Bab I
Konsep Seni Sastra
1.1.
Pengertian sastra
Sastra adalah suatu bentuk
dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya
dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Ruang lingkupnya mennyangkut
sosial budaya, kesenian dan sistim berpikir manusia itu sendiri. Ada dua
aspek ujud penting dalam karya sasra
yaitu isinya yang mennyangkut tentang pengalaman hidup manusia, sedangkan
bentuknya adalah segi-segi pennyampainya yaitu cara sasrawan memanfaatkan
bahasa yang indah untuk mewadahi isinya.
1.2.
Sastra
Sebagai Seni kreatif
Seni
lahir adanya perpaduan harmonis antara manusia dan alam, karya sasra lahir
dengan suatu daya kreativitas itu tidak saja dituntut dalam upaya melahirkan
pengalaman batin dalam karya sasra, tetapi lebih dari itu. Harus lah kreatif
dalam memilih unsur-unsur terbaik dalam hidup manusia yang dihayatinya.
1.3.
Bahasa Sebagai media Satsra
Bahasa
yang dimaksud ialah bunyi-bunyi yang distingtif yang dipakai sebagai pola yang
sistimatis untuk mengkemunikasikan
segala perasaan dan fikiran. Bahasa yang baik dalam sasra yaitu bahasa yang
matang, boleh dilentur, peka akan makna yang baru maupun makna yang lama, segar
tidak hambar dan basi. Kesusasraan pengucapan yang tergolong kedalam jenis yang
kretif-imajinatif berbeda dengan
surat kabar yang impormatif-persuasif.
Perbedaan tersebut adalah: Bahasa wartawan lebih bersifat literal, sedangkan bahasa kesasraan bersifat simbolis. Kelebihan sasra sebagai kreatf terletak pada unsur-unsur
bahasa intraksi antar unsur-unsur tersebut dengan dunia nyata dengan dirinya.
Bahasa bukan saja berpungsi sebagai kemunikasi lebih dari itu member makna
lebih luas. Itulah perbedaan yang sudah dijelaskan pada bagian atas.
Ada
sasrawan atau ahli teori sasra yang mengatakan bahwa tugas sastra mencapai
keindahan, seni adalah untuk seni sementara yang lain berpendapat bahwa sasra
adalah member pelajaran tentang kehidupan manusia itu sendiri.Sasra menjadi
penting kerna beberapa hal yaitu
1. Sasra
menggunakan bahasa
2. Sasra
terkait dengan beberapa cabang ilmu
3. Sasra
didukung cerita
Peranan dan tugas sasra sebagai alat untuk meneruskan
tradisi suatu bangsa dalam artian positif. Tradisi itu butuh alat untuk
meneruskannya kepada masarakat sezaman dan untuk masa yang akan datang.Suatu
tugas atau misi lain dari sasra ialah menjadikan dirinya sebagai suatu
tempat dimana nilai kemanusiaan mendapat
tempat sewajarnya, diperthankan, disebarluaskan, terutama didalam kehidupan
modern yang di tandai dengan menggebu-gebunya sains dan teknelogi. Peranan
lainnya untuk meneruskan tradisi suatu bangsa kepada masarakat sezamannya dan
masarakat yang akan datang, berupa cara berfikir, kepercayaan, kebisaan,
pengalaman sejarahnya, rasa keindahan, bahasa, serta bentuk kebudayaan. Yang
menjadi pusat misi sasra ialah sasra dan agama, sasra dan dorongan sosial dan
sasra dorongan personal.
Sastra harus menjadi sahabat semua orang jadi sasra
hendaknya mempunnyai keindahan, Thomas Aquino yang dikutip oleh Slamet Muljana
(1956), mengatakan bahwa keindahan itu mengandung tiga syarat yaitu pertama,
keutuhan dan kesempurnaan, kedua keselarasan dan bentuk harmoni dan yang ketiga
kejelasan atau kecemerlangan. Hampir sejalan dengan yang dikemukakan oleh James
Joice mengemukakan bahwa keindahan mempunnyai tiga cirri yaitu: pertama
kepaduan, kedua keselarasan atau harmoni, dan yang terahir kekhasan. Pada
dasarnya keindahan adalah sipat dari suatu benda yang ditumpanginya. Keindahan
adalah keikmatan yang diteriama oleh fikiran sebagai akibat dari pertemuan yang
mesra antara subjek dan objek. Selain sasra harus indah karya sasra juga harus
mendekati kebenaran.
