Dampak Teknologi Dalam Seni Pertunjukan



              DAMPAK TEKNOLOGI DALAM SENI PERTUNJUKAN
                                ( DULU DAN SEKARANG)
                                    Oleh : Fauzi
Sebelum melangkah ke seni pertunjukan teater serta dampaknya terhadap teknologi agar mudah memahami, sebaiknya Saya akan membahas secara umum apa itu teknologi? Secara etimilogis akar kata teknologi adalah ”techne” yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan muatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Pengertian lain teknologi merupakan sebuah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau terjemahan sebagai seluruh sarana untuk mennyediakan barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kennyamanan hidup manusia.
Perkembangan teknologi berlangsung secara evelutif  sejak dari zaman yunani sampai sekarang, ini merupakan hasil kebudayaan yang berorentasi pada teknologi. Teknologi perkembangan suatu media atau alat yang di gunakan lebih efesien, guna untuk untuk mengendalikan masalah. Ada tiga klasifikasi dasar dari teknelogi :


1.   Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi bila tingkat pengeluaran lebih tinggi dicapai kuantitas dan kombinasi paktor-paktor pamasukan yang sama.
2.   Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, kemajuan teknologi yang terjadi sejak ahir abad ke Sembilan belas bannyak ditandai dengan peningkatan secara cepat, teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hinggaa jembatan.
3.   Kemajuan teknologi yang hemat modal  penomena yang relatif langka. Hal ini disebabkan kerna hamper riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia yang dilakukan Negara-negara maju, yang lebih dijuluki untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Teknologi berlatar belakang kerna keinginan manusia untuk menciptakan hal yang baru,  yang belum ada sebelumnya, sehingga  begitu pentingnya teknologi bagi kehidupan manusia. Bahkan sekarang maju tidak majunya seseorang, masyarakat, bahkan  satu Negara dapat dilihat dari penggunaan serta pemakaian teknologi. Kerna teknologi dapat mempermudahkan manusia bekerja, menggali impormasi bahkan apapun bisa dicapai dengan teknologi, sehingga bannyak manusia mengagung-agungkan teknologi bahkan ada yang sampai mejadi budak teknologi. Tetapi bagi siapa yang bisa memanfaatkan teknologi sesuai sengan pungsinya maka teknologi akan menghasilkan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Begitu juga sebaliknya bagi yang tidak bisa menggunakan teknologi sesuai dengan pungsi dan manfaatnya maka tunggu saja kehancuran yang akan terjadi.
Teknologi tak bisa bisa dipisahkan dengan kebudayaan kerna teknologi merupakakan sebuah kebudayaan yang ada dalam kehidupan manusia. Menurut Mudji sutrisno, dalam bukunya Teori-teori kebudayaan mengutip pendapat para ahli yaitu Raymond Williams dalam Keywords (1976) ada tiga penggunaan istilah kebudayaan yang pertama mengenai perkembangan intlektual, spiritual, dan estetika individu, kelompok atau masyarakat. Kedua menangkap sejumlah aktivitas intelektual dan artistik serta produk-produknya (film, kesenian dan teater). Dalam penggunaan ini kebudayaan dekat dengan kesenian. Ketiga mengenai seluruh cara hidup , aktivitas, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang, kelompok dan masyarakat.
Perkembangan ilmu-ilmu budaya pergeseran-pergeseran, arti kebudayaan yang mennyangkut kata dan isi konsep. Segi maksud kata tersebut ialah kebudayaan diartikan sebagai perwujudan kehidupan setiap orang dan kelompok, orang yang mencoba mengolah dan mengubah alam sehingga membedakan dirinya dengan mkhluk lain diatas buka bumi ini. Kebudayaan merupakan gejala manusiawi dari kegiatan berfikir (mitos, idiologi, dan ilmu), kemunikasi (system masyarakat), kerja (ilmu alam dan teknologi), dan kegiatan lainnya yang lebih sederhana. Sementara konsep kebudayaan dewasa ini mengalami pergeseran-pergeseran dari kata benda menjadi kata kerja dimana kebudayaan adalah kegiatan membuat alat, mendidik, berburu, tata upacara dan lain-lainnya.  Jadi kebudayaan dewasa ini dipahami sebagai kegiatan produktif, bukan hasil produksinya. Hal ini menunjukkan pemahaman statis yang telah berubah menjadi pemahaman dinamis mengenai konsep kebudayaan.
