ISLAM DAN SENI
Oleh: Sahrul N.
Dalam perjalanan sejarah, kita melihat bahwa agama
dan seni saling berkaitan satu sama lain, sehingga memisahkan kedua subjek ini
merupakan hal yang sulit. Mungkin, keterkaitan antara agama dan seni berakar
dari dalam diri manusia sendiri. Bila kita memperhatikan Al Quran yang
merupakan sebuah fenomena dan mukjizat besar agama Islam, kita akan menyaksikan
seni agung yang diciptakan Allah SWT yang menimbulkan ketakjuban dari umat
manusia dari berbagai suku dan bangsa. Ayat-ayat Al Quran menarik naluri
keindahan manusia ke arahnya dan mengajarkan kepada manusia tentang keindahan
penciptaan. Dengan cara yang indah pula, Al Quran mengenalkan tentang Allah dan
kekuasaan-Nya kepada manusia.
Kisah-kisah yang diungkapkan dalam Al Quran
bukanlah kisah-kisah tentang kepahlawanan belaka, melainkan kisah-kisah yang
mengajarkan tentang kehidupan yang lurus yang harus diambil manusia. Al Quran
juga mengajarkan tentang keimanan, kehendak, dan tanggung jawab manusia. Ayat
Al Quran juga mengajak manusia untuk menyaksikan kehidupan manusia-manusia
besar seperti Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad, dan perempuan-perempuan
mulia seperti Maryam, Asiyah.
Al Quran adalah manifestasi dari wahyu yang
mengandung keindahan seni yang hakiki dan sangat mengagumkan. Seni Al Quran
adalah seni untuk mengungkapkan suatu masalah atau topik dengan cara yang
sangat indah, sehingga mampu mempengaruhi pikiran dan perasaan para
pembacanya. Mengingat bahwa ayat-ayat Al Quran diturunkan secara bertahap dan
dalam kondisi yang berbeda-beda, Al Quran bagaikan sungai yang panjang, yang
meskipun mengalir di atas bebatuan dan lumpur, air sungai itu selalu jernih dan
bening.
Sebagai contoh, Al Quran dalam surat Al Hijr mendeskripsikan Iblis sebagai
makhluk yang menghiasi keburukan sehingga tampak indah dan membuat manusia
terperdaya. Melalui pendeksripsian seperti ini, Al Quran berpesan kepada
manusia agar jangan langsung terpikat pada penampakan luar dan selalu berusaha
untuk menggali hakikat dan makna yang terkandung di dalam sebuah penampakan.
Kini, marilah kita berkenalan dengan Leonardo
Alauddin Kalrichi (?), seorang muslim Italia yang menjadi direktur di “Institut
Skriptura” yang aktivitasnya dilandaskan kepada filsafat Islam. Leonardo adalah
nama yang dipilih oleh ibunya, sedangkan nama Alauddin adalah nama yang
dipilihnya sendiri setelah ia memeluk agama Islam. Mengenai dirinya sendiri,
Alauddin mengatakan, “Saya dilahirkan pada tahun 1955. Pada tahun 1979, saya
terpengaruh oleh Revolusi Islam dan gerakan serta pemikiran Imam Khomeini,
sehingga akhirnya saya memutuskan untuk memeluk agama Islam. Kakek saya adalah
seorang penulis dan penyair besar Italia. Meskipun dia tidak secara resmi
memeluk Islam, namun dia berpandangan bahwa seni berhubungan dengan kesucian
Ilahi dan kita harus memiliki cara pandang yang baru terhadap dunia. Kini, saya
pun memiliki pandangan yang sama, yaitu bahwa seni tanpa memperhatikan
Tuhan dan metafisika, tidak akan ada nilainya.”
Selanjutnya Kalrichi mengatakan, “Seni Islam adalah
seni yang dipengaruhi oleh Al Quran dan melalui seni Islam, manusia diajak
untuk memikirkan tentang penciptaan. Dengan kata lain, seniman haruslah
mengambil ilham dari ajaran-ajaran Al Quran karena Al Quran adalah seni
teragung. Satu ayat, atau bahkan satu kata dalam Al Quran bagaikan bintang yang
memberi penerangan kepada dunia.”
