Seni Al Quran, Sumber Hakiki dari Seni Islami



Seni Al Quran, Sumber Hakiki dari Seni Islami

Dalam perjalanan sejarah, kita melihat bahwa agama dan seni saling berkaitan satu sama lain, sehingga memisahkan kedua subjek ini merupakan hal yang sulit. Mungkin, keterkaitan antara agama dan seni berakar dari dalam diri manusia sendiri. Bila kita memperhatikan Al Quran yang merupakan sebuah fenomena dan mukjizat besar agama Islam, kita akan menyaksikan seni agung yang diciptakan Allah SWT yang menimbulkan ketakjuban dari umat manusia dari  berbagai suku dan bangsa. Ayat-ayat Al Quran menarik naluri keindahan manusia ke arahnya dan mengajarkan kepada manusia tentang keindahan penciptaan. Dengan cara yang indah pula, Al Quran mengenalkan tentang Allah dan kekuasaan-Nya kepada manusia.

Kisah-kisah yang diungkapkan dalam Al Quran bukanlah kisah-kisah tentang kepahlawanan belaka, melainkan kisah-kisah yang mengajarkan tentang kehidupan yang lurus yang harus diambil manusia. Al Quran juga mengajarkan tentang keimanan, kehendak, dan tanggung jawab manusia. Ayat Al Quran juga mengajak manusia untuk menyaksikan kehidupan manusia-manusia besar seperti Ibrahim, Musa, Isa, dan  Muhammad, dan perempuan-perempuan mulia seperti Maryam, Asiyah.
Ayat-ayat Al Quran terkadang membawa manusia untuk menyaksikan Musa ketika mendatangi Bukit Tursina, lalu berdialog dengan Tuhannya dan mendapatkan cahaya untuk menerangi jalan bagi umat manusia. Terkadang, ayat-ayat Al Quran mengajak pembacanya untuk menyelami keagungan pribadi Rasulullah Muhammad SAWW yang membuat jiwa-jiwa manusia tunduk oleh kekaguman.  Ayat-ayat  Al Quran pun terkadang mengisahkan kehidupan kaum kafir yang kemudian hancur oleh bala yang diturunkan Allah, sehingga membuat jiwa manusia yang beriman merasa bergetar karena takut.
Al Quran adalah manifestasi dari wahyu yang mengandung keindahan seni yang hakiki dan sangat mengagumkan. Seni Al Quran adalah seni untuk mengungkapkan suatu masalah atau topik dengan cara yang sangat indah, sehingga  mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan para pembacanya. Mengingat bahwa ayat-ayat Al Quran diturunkan secara bertahap dan dalam kondisi yang berbeda-beda, Al Quran bagaikan sungai yang panjang, yang meskipun mengalir di atas bebatuan dan lumpur, air sungai itu selalu jernih dan bening.

Sebagai contoh, Al Quran dalam surat Al Hijr mendeskripsikan Iblis sebagai makhluk yang menghiasi keburukan sehingga tampak indah dan membuat manusia terperdaya. Melalui pendeksripsian seperti ini, Al Quran berpesan kepada manusia agar jangan langsung terpikat pada penampakan luar dan selalu berusaha untuk menggali hakikat dan makna yang terkandung di dalam sebuah penampakan. 

Doktor Wagleri,  seorang dosen  di sebuah universitas di Italia, menyatakan, “Seluruh ayat-ayat Al Quran --bahkan dalam ayat-ayat yang memerintahkan perbuatan baik dan melarang perbuatan buruk, yang secara alami akan memiliki nada memerintah atau melarang--  selalu memiliki kefasihan yang setara dan seimbang satu sama lain. Dalam Al Quran, pembicaraan akan berpindah kepada topik lain tanpa menjauhkan diri dari tujuan pembicaraan. Dalam kitab suci ini, kita akan menemukan harta karun ilmu yang jauh melebihi kapasitas orang terpintar, filsuf terbesar, atau politisi terkuat sekalipun. Dapat dikatakan bahwa satu-satunya sumber Al Quran  adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari segala ilmu dan Yang Meliputi Langit dan Bumi.”

Kini, marilah kita berkenalan dengan Leonardo Alauddin Kalrichi (?), seorang muslim Italia yang menjadi direktur di “Institut Skriptura” yang aktivitasnya dilandaskan kepada filsafat Islam. Leonardo adalah nama yang dipilih oleh ibunya, sedangkan nama Alauddin adalah nama yang dipilihnya sendiri setelah ia memeluk agama Islam. Mengenai dirinya sendiri, Alauddin mengatakan, “Saya dilahirkan pada tahun 1955. Pada tahun 1979, saya terpengaruh oleh Revolusi Islam Iran dan gerakan serta pemikiran Imam Khomeini, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk memeluk agama Islam. Kakek saya adalah seorang penulis dan penyair besar Italia. Meskipun dia tidak secara resmi memeluk Islam, namun dia berpandangan bahwa seni berhubungan dengan kesucian Ilahi dan kita harus memiliki cara pandang yang baru terhadap dunia. Kini, saya pun memiliki pandangan yang sama, yaitu  bahwa seni tanpa memperhatikan Tuhan dan metafisika, tidak akan ada nilainya.”
Selanjutnya Kalrichi mengatakan, “Seni Islam adalah seni yang dipengaruhi oleh Al Quran dan melalui seni Islam, manusia diajak untuk memikirkan tentang penciptaan. Dengan kata lain, seniman haruslah mengambil ilham dari ajaran-ajaran Al Quran karena Al Quran adalah seni teragung. Satu ayat, atau bahkan satu kata dalam Al Quran bagaikan bintang yang memberi penerangan kepada dunia.”

Menurut Kalrichi, “Bahasa Al Quran adalah bahasa yang mudah dan menjangkau semua kalangan manusia. Oleh karena itu, setiap seniman harus mendekatkan diri dan karyanya kepada bahasa ini. Karya seni yang mengambil ilham dari Al Quran akan menjadi karya seni yang abadi dan cemerlang. Dari sisi ini, kita tidak akan melakukan penghinaan terhadap seni. Seni yang rendah dan hina, menurut pendapat saya, bukanlah seni yang hakiki, melainkan semata-mata permainan dengan memanfaatkan seni. Seni hakiki bersumber dari Tuhan dan keindahan penciptaan-Nya, yang dimanifestasikan oleh Al Quran . Kita dapat mengambil energi dari Al Quran dan ide-ide kita akan terbentuk berdasarkan Al Quran.”

0 Response to "Seni Al Quran, Sumber Hakiki dari Seni Islami"