Beberapa sarjana telah merumuskan insur-unsur pokok  kebudayaan, Misalnya Melville  J . Herskovits mengajukan empat pokok unsure-unsur kebudayaan
1.   Alat-alat teknologi
2.   Sistem ekonomi
3.   Keluarga
4.   Kekuasaan politik
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi kebudayaan kebendaan yang mempunnyai pungsi utama dalam melindungi  masyarakat terhadap lingkungan didalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur yaitu :
1.   Alat-alat produktif
2.   Senjata
3.   Wadah
4.   Makanan dan minuman
5.   Pakaian dan perhiasan
6.   Tempat berlindung dan perumahan
7.   Alat-alat transport

Lalu apa hubungannya tegnologi dengan seni pertunjukan? Seni pertunjukan selalu hadir dalam kehidupan manusia, ternyata seni pertunjukan  mengalami perkembangan yang sangat kompleks, hal ini juga tidak lepas dari kemajuan teknologi. Terlebih dahulu saya akan coba untuk menjelaskan sedikit bannyak tentang perkembangan  seni pertunjukan di Indonesia. Menurut prof. Dr. R. M. Soedarsono dalam bukunya Seni Pertunjukan, ia mengatakan bahwa seni pertunjukan Indonesia sudah ada sejak zaman majapahit hal ini terbukti dengan adanya prasasti wimalasrama bahwa dari tahun 930 sudah ada seni pertunjukan cerita yang selalu dihadirkan diruang publik adalah cerita Mahabrata dan Ramayana.
Penjelasan diatas menjelaskan bahwa seni pertunjukan di Indonesia ada sejak dahulu kala hingga sampai sekarang. Harus di garis bawahi bahwa seni pertunjukan Indonesia mengalami perubahan,  perubahan-perubahan itu terjadi adanya pergeseran nilai budaya, dan pergeseran sosial yang terjadi dalam batang tubuh masyarakat bangsa Indonesia. Asimilasi dan akulturasi juga berdampak pada seni pertunjukan Indonesia sampai sekarang ini. Bahkan kita sekarang ragu mana  seni pertunjukan yang berasal dari lokal, dan mana dari luar kita hannya melihat keduanya sering dipadu dan disatukan sehingga membentuk seni pertunjukan yang kontenporer.
Tulisan Arnold Hauser yang berjudul The sociology of art mengatakan perubahan sebuah Negara akan menghadirkan gaya seni yang khas, sesuai dengan bentuk masyarakat yang ada pada saat itu. Bahkan lebih tegas lagi hauser dan woff berkomentar bahwa seni adalah produk social Perubahan masyarakat  ini terjadi disebabkan suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor mendorong jalannya perubahan faktor-faktor tersebut ialah:
a.    Kontak dengan kebudayaan lain
b.   Sistim pendidikan yang maju
c.    Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju
d.   Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang mennyimpang
e.    Sistem masyarakat yang terbuka
f.     Penduduk yang heterogen
g.    Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
h.   Orentasi kemuka
i.     Nilai mengungkapkan taraf hidup.