Menurut Kalrichi, “Bahasa Al Quran adalah bahasa
yang mudah dan menjangkau semua kalangan manusia. Oleh karena itu, setiap
seniman harus mendekatkan diri dan karyanya kepada bahasa ini. Karya seni yang
mengambil ilham dari Al Quran akan menjadi karya seni yang abadi dan cemerlang.
Dari sisi ini, kita tidak akan melakukan penghinaan terhadap seni. Seni yang
rendah dan hina, menurut pendapat saya, bukanlah seni yang hakiki, melainkan
semata-mata permainan dengan memanfaatkan seni. Seni hakiki bersumber dari
Tuhan dan keindahan penciptaan-Nya, yang dimanifestasikan oleh Al Quran . Kita
dapat mengambil energi dari Al Quran dan ide-ide kita akan terbentuk
berdasarkan Al Quran.”
***
Seni spiritual dan filsafat keindahan yang
dikandungnya berakar dari kepercayaan seorang seniman terhadap nilai-nilai
relijius. Orang yang memiliki kepercayaan keagamaan yang sangat kuat dan
kental, kepercayaannya itu akan tercermin dalam semua dimensi kehidupannya,
termasuk seni. Sebagai contoh, marilah kita melihat arsitektur Masjid Imam di
kota Isfahan, yang sangat kaya dengan peninggalan seni Islam. Masjid Imam
terletak di Maidan Imam, dibangun pada Era Safavi, yaitu abad ke-16. Kubah
masjid yang didominasi hiasan berwarna biru ini merupakan salah satu karya seni
Islam terbesar di dunia. Hiasan kaligrafi pada masjid itu dibuat oleh seniman
besar Islam bernama Ali Reza.
Salah satu konsep utama seni Islam adalah konsep
'metaindividual'. Melalui konsep ini, seorang seniman sama sekali tidak ingin
menampilkan dirinya dalam karya seni itu, melainkan ingin menyatukan dirinya
dengan Sang Pencipta melalui karyanya. Tak heran bila banyak seniman Islam yang
mengaku menjalani kehidupan keagamaan yang dalam, dengan tujuan untuk mendekatkan
dirinya dengan Tuhan Sang Pencipta Alam. Para seniman semacam ini
meyakini bahwa semakin banyak mereka menggali hakikat penciptaan, semakin
tinggi pula kualitas penciptaanm seni mereka.
***
Zahra mengatakan, "Seni revolusi Islam muncul
dari lembaga-lembaga dan sumber-sumber keagamaan serta rakyat, sebagai
tonggak-tonggak utamanya. Di tahun-tahun menjelang revolusi, berbagai aliran
keagamaan, menjadikan Masjid-Masjid dan Huseiniyah-Huseiniyah sebagai ganti
dari gedung-gedung pameran dan ruang-ruang konferensi. Setelah itu universitas
dan Perguruan Tinggi juga bergabung sebagai tempat pameran seni revolusi, dan
sejumlah galeri, secara diam-dima, ikut pula memamaerkan karya-karya seni
revolusioner. Setelah revolusi, aktifitas seni dan para seniman yang sebelumnya
bercerai-berai, berkumpul dalam sebuah lembaga bernama "Hauzeh
Honari" semacam perkumpulan para seniman; sehingga lembaga ini memiliki
kiprah yang sangat efektif dalam mengarahkan aktifitas para seniman di bidang
kesusasteraan, perfileman, dan bidang-bidang seni lain, di tahun-tahun pertama
kemenangan revolusi Islam."
Salah satu perbedaan mencolok seni revolusi Islam dengan
negara-negara lain yang juga mengalami revolusi ialah, irfan atau hikmah-hikmah
ketimurannya. Karena irfan ini selalu mengisi jiwa seniman Islam. Bahkan dalam
berbagai penelitian sejarah, kita saksikan bahwa dalam karya-karya seni Islam,
selalu hadir sejenis irfan, dan para seniman Islam, di sebagian besar era yang
telah mereka lalui, selalu memiliki sejenis emosi yang memancarkan irfan atau
ajaran-ajaran hikmah ketimuran.