Bab II
Anatomi Fiksi
2.1. Pengertian Fiksi
Fiksi
juga sering disebut dengan cerita rekaan, ialah cerita dalam prosa, hasil dari
pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya tentanng
pristiwa-pristiwa yang pernah terjadi. Ataupun
pengolahan peristiwa-peristiwa yang hannya berlangsung dalam khayalannya
(Simposium, (1966 : 117). Jika sebuah karya sebuah fiksi terlalu asing dari
kehidupan , ia akan menjadi abstrak dan sulit dikenal dan dinikmati.
2.2. Novel dan Cerpen
Novel
dapat diartikan sebagai memberi konsentrasi kehidupan yang lebih tegas
sedangkan roman yang diartikan rancangan lebih luas. Definisi ini terjadi kerna
skitar tahun 1950an novel-noval Indonesia yang ditulis oleh Pramudya Ananta
Tour, Moctar Lubis memang bersipat demikian sedangkan roman dalam pengertian
diatas bannyak ditemukan dibuku-buku Balai pustaka lama. Novel Indonesia secara
resmi setelah terbitnya buku si jamin dan
sijohan,1919, oleh Marari Siregar yang merupakan saduran novel Belanda..
sedangkan cerpen dalam kesingkatannya akan tampak pertumbuhan pisikologis dari
pelaku cerita berkat perkembangan dari alur cerita itu sendiri. Jadi cerpen
bentuk sasra yang berdaulat penuh, cerpen sesungguhnya lengkap dan selesai.
2.2. Unsur –unsur yang
Membangun Fiksi
Secara
garis besar fiksi secara struktur terbagi dua yaitu: pertama Struktur luar dan
yang kedua struktur dalam, struktur dalam(instriksi) adalah unsur-unsur karya
sasra yang membentuk penokohan atau perwatakan, tema, alur, pusat pengisahan,
latar, dan gaya bahasa. Struktur luar (ekstrsik), adalah segala macam unsure
dari luar suatu karya sasra yang ikut pempengaruh karya sasra tersebut seperti
paktor sosial, ekonomi, budaya, politik, agama, dan tata nilai yang di anut
oleh masarakat.
2.3.1 Penokohan dan
perwatakan
Permasalahan
perwatakan ini merupakan salah satu hal dalam kehadirannya dalam sebuah fiksi
sangat penting bahkan sangat menentukan. Kerna tidak akan munkin tidak ada
penokohan dalam sebuah cerita fiksi yang menggerakkan alur cerita. Tentunya
hubungan yang logis antar tokoh yang lahir sebagai kausalitas, sebagai hokum
sebab akibat. Masalah waktu juga sangat menentukan tokoh mennyebabkan terjadi
suatu antraksi antar tokoh yang menjadikan sebuah konflik dalam cerita.
Perwatakan
dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak tanduk, ucapan tidak
sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Prilaku
tokoh dapat di ukur dari tindak tanduk ucapan kebiasaan, dan sebagainya.
Krakter itu sendiri dapat dipahami oleh pengarang melalui pengalaman langsung
maupun tidak dengan pengembangan imajinasinya yang kreatif.