 Perubahan sosial terjadi di Indonesia misalnya pada tahun 1870, ketika Belanda mengeluarkan sebuah peraturan yang bernuansa liberal, yang mengizinkan siapa saja untuk melakukan berbagai usaha secara bebas di hindia belanda. Perraturan baru itu membawa angin segar bagi insan yang ingin berdagang dan usaha lainnya termasuk pada perkembangan seni pertunjukan.  Perkembangan itu adalah dengan adanya penduduk kota yang menghadirkan jenis masyarakat yang sangat berbeda dengan masyarakat desa, serta masyarakat kalangan bangsawan dan istana. Bangsawan memiliki pertunjukan adiluhung , sedangkan masyarakat desa mempunnyai pertunjukan yang bernuansa perdesaan, Padahal kalau mau di cermati bahwa manusia secara kodrati memiliki pelaku seni,  yang berarti masyarakat perkotaan atau urban pun juga menginginkan seni yang cocok buat selera estetis mereka.
Sebab  itu penduduk urban memiliki selera estetis yang khas yang berbeda dengan selera estetisnya para bangsawan serta raja dan selera estetis pedesaan, mereka menginginkan sekali santapan yang cocok untuk santapan estetis untuk mereka, serta mereka bisa menikmati kapan saja menurut selera mereka. Padahal untuk menikmati pertunjukan istana, sulitnya bukan main, disamping perkuansi pertunjukannya juga jarang. Yang jelas, mereka pasti tidak tahan untuk bisa menonton wayang wong yang diselenggarakan di kraton Yogyakarta yang berlangsung selama dua hari dua malam kadang sampai empat hari empat malam. Pertunjukan itupun tidak member hiburan buat mereka, kerna penduduk kota harus mengikuti tata cara keraton apa bila mereka menginjakkan kaki kehalaman istana. Mereka harus menggunakan pakaian khas, jarak antara lantai pentas sangat jauh dari penonton, tambah lagi yang hadir sangat bannyak. Untuk menikmati pertunjukan rakyat , sudah barang tentu penduduk kota yang merupakan masyarakat urban juga tidak senang, kerna selain bertele-tele penampilannya itu-itu saja.
Kesempatan emas itu dilirik oleh seorang pedagang Cina yang kaya raya bernama Gan Kam. Ia mennyimak bahwa penduduk kota pasti menginginkan sekali pertunjukan yang baik, yang dikemas singkat dan menghibur. Untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang baru tidaklah mudah membutuhkan waktu yang sangat panjang serta sangat rumit. Maka Gam kam memutuskan untuk merayu Sri Mangku Negara V memperkenankan untuk memboyong wayang wong keluar dari istana agar dapat dinikmati oleh penduduk kota. Kebutulan sekali ketika itu mangku negarab mengalami masa sulit, kerna perusahaan Mangku Negara mengalami kebangkrutan. Ini berarti pura- pura Mangku Negara tidak lagi bisa menampilkan wayang wong. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1895. Sudah tentu mennyesuaikan dengan selera penonton urban , wayang wong disajikan agak pendek lebih ditekan pada dialog dari pada tarinya yang bagi masyarakat urban terlalu rumit dan membosankan.
Mangkin hari kemasan wayang wong kemasan  Gan kam gaya Mangku Negara mangkin laku lebih-lebih digunakannya panggung proscenium ala barat  yang dilengkapi gambar-gambar istana, alun-alun, hutan dan sebagainya. Barang kali pengaruh panggung proscenium di penang (Malaysia), singapure, yang di tampilkan dibetawi (Jakarta). Teknologi gaya pemanggungan inilah yang menambah daya tarik bagi penonton yang sebagian besar adalah penduduk kota. Oleh kerna gendre yang berasal dari istanan ini dipentaskan mealui panggung proscenium, wayang wong menjadi wayang orang panggung. Kepeloporan Gan Ka mini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha cina serta penduduk pribumi lainnya.
Wayang wong Panggung yang telah menjadi pertunjukan komersial atau professional rupanya menjadi lahan pula bagi pengusaha-bengusaha yang berminat dalam bidang seni serta seniman-seniman tari dan krawitan yang ingin hidup dari kesenimanannya. Maka tidak heran apa bila pada awal tahun 1960-an menurut pengamatan James R Brondon, yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa tuturnya setiap harinya,  terdapat 30 grup wayang wong panggung hadir ditengah-tengah msyarakat. Walaupun sekarang kesenian seperti ini mengalami kemunduran. 

