi
acuan dalam penggarapan suatu produksi pertunjukan teater. Hampir seluruh pertunjukan teater dewasa ini
dipengaruh oleh taeter barat. Walau pun
saya tidak bisa menafikan bahwa teater tradisi juga masih ada yang
teatap hidup ditengah-teangah masyarakat, yang masih mempertahankan serta masih
menggunakan motode dan tatanan lama untuk melakukan sebuah pertunjukan itu
hannya sedikit saja.
Pertannyaan
kita adalah sampai kapan tradisi itu akan tetap bertahan didalam kehidupan
masyarakat sekarang ini? Kemajuan teknologi berdapak pada semua aspek
kehidupan, tidak terkecuali pada seni pertunjukan teater, untuk mengimbangi itu
tradisipun mengalami perubahan. Perubahan ini disebabkan selera penonton yang
selalu berubah-ubah cara fikir masyarakat yang sudah maju menginginkan hal-hal
yang baru. Perubahan-perubahan akan terjadi kerna masyarakat adalah fenomena
antar waktu, masyarakat terjelma bukan kerna keberadaannya disatu dalam
perjalanan waktu. Tetapi ia hannya ada melalui waktu. Ia adalah jelmaan waktu.
Masalah tradisi takkan muncul bila berbagai keadaan masyarakat dalam rentetan
proses terputus itu berahir. Masa lalu masyarakat bukan lenyap sama sekali.
Serpihan masalalunya menyediakan semacam lingkungan bagi fase pengganti untuk
untuk melanjutkan proses. Ini melalui mekanisme sebab akibat pertama materi dan
fisik dann yang kedua gagasan atau psikologis. Keduanya saling meningkatkan
potensi.
Berbicara
tentang tradisi , hubungan masa lalu dengan masa kini haruslah dekat. Tradisi
mencakup masa lalu dimasa kini ketimbang sekedar menunjukkan fakta masa kini
berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu dan masa kini mempunnyai dua
bentuk, material dan gagasan dan subjektif. Menurut arti lebih lengkap tardisi
merupakan keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu
namun benar-benar masih ada dimasa kini, belum dihancurkan, dirusak, di buang
atau dilupakan. Disini tradisi hannya berarti warisan yang benar-benar tersisa
dari masa lalu.
Perubahan
tradisi disebabkan bannyaknya bentrokan antara tradisi satu dengan tradisi
saingannya. Benturan itu dapat terjadi antara tradisi masyarakat antara kultur
yang berbeda atau dalam masyarakat telah dikaji secara luas oleh ahli
antropologi , sosial, terutama mengacu pada pada penaklukan kilonial dan juga
melalui kontak cultural secara damai antara masyarakat yang sama sekali berbeda
termasuk modernisasi yang dipaksakan. Modernisasi mengandung tiga makna. Makna
paling umum sama dengan seluruh jenis perubahan sosial progresif apabila
masyarakat bergerak maju menurut skala kemajuan yang diakui. Perubahan dari
hidup digua kebangunan tempat bernaung jelas merupakan kasus modernisasi.
Makna
modernisasi paling khusus hannya mengacu pada masyarakat terbelakang atau tertinggal dan melukiskan upaya mereka
untuk mengeejar ketertinggalan dari masyarakat yang telah maju yang hidup
berdampingan dengan mereka. Yang penting dalam memahami tradisi sikap atau
orientasi pikiran tentang benda material
atau gagasan dari masa lalu yang dipungut oleh orang masa kini. Sikap
atau orentasi ini menempati bagian khusus dari keseluruhan warisan historis
mengangkatnya menjadi tradisi . Arti penting penghormatan atau penerimaan sesuatu
secara sosial.
Lalu
apa dampak negatifnya teknologi dalam perkembangan seni pertunjukan teater? Kemudahan-kemudahan dari teknologi membuat
msyarakat ingin yang praktis, maraknya tontonan acara-acara di televisi seperti
senetron film dan acara-acara lainnya membuat masyarakat enggan untuk menonton
pertunjukan teater yang dipentaskan digedung, paling-paling pencinta dan penikmat serta
lingkungan akademik saja yang mengapresiasi pertunjukan tersebut. Ini perlu
disisati bagi seniman teater untuk mennyingkapi masalah ini, caranya dengan
mengembalikan kesenian itu kepada masyarakat agar masyarakat lebih kenal dan
akrab dengan kesenian. Lebih-Lebih seni teater sangat memerlukan penonton kerna
dalam pementasan teater terdapat pesan-pesan serta kritik sosial yang
diperuntukkan bagi penonton . Memang ada beberapa kelompok teater yang sudah mapan bahkan tidak
mempunnyai masalah dalam menanggulangi masalah ini, teater koma misalnya mereka sudah mempunnyai
penonton sendiri bahkan mereka sudah mempunnyai sponsor, artinya mereka
menjadikan teater sebagai prodak untuk menghasilkan uang. Ini terjadi kerna
pergeseran masyarakat perkotaan yang jenuh, menginginkan hal yang baru ada rasa
bosan dengan menonton televisi kemudian lari untuk menonton teater.
Itu
kelompok teater yang sudah mapan tapi
bagai mana dengan kelompok teater yang
belum mapan, yang masyarakatnya masih asik-asiknya menikmati tontonan-tontonan
yang ada ditelevisi. Hal ini perlu kerja keras dari seniaman atau pencinta
teater agar bisa mengimbangi keadaan seperti ini. Dampak lain dari teknologi
dalam seni pertunjukan teater, kebersamaan semangkin lama semangkin berkurang
kerna teknologi kadang-kadang mengajarkan kita untuk hidup secara individu.
Telah
dilakukan penelitian dampak teknologi impormasi keseni pertunjukan tradisi di
Yogyakarta , dari lapangan diperoleh paktor yang mempengaruhi kemunduran seni
pertunjukan diantaranya:
a.
Paktor ekonomi
b.
Kebijakan lembaga
formal
c.
Mata pencaharian
d.
Kurang minat menonton
Sumber
diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa untuk mennyingkapi persoalan daiatas
dengan cara, menajemen professional, personil yang professional, mengemas
cerita yang inovatif dan promosi yang lebih luas kemasyarakat. Agar
keseimbangan selalu terjaga, maksudnya
seni pertunjukan teater bisa seimbang dengan arus teknologi yang sangat marak
ditengah-tengah masyarakat. Smoga……………………………….
Daftar
pustaka
Soedarsono, 2003.
Seni Pertunjukan. Yogyakarta:Gadjah mada university press, angota Ikapi
Dewojati Cahayaningrum,
2010. Drama Sejarah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
angota Ikapi
Putranto Hendar dan
Sutrisno Mudji, 2005. Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, angota
Ikapi
Sztomka Piotr, 2004.
Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Media
Suekanto Soerjono,
2007. Sosilogi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
htt://id.wikipedia.org/wiki/teknologi)
htt://pustaka2.ristek.go.id/catalog/index.php/searchkatalog/byld/49466
0 Response to "Dampak Teknologi Dalam Seni Pertunjukan"
Post a Comment