Dimaksud
dengan perwatakan dalam suatu fiksi biasanya dapat dipandang dalam dua segi,
pertama mengacu pada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang
membentuk individu yang bermain dalam sebuah cerita. (Rober Stanton 1965). Pda
umumnya fiksi mempunnyai tokoh utama, yaitu tokoh yang ambil bagian dalam
sebagian besar peristiwa dalam cerita, peristiwa itu meyebabkan terjadinya
perubahan sikap dalam diri tokoh atau perubahan kita dalam membaca terhadap
tokoh tersebut misalnya rasa benci, senang atau simpati padanya. Ada dua cara
untuk mengenalkan tokoh dan perwatakan
tokoh dalam fiksi.
a. Secara
anlitik yaitu pengarang memaparkan tentang watak atau krakter tokoh .
b. Secara
dramatis yaitu penggambaran watak yan g tidak diceritakan secara langsung oleh
pengarang, tetapi disampaikan melalui, nama tokoh, penggambaran fisik tokoh dan
melalui dialog.
2.3.2. Tema
Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik
padahal keduanya itu mempunnyai pengertian yang berbeda. Kata topik berasal
dari bahasa yunani topoi yaitu tempat,
topik dalam suatu karangan berarti pokok pembicaraan, sedang kan tema merupakan
sebuah karangan fiksi . wujud tema dalam sasra berpangkal pada alasan tindak (
motif tokoh).
2.3.3. Alur (plot)
Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam
cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi pungsional yang menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur merupakan perpaduan unsur-unsur
yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Dalam
pengertian ini alur merupakan jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang
merupakan rangkaian pola tindak-tanduk
yang berusaha memecahkan komflik dalam sebuah cerita.
Unsur alur yang penting adalah konflik dan klimaks konflik
dalam fiksi terbagi dua, yang pertama konflik internal yaitu pertentangan dua
keinginan didalam seorang tokoh, yang kedua konflik eksternal yaitu konflik
antar satu tokoh dengan tokoh lain atau tokoh dengan lingkungannya. Klimaks
cerita adalah saat-saat konflik memuncak dan jalan keluar harus ditemukan.
2.3.4. Latar atau Landas Tumpu
Latar tempat, latar waktu, dan latar kejadian memperjelas
jalan cerita dan mempermudah bagi pembaca untuk mencerna sebuah karangan fiksi.
2.3.5. Gaya Penceritaan
Penceritaan yang dimaksud disini adalah tingkah laku
pengarang dalam menggunakan bahasa, tikah laku berbahasa ini merupakan suatu
sarana sasra sangat penting. Tanpa bahasa , tampa gaya bahasa, sasra tidak ada. Penceritaan dalam sebuah
karangan biasanya pengarang mengambil langkah-langkah
1. Pemilihan
materi bahasa
2. Pemakaian
ulasan
3. Pemanfaatan
gaya bertutur ( gaya bahasa yang menggunakan majas.)
2.3.6. Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan adalah posisi pengarang dalam ceritanya,
atau dari mana pengarang melihat peristiwa-peristiwa dalam karangannya.
Terdapat beberapa jenis pengisahan
anataranya :
a. Pengarang
sebagai tokoh cerita
b. Pengarang
sebagai tokoh samping
c. Pengarang
sebagai orang ketiga (pengamat)
d. Pengarang
sebagai pemain narrator.
2.4. Jenis-Jenis fiksi
Jenis-
jenis fiksi di bagi beberapa bagian yaitu
Ø Romantik
dan Realisme merupakan sepasang istilah yang bannyak digunakan dalam kajian
fiksi.
Ø Realisme
merupakan lawan dari romantik yang menggambar kan realita kehidupan yang
sebenarnya.
Ø Gotik
(gothic fiction) merupakan suatu karya fiksi yang menceritakan tentang horror,
kekerasanpokoknya yang supranatural
Ø Naturalisme
bagian dari realism merupakan pengembangan dari realism, aliran naturalism
percaya bahwa ilmu pengetahuan alam diterapkan dalam fiksi.
Ø Proletarian
merupakan fiksi yang memprotes tentang social
Ø Alegori
karya fiksi yang komleks dan bisanya intuk pendidikan
Ø Simbolisme
Ø Satire
merupakan karya fiksi yang sindiran
Ø Fiksi
sains pendekatan dengan ilmu pengetahuan
Ø Utopia
yang masih berkaitan dengan fiksi sains
Ø Ekspresionisme
Ø Pisikologi
Ø Ekstensialisme
Ø Autobiografi
dan biografi
2.5. Fiksi serius dan fiksi popular
Perbedaan fiksi serius dan fiksi
popular terlihat dari tiga hal yaitu :
1. Ide
dan pengolahan ide
2. Kemudahan
pemahaman
3. Pungsi
hiburan dan kegunaan
Suatu karya sasra yang dikatakan
mempunnyai norma estetika bila karya sasra itu :
a. Mampu
menghidupkan atau memperbaharui pengetahuan pembaca
b. Mampu
mencptakan kehidupan kita lebih baik dan kaya
c. Mampu
membawa pembaca lebih akrap dengan kebudayaannya
Suatu karya sasra dapat dikatakan
mempunnyai nilai sasra bila karya sasra itu :
a. Refleksi
kebenaran manusia
b. Tidak
terikat pada waktu dan benda
c. Memberi
kenikmatan dan rasa indah
Suatu karya sasra memiliki norma moral
jika :
a. Menghargai
norma-norma moral
b. Mennyajikan
masalah-masalah norma moral, sosial, keagamaan dengan secara matang dan
bertanggung jawab
2.6. Bentuk- bentuk prosa atau fiksi
tradisional
Karya
sasra modern dan karya sasra tradisional memiliki kesinambungan menurut Prof.
Dr. A. Teuw setidak –tidaknya memiliki empat kesenambungan yaitu:
1. Bnanyak karya sasra modern berangkat dari karya sasra
tradisional
2. Penggunaan
motif dan tema karya sasra taradisional sangat menonjol dalam sasra modern
3. Dalam
karya modern seringkali terungkap dasar kebudayaan tardisional dan konflik
budaya
4. Dalam
gejala yang sangat popular di Indonesia yaitu Poetry Reading yaitu puisi modern
berlaku dalam rangka tradisional yakni sasra sebagai Performing art
Ada beberapa bentuk karya sasra
tradisional secara umum
a. Cerita
rakyat
b. Dongeng
dan hikayat
c. Epos
dan mitos
d. Sasra
kitab dan sejarah
e. Naskah
undang-undang
f.
Ramayana dan mahabrata
BAB III
ANATOMI PUISI
Puisi
mempunnyai makna yang luas dan beragam yang tidak dapat di mungkiri menurut
Slamet Mulyana puisi adalah sintesis berbagai peristiwa bahasa yang disaring
semurni-murninya dalam berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,
tersusun dengan sistim korespondensi dalam salah satu bentuk. Perbedaan puisi dengan prosa terdapat antara lain
1. Intuisi
adalah suatu daya atau kemampuan melihat suatu kebenaran atau kennyataan tampa
pengalaman langsung atau dibantu suatu proses logika
2. Imajinasi
dalam puisi merupakan upaya memperkuat kesan suatu pengalaman jiwa yang hendak
disampaikan oleh pennyairnya. Imajinasi dapat dikatakan suatu hasil kretivitas
berfikir, bahkan imajinasi dapat dikatakan kreativitas
3. Sintesis
merupakan unsure ketiga yang membedakan puisi dan prosa , sintesis berarti
suatu kesatuan, suatu gabungan atau ikatan yang merupakan lawan analisis yang
berarti terurai yang terlihat membentuk keseluruhan. Krangan prosa bersipat
menuturkan atau membeberkan sedangkan puisi lebih bersifat konsentratif.
3.2 Jenis
Puisi
Ditinjau dari kelahiran puisi kita mengenal adanya puisi
lama dan puisi baru atau puisi tradisional atau puisi modern dalam puisi tradisional terdapat bebagai
bentuk seperti Syair, pantun, gurindam, pribahasa dan lain-lain dalam puisi
modern kita mengenal puisi bebas.
Dari segi penulisan puisi kita dapat membagi puisi dua jenis
yang pertama puisi diapham (puisi polos) yang kedua puisi prismatic (membias).