Sealain wayang wong panggung sebagai pertunjukan komersil atau professional yang muncul dengan marak dikota-kota pertunjikan-pertunjukan lain yang mengalami perkembangan yang baik adalah ketoprak, ludruk, dan sandiwara, ketoprak yang terseber diwilayah yang penduduknya berbahasa jawa mampu mengungguli wayang wong panggung, yaitu mencapai jumlah 120 grup. Ada pun ludruk yang hannya berkembang dijawa timur yang menggunakan dialek jawa timur mampu mencapai 30 grup. Jawa barat yang penduduknya berbahasa sunda mengalami perkembangan yang sangat bagus pula dalam genre sandiwara, yang pada awal tahun 1960-an mampu mencapai jumlah 40 grup. Inilah gambaran sekilas tentang pengaruh perubahan social  yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1870, terhadap perkembangan seni pertunjukan Indonesia sampai awal tahun 19650-an awal tahun ini seni pertunjukan Indonesia didominasi oleh partai komunis Indonesia yang dijadikan corong propaganda politik.
Perkembangan teknologi dewasa ini sangat berpengaruh dalam seni pertunjukan di indonesia seperti seni tari, seni musik, dan seni taeter. Ketiga seni ini  juga memiliki dampak pisitif dan dampak yang negatif dalam tatanan kehidupan seni pertunjukan. Saya akan mengambil salah satu contoh dari yang tiga itu sebagai acuan,  yaitu seni pertunjukan teater. Berawal dari teater tradisional yang merupakan krativitas kolektif masyarakat dari berbagai suku dan etnis di Indonesia. Teater ini bertolak dari sasra lisan yang berakar dari budaya tradisi masyarakat pendukungnya. Mulanya teater taradisi merupakan bagian dari upacara keagamaan dan upacara adat yang sejak ada pada zaman pra-hindu, selainitu teater tradisional merupakan warisan budaya nenek moyang yang diyakini dari spontanitas yang dihayati oleh pendukungnya
Teater tradisional atau teater rakyat pada umumnya memiliki bannyak pungsi bagi kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Beberapa pungsi tersebut ialah sebagai alat pendidikan bagi masyarakat, penebal rasa solidaritas kolektif, alat kontrol sosial, alat kritik sosial, dan sebagai sarana hiburan msyarakat. Perkembangan  teater tradisional sampai ke perkembangan teater modern tidak lepas dari pengaruh teknologi. Dampak positif dari perkembangan teknologi dalam seni pertunjukan khususnya seni teater ialah dilihat dari perspektif pemanggungan dan cara kerja dalam sebuah produksi pertunjukan itu sendiri dampak positif tersebut antara lain :
1.   Sebelum mengenal panggung pertunjukan seni teater tradisi khususnya dilakukan ditempat terbuka, dengan perkembangan teknologi pertunjukan teater digelar di dalam gedung , walaupun sampai sekarang ini teater tradisi juga kadang-kadang masih di pertunjukan dilapangan namun taeter modern mayoritas pementasannya dilakukan dalam gedung. Artinya ada jarak antara pemain dan penonton.
2.   Perkembangan teknologi juga maembawa pertunjukan taeter itu menjadi elit, kalau dahulu orang hannya mengguna kan lampu teplok, untuk mengadakan sebuah pertunjukan, sekarang sudah ada penataan cahaya atau lighting guna agar penonton lebih mengerti jalan cerita, seting juga dapat diper indah dengan adanya teknologi
3.   Publikasi sangat terbantu dengan adanya teknologi, sperti sepanduk, buklet, dan bisa saja disiarkan  melalui media iklan yaitu radio serta melalui internet. Hingga jangkawan penontonnya luas.
4.   Penonton kadang harus membayar tiket masuk pertunjukan, pada teater tradisi kebiasaan itu tidak ada
5.   Teater menjadi propesi artinya teater dijadikan prodak
6.   Pertunjukan teater mengunakan soun system
7.   Naskah yang dibuat atau naskah yang ditampilkan merupakan naskah yang tertulis.
8.   Ungkapan bentuk teater sudah menggunakan idiom-idiom modern seperti adanya intermezo, dan menggunakan alat musik modern.
9.   Lebih terstruktur
Penjelasan diatas merupakan dampak teknologi secara positif, sebenarnya perkembangan teknologi memasuki dunia pertunjukan khususnya diindonesia tidak lepas pengaruh kebudayaan dari luar. Pengaruh tersebut dari berbagai Negara-negara belahan dunia, pertunjukan- pertunjukan  teater yang sering kita llihat adalah pertunjukan yang sudah di pengaruhi dari luar sehingga  teori dan motodenya menjadi acuan dalam penggarapan suatu produksi pertunjukan teater.  Hampir seluruh pertunjukan teater dewasa ini dipengaruh oleh taeter barat. Walau pun  saya tidak bisa menafikan bahwa teater tradisi juga masih ada yang teatap hidup ditengah-teangah masyarakat, yang masih mempertahankan serta masih menggunakan motode dan tatanan lama untuk melakukan sebuah pertunjukan itu hannya sedikit saja. 

Pertannyaan kita adalah sampai kapan tradisi itu akan tetap bertahan didalam kehidupan masyarakat sekarang ini? Kemajuan teknologi berdapak pada semua aspek kehidupan, tidak terkecuali pada seni pertunjukan teater, untuk mengimbangi itu tradisipun mengalami perubahan. Perubahan ini disebabkan selera penonton yang selalu berubah-ubah cara fikir masyarakat yang sudah maju menginginkan hal-hal yang baru. Perubahan-perubahan akan terjadi kerna masyarakat adalah fenomena antar waktu, masyarakat terjelma bukan kerna keberadaannya disatu dalam perjalanan waktu. Tetapi ia hannya ada melalui waktu. Ia adalah jelmaan waktu. Masalah tradisi takkan muncul bila berbagai keadaan masyarakat dalam rentetan proses terputus itu berahir. Masa lalu masyarakat bukan lenyap sama sekali. Serpihan masalalunya menyediakan semacam lingkungan bagi fase pengganti untuk untuk melanjutkan proses. Ini melalui mekanisme sebab akibat pertama materi dan fisik dann yang kedua gagasan atau psikologis. Keduanya saling meningkatkan potensi.
Berbicara tentang tradisi , hubungan masa lalu dengan masa kini haruslah dekat. Tradisi mencakup masa lalu dimasa kini ketimbang sekedar menunjukkan fakta masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu dan masa kini mempunnyai dua bentuk, material dan gagasan dan subjektif. Menurut arti lebih lengkap tardisi merupakan keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada dimasa kini, belum dihancurkan, dirusak, di buang atau dilupakan. Disini tradisi hannya berarti warisan yang benar-benar tersisa dari masa lalu.
Perubahan tradisi disebabkan bannyaknya bentrokan antara tradisi satu dengan tradisi saingannya. Benturan itu dapat terjadi antara tradisi masyarakat antara kultur yang berbeda atau dalam masyarakat telah dikaji secara luas oleh ahli antropologi , sosial, terutama mengacu pada pada penaklukan kilonial dan juga melalui kontak cultural secara damai antara masyarakat yang sama sekali berbeda termasuk modernisasi yang dipaksakan. Modernisasi mengandung tiga makna. Makna paling umum sama dengan seluruh jenis perubahan sosial progresif apabila masyarakat bergerak maju menurut skala kemajuan yang diakui. Perubahan dari hidup digua kebangunan tempat bernaung jelas merupakan kasus modernisasi.