Nasher Palanggi, pelukis kontemporer Iran,
mengatakan bahwa keberadaan irfan ketimuran dan semangat penegakan keadilan
Islam ini sebagai ciri-ciri terpenting seni revolusi Islam. Ia mengatakan,
"Imam Khumaini ra adalah seorang filsuf yang arif, yang memaparkan
hukum-hukum fiqih syareat, tapi juga berbicara dengan gaya seorang arif. Untuk
itulah para seniman kita juga memiliki keterikatan yang erat dengan dimensi
irfani ini. Oleh karena mencita-citakan penegakan keadilan, baik dalam slogan
maupun kinerjanya, maka revolusi Islam memandang alam semesta ini dengan
pandangan yang sama sekali tidak materialistis. Senimannya pun berbeda dengan
seniman mana pun di dunia."
Nasehr Palanggi melanjutkan, "Meskipun kita
sempat dalam masa yang pendek, mengikuti gaya dan teknik seni dari negara lain,
akan tetapi dengan lewatnya waktu, dan sesuai dengan transformasi mental para
seniman, maka lama kelamaan nilai-nilai irfan mulai mewarnai karya-karya
mereka. Revolusi Islam juga memiliki semangat mengajak kepada kebebasan jiwa
dan seruan kepada persatuan, yang tak seorang pun dapat mengabaikannya. Para
seniman pun, yang memiliki cita rasa lebih tajam daripada orang lain, sudah
pasti menaruh perhatian yang lebih besar kepada masalah-masalah ini."
***
"Di dalam diri setiap insan, terdapat
keinginan untuk mempertahankan keadaan dan kondisi yang ia miliki, juga
keinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan memperoleh kemajuan. Tentu
saja keinginan manusia untuk maju dan berubah jauh lebih kuat. Oleh karena
manusia menyukai adat kebiasaan dan ingin mempertahankan sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaannya, maka baginya, perubahan sejarah adalah sesuatu yang tidak
mungkin kecuali dengan revolusi. Revolusi adalah sebuah perubahan mendadak, dan
terjadi dalam waktu yang singkat, dimana semua adat kebiasaan masa lalu akan
terhapus dan buyar seketika. Kehidupan manusia selalu disertai dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mengajaknya untuk mandek di dalamnya. Sedangkan
revolusi ialah gerak cepat, dan manusia selalu memerlukannya."
Di atas tadi adalah kutipan dari tulisan Syahid
Sayid Murtadlo Awini, salah seorang seniman dan penulis kontemporer Islam,
tentang pentingnya revolusi dalam kehidupan manusia. Dalam acara kali ini, kita
akan berbicara tentang seni dan budaya, serta peran revolusi Islam dalam
perubahan kwalitas dan kapasitasnya selama 26 tahun lalu. Untuk itu kami ajak
Anda untuk tetap bersama kami hingga acara ini selesai.
Sastra dan seni adalah perangkat untuk
mengungkapkan isi hati manusia cendekiawan, dan merupakan dua faktor yang
memainkan peran fundamental dalam penciptaan karya-karya budaya dan seni serta
sastra sebuah bangsa. Faktor pertama, terdiri dari pemikiran, perasaan, dan
cita-cita para seniman, para penyair dan penulis, dimana ia sendiri terpengaruh
oleh masalah-masalah keyakinan, politik, sosial dan berbagai aliran pemikiran
yang ada di masyarakat. Faktor kedua, adalah metode kesenian dan karya-karya
berharga yang mengungkap pandangan-pandangan dan pemikiran para pencetusnya.
Setiap revolusi, berdasarkan idiologi apa pun,
pasti akan menanamkan pengaruh pada berbagai lapiran kebudayaan masyarakat, dan
ia akan menciptakan syair, kesusasteraan dan keseniannya yang khusus. Tak
diragukan, bahwa revolusi Islam pun tidak terkecualikan dari perkara tersebut.
Pengenalan diri, kembali kepada fitrah, dan
pengusiran segala sesuatu yang asing dan dipaksanakan, merupakan bagian dari
hasil perubahan budaya ini. Revolusi Islam telah meletakkan pengaruh yang
sangat banyak di setiap lapisan dan dimensi budaya masyarakat, termasuk sastra
dan seni, dan telah meciptakan perubahan padanya.Drama panggung, filem layar
lebar dan layar kaca, seni musik, seni lukis, grafik, kaligrafi, karikatur dan
puluhan cabang seni lainnya, terpengaruh oleh revolusi Islam dan sasaran serta
cita-citanya pun mengalami perubahan serta menemukan kondisi dan iklim baru.