Puisi diapham adalah puisi yang mennyatakan suatu maksud dengan sedikit sekali
menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol kata-kata yang dikenal secara
umum. Sedangkan puisi prismatis puisi yang memakai lambing-lambang atau
sombol-simbol kalimat kiasan, kalimat yang tdak langsung kata-kata yang
konotatif.
Puisi
dilihat dari bentuk dapat dibedakan
beberapa jenis yaitu:
a. Epik
yaitu suatu jenis puisi yang panjang
b. Epik
naratif puisi yang menggambarkan tentang kepahlawanan atau tentang kesedihan
yang disampaikan secara indah
c. Naratif
sederhana puisi yang menceritakan sesuatu secara sederhana
d. Prosa
berirama merupakan puisi yang mengungkapkan tentang pandangan atau pendapat
sesuatu yang cendrung bersifat didaktis
e. Ode
yaitu merupakan puisi yang berisi pujian terhadap seseorang atau sesuatu hal
f.
Lirik puisi yang
sangat pendekyang mengekpresikan emosi, biasa juga disebut puisi yang
dinyannyikan
g. Epigram
ialah puisi yang sangat pendek biasanya
dua, tiga , empat atau enam baris
h. Puisi
dramatik yaitu puisi yang berbentuk dialog.
3.3.Unsur-unsur
yang membangun puisi
Marjorie
Boulton (1979) membagi anatomi puisi menjadi dua yaitu bentuk fisik dan bentuk
mental bentuk fisik dan mental dapat dilihat dari tiga lapisan:
1. Lapisan
bunnyi lambang-lambang bahasa sasra ini
lah disebut sebagai fisik puisi
2. Lapisan
arti yakni sejumlah arti yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan
permukaan yang terdiri dari lapisan
bahasa.
3. Lapisan
tema suatu dunia pengucapan karya sasra sesuatu yang menjadi tujuan pennyair
3.4.Kepuitisan
Didalam puisi kita
akan menemukan perasaan dan pikiran yaitu sesuatu yang merupakan kekayaan
pengalaman batin pengarang dan terlukis bagaimana jalan pikiran seorang
pengarang dan bagaimana pula emosi yang ingin disampaikan atau yang
ditimbulkan,mengatahui nada dan bicara
dan suasana ang ingin diciptakan pengarang juga tema dan tujuannya.
Beberapa cara mencapai
kepuitisan dan keindahan itu antara lain sebagai berikut;
1.adanaya keaslian
2.kejelasan
3.memukau
Segestif
Cara berfikir runtut
dan bercerita yang menarik
3.5.Emosi
dan asosiasi
.
3.6.kemerduan bunyiEmosi member pengaruh
terhadap cara berbuat dan berfikir seseorang. Ia dapat member semangat kepada
seseorang dan sebaliknya ia dapat melumpuhkan bila tidak dapat dikendalikan
dengan baik.
Emosi
yang ada dalama puisi harus cocok dengan tujuan dan situasi yang
dikemukakannya. Pembentukan asosiasi mental lah yang dapat menciptakan
pemanfaatan emosi. Asosiasi mental adalah ide ide, imaji, dan perasaan yang
dihubungkan dengan objek yang real dengan memanfaatkan kata.
Bila
puisi itu ingin dibaca dan dinikmati oleh banyak orang, maka puisi tersebut har
us diciptakan dengan mempertimbangkan secara cermat pilihan pilihan kata yang
akan menggiring asosiasi mereka
Bunyi
erat kaitannya dengan unsure seperti lagu, irama, melodi, dan sebagainya.selain
sebagai pemanis, juga sebagai pembentuk mempertajam dan menegaskan makna serta
membentuk nada dan suasana menjadi nada dan suasana yang efektif dan segestif.
Suatu
hal ang tidak dapat dilupakan adalah pemanfaatan bunti bunyi yang indah harus
berbarengan pula dengan kemampuannya berperan sebagai penegas makna.
Jika
puisi itu kit abaca keras keras akan terasa irama dan permainan bunyi yang
benar benar mengasikan rangkaian vocal dan konsonan atau asonansi dan aliterasi
terpelihara dan tersusun dnegan apik,sehingga menambah kepuitisannya dan
kepuitisan makna.
3.7 irama
unsure
ain dari lapisan pertama sebuah puisi yang mempunyai kaitannya dengan bunyi
adalah irama.yang dimaksudkan dengan irama adalah suatu gerak yang teratur,
suatu rentetan bunti berulang dan menimbulkan variasi variasi bunyi yang
menciptakan gerak yang hidup. Irama disini adala pergantian turun naik ,
panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
3.8.diksi
Diksi berarti pemilihan kata. Pemilihan dan pemanfaatan kata
merupakan aspek yang utama dalam dunia puisi. Memilih kata ang mampu mengemban fungsi
sebagaimana mestinya tidaklah mudah. Kata kata yang terlalu dekoratif akan
keliatan tidak matang. Kata kata yang hanya mementingkan makna tanpa rasa kata
dan tanpa memperhatikan bunyi akan kehilangan keniukmatan dan keindahan.
3.9. pengimajian
·
Pengimajian adalah
penataan kata yang menyebabkan makna makana abstrak menjadi kongkrit dan
cermat.
Pengimajinasian kata dapat
dilakukan dengan dengan cara:
a.penjajaran(halus
lembut)
b.penjajaran
paradoksal; penjajaran kata yang artinya bertentangan
c.penjajaran
yang bersifat perbandingan(metafora)
d.personifikasi.yaitu
memberikan sifat sifat manusia pada benda mati.
e.perumpamaan
·
Repetisi
Menusun kata dengan susunan tertentu
merupakan usaha lain yang dilakukan penyair untuk melakukan pengimajian, untuk
menciptakan sesuatu yang tegas menjadi kongkrit, yang lemah menjadi kuat dan
tegas.caranya dengan menggunakan pengulangan atau repetisi.
3.10. simbolik
Dengan simbolik sesuatu yang abstrak bisa dijadikan lebih
kongkrit, dan dengan simbolik dapat pula memberikan kesan yang dalam dan
pengalaman yang luas tentang sesuatu keadaan atau hal ang mempunyai sifat
bermacam macam. Simbalik pada dasarna ialah kiasan, tapi isinya lebih luas,
tidak hanya menggantikan benda atau hal yang disimbolkan saja, tetapi juga
member tambahan motifasi.
3.11.inversi
Inverse adalah gaya pengucapan yang membalikan urutan subjek
dan predikat atau membalikan urutan
subjek dan predikat atau membalikkan pola susunan kata dalam suatu frase.
3.12.tipografi dan enjambemen
·
Tipografi disebut juga
ukiran bentuk . dalam sebuah puisi ia diartika sebagai tatanan larik, bait,
kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu
mendukung,isi ,rasa dan suasana.
·
Enjambemen adalah
pemotongan kalimat atau frase di bagian akhir larik dan kemudian meletakkan
potongan itu pada larik berikutnya.
3.13.puisi tradisional
Puisi tradisional pada umumna mempunyai pola atau bentuk
yang tetap, artinya ia system susunan
tertentu yang tidak dapat diubah, jika diubah maka exsistensinya mnejadi goyah
atau hilang. Adapaun yang termasuk puisi tradisional itu adalah; mantra,
pantun, syair,gurindam seloka, bahasa berirama, pribahasa, dan lain lain.
Bab IV
Anatomi drama
4.1 pengertian
drama
drama adalah
cerita atau tiruan prilaku manusia yang dipentaskan.suatu tiruan atau suatu
mimik dapat berhasil menggaet sejumlah banyak penonton apabila ia meniru
prilaku orang yang dikenal atau terkenal secara luas. Tetapi untuksuatu tiruan
usaha ang berjangka panjan yang dapat mencapai msyarakat umum maka penggunaan
suatu cerita tidak dapat dihindari.
4.2 karekteristik
drama
·
drama mempunyai tiga
dimensi yaitu, dimensi sastar, gerakan, dan ujaran.
·
Drama mempunyai
pengaruh emosionalyang lebih kuat dibandingkan dengan karya sastra ang lain
·
Menonton drama lebih
menyenangkan dari pada membaca novel.
·
Drama disusun dngan
keterbatsan
·
Kekhususan drama yang
sangat penting adalah keterbatasan pemain secara fisik
·
Drama mempunyai
keterbatasan pemanfaatan objek material
·
Drama memiliki
keterbatasan bukan hanya dari segi artistic, namun juga dari segi kepantasan.
·
Drama dibatasi oleh
intelegasi para penonton.
·
Drama enapilkan
episode dan sub alur yang ada dalam novel.
·
Drama merupakan karya
tulis ang dipercakapkan
4.3 prinsip
Aristotelian
prinsip Aristotelian ini adalah kesatuan prilaku, kesatuan
tempat dan waktu .
4.4 alur
drama
secara garis besar alur drama adalah sebagai berikut
·
klasifikasi atau
instruksi
·
konflik
·
komplikasi
·
penyelesaian(denomen)
4.5 dialog
dialog dalam pementasan boleh jadi
tidak sama dengan yang diucapkan manusia normal, namun para pemain yang baik
dapat berbicara mengikuti susunan cerita tanpa tersendat sendatatau menggunakan
intonasi yang aneh sehingga penonton tidak mengerti dengan apa yang
diucapkannya.
4.6 jenis
drama
·
tragedy
·
komedi
·
tragikomedi
·
melodrama
·
farce
4.7 teater
expresionis dan absurd
teater ini
merupakan teater yang menggunakan anti alur sehingga penonton tidak dapat
menduga apa yang akan terjadi selanjutnya dan menerka nerka apa yang diinginkan
pengarang dalam naskahnya ini.
4.8 peran
dan perwatakan
dalam menjalankan peran, seorang
pemeran harus menggunakan dua sumber tenaga. Yaitu:
·
sumber luar: tuntunan
naskah , kondisi produksi
·
sumber dalam: tenaga
tubuh, pemanfaatan alat bicara, penggunaan alat indra, memiliki intelegensia
dan daya sensitivitas juga kemauan berusaha
4.9 bagaimana
memahami drama
adapun untuk memilih naskah kita
harus memperhatikan syarat syarat dari naskah itu, yaitu;
·
memiliki nilai draatik
dan teatrikal
·
memberikan rasa senang
sebagi konsumsi rohaniah yang sehat
·
tidak melontarkan
problem yang sulit untu dijawab
·
dialg enak dan
menggunakan bahsa yang lancer dan enak didengar.
·
Tema yang di ungkapkan
adalah seputar kehidupan dan menambah pengetahuan
·
Naskah harus
menjelaskan teknis pelaksanaan di atas pentas.
4.10
nilai drama bagi kita
alasan kita terikat terhadap suatu
drama adalah
·
drama digunakan untuk
menyembuhkan kegelisahan dan kekacauan mental
·
drama banyak digunakan
dalam kehidupan sehari hari yang berjenis hipokrit
·
drama telah mengakar dalam kebudayaan kita
·
Ritual masih tergolong
dalam drama
·
Drama menggunakan
banyak orang.
·
Drama merupakan media
yang yang tepat untuk latihan imajinasi.
·
Drama menambah
pengalaman.
4.11
drama tradisionaldrama
atau teater tradisional merupakan sebagian dari kenyataan dalam dunia kesenian
kita.
Cirri cirri teater tradisional adalah:
·
Memiliki lingkup yang
terbatas
·
Perkembangannya lamban
·
Bagian dari kehidupan
yang bulat
·
Tidak merupakan bentuk
kreatifitas.
Contoh teater tradisonal Indonesia adalah:
·
Ketoprak atau dagelan
·
Wayang
·
Topeng betawi
·
Lenong
·
Randai
0 Response to "Rangkuman Buku Anatomi Sastra karya M. Atar Semi"
Post a Comment