Makna modernisasi paling khusus hannya mengacu pada masyarakat terbelakang  atau tertinggal dan melukiskan upaya mereka untuk mengeejar ketertinggalan dari masyarakat yang telah maju yang hidup berdampingan dengan mereka. Yang penting dalam memahami tradisi sikap atau orientasi pikiran tentang benda material  atau gagasan dari masa lalu yang dipungut oleh orang masa kini. Sikap atau orentasi ini menempati bagian khusus dari keseluruhan warisan historis mengangkatnya menjadi tradisi . Arti penting penghormatan atau penerimaan sesuatu secara sosial.
Lalu apa dampak negatifnya teknologi dalam perkembangan seni pertunjukan teater?  Kemudahan-kemudahan dari teknologi membuat msyarakat ingin yang praktis, maraknya tontonan acara-acara di televisi seperti senetron film dan acara-acara lainnya membuat masyarakat enggan untuk menonton pertunjukan teater yang dipentaskan digedung,  paling-paling pencinta dan penikmat serta lingkungan akademik saja yang mengapresiasi pertunjukan tersebut. Ini perlu disisati bagi seniman teater untuk mennyingkapi masalah ini, caranya dengan mengembalikan kesenian itu kepada masyarakat agar masyarakat lebih kenal dan akrab dengan kesenian. Lebih-Lebih seni teater sangat memerlukan penonton kerna dalam pementasan teater terdapat pesan-pesan serta kritik sosial yang diperuntukkan bagi penonton . Memang ada beberapa kelompok  teater yang sudah mapan bahkan tidak mempunnyai masalah dalam menanggulangi masalah ini,  teater koma misalnya mereka sudah mempunnyai penonton sendiri bahkan mereka sudah mempunnyai sponsor, artinya mereka menjadikan teater sebagai prodak untuk menghasilkan uang. Ini terjadi kerna pergeseran masyarakat perkotaan yang jenuh, menginginkan hal yang baru ada rasa bosan dengan menonton televisi kemudian lari untuk menonton teater.
Itu kelompok  teater yang sudah mapan tapi bagai mana dengan kelompok teater  yang belum mapan, yang masyarakatnya masih asik-asiknya menikmati tontonan-tontonan yang ada ditelevisi. Hal ini perlu kerja keras dari seniaman atau pencinta teater agar bisa mengimbangi keadaan seperti ini. Dampak lain dari teknologi dalam seni pertunjukan teater, kebersamaan semangkin lama semangkin berkurang kerna teknologi kadang-kadang mengajarkan kita untuk hidup secara individu.
Telah dilakukan penelitian dampak teknologi impormasi keseni pertunjukan tradisi di Yogyakarta , dari lapangan diperoleh paktor yang mempengaruhi kemunduran seni pertunjukan diantaranya:
a.    Paktor ekonomi
b.   Kebijakan lembaga formal
c.    Mata pencaharian
d.   Kurang minat menonton

Sumber diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa untuk mennyingkapi persoalan daiatas dengan cara, menajemen professional, personil yang professional, mengemas cerita yang inovatif dan promosi yang lebih luas kemasyarakat. Agar keseimbangan selalu terjaga,  maksudnya seni pertunjukan teater bisa seimbang dengan arus teknologi yang sangat marak ditengah-tengah masyarakat. Smoga……………………………….




                                        Daftar pustaka
Soedarsono, 2003. Seni Pertunjukan. Yogyakarta:Gadjah mada university press, angota Ikapi
Dewojati Cahayaningrum, 2010. Drama Sejarah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, angota Ikapi
Putranto Hendar dan Sutrisno Mudji, 2005. Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, angota Ikapi
Sztomka Piotr, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Media
Suekanto Soerjono, 2007. Sosilogi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
htt://id.wikipedia.org/wiki/teknologi)
htt://pustaka2.ristek.go.id/catalog/index.php/searchkatalog/byld/49466


0 Response to "Dampak Teknologi Dalam Seni Pertunjukan"