Seni datang dari sudut berbagai lembaga dan kelas tertentu dari masyarakat, dan
bahu-membahu bersama rakyat dalam berbagai kancah perjuangan, dan kemenangan revolusi
Islam, juga dalam peristiwa perang selama agresi Irak terhadap Iran. Seni dan
para seniman juga ikut berperan di masa pembangunan setelah perang yang
dipaksakan, dan masih terus menciptakan berbagai karya dan merekam berbagai
kemenangan dan kebanggaan yang telah dicapai oleh revolusi.
Melihat berbagai karya seni revolusi Islam
selama setengah abad lalu, dapat dikatakan, bahwa seni revolusi Islam sangat
berjasa dalam usaha menghapus kebodohan, khurafat dan fanatisme buta zaman
sekarang. Ia adalah seni yang bergerak sejajar dengan nilai-nilai ajaran islam
dan menyeru manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk kezaliman dan
ketidakadilan.
Seni ini berakar dalam cahaya dan cinta Ilahi dan
membimbing manusia untuk menembus lautan akal dan makrifat. Para seniman Islam
setelah revolusi Islam, tidak memandang seni hanya dari segi keindahan
kecintaan, atau pengertian "seni untuk seni". Akan tetapi, seraya
memperhatikan keperluan menampilkan keindahan manusia dengan menampilkan
kandungan-kandungannya yang mulia dan bernilai tinggi, mereka mampu mengubah
seni menjadi suatu unsur aktif dan kokoh di tengah masyarakat.
Sebagaimana yang telah kami katakan, setelah
revolusi Islam, semua pemikir yang kebarat-baratan dan pembela idiologi asing
secara membabi-buta, telah terpinggirkan, dan muncullah keyakinan-keyakinan
yang berdiri di atas kebudayaan nasional danIslam sebagai gantinya. Para
seniman muda, terutama di masa ini mengarah perhatian kepada gaya dan
metode-metode tradisional, dan menggabungkannya dengan seni moderen dan
metode-metode baru. Hal ini mengindikasikan telah kembalinya identitas
nasional, meskipun dengan menggunakan metode-metode kontemporer.
Diantara seni-seni terpenting Islam setelah
revolusi, dapat disebut sebagai conton, perfileman, kesusasteraan dan musik.
Bidang-bidang seni ini, telah memperoleh posisi yang sedemikian tinggi, yang
sama sekali tak dapat dibandingkan dengan masa sebelum revolusi. Sebagai
contoh, perfileman Islam di tahun-tahun terakhir telah mencapai berbagai
kesuksesan mencolok di tingkat dunia.
Semua itu berkat pandangan kemanusiaan dan
penghargaan terhadap upaya dan usaha keras serta cinta kepada kehidupan yang
digambarkan dan diangkat sebagai tema-tema menonjol dalam filem-filem Islam.
Perhatian yangebsar kepada masalah-masalah sosial dan spiritual, pandangan baru
dan mendalam terhadap ruangan pemikiran anak dan remaja, penelitian dan
pemaparan masalah-masalah keluarga, terutama kaum perempuan, demikian pula
keprihatinan terhadap rakyat miskin dan lemah di belhan dunia lain, termasuk
diantara topik-topik terpenting dalam filem-filem Islam, di tahun-tahun setelah
kemenangan revolusi Islam.
Pandangan-pandangan para kritikus dan pakar di
seluruh dunia membuktikan bahwa perfileman Islam telah menciptakan sebuah
ruangan dengan udara segar dimana para seniman bernafas di dalamnya. Oleh
karena itu dimanapun filem Islam muncul, ia menyertakan pula rasa kehidupan
dengannya. Selain itu dari segi kwantitas pun filem-filem Islam, dengan
berbagai bentuk, termasuk kehadiran dalam berbagai festival, pameran umum dan
pemutaran melalui berbagai saluran TV, di tingkat internasional, hadir secara
mencolok, dimana pada tahun 2003 mencapai 1400 kasus atau momen.
Buku atau kitab, di samping berbagai media
lain seperti TV, koran, majalah, filem dan teater, juga merupakan salah satu
media utama untuk mencapai suatu kebudayaan. Keakraban dan kedekatan manusia
kepada buku dan keberadaan buku dalam kehidupan manusia, memiliki sejarah yang
lama. Untuk itu saham para penulis dan penerjamah serta penerbit, dalam
pertumbuhan kebudayaan setiap masyarakat, bukan suatu rahasia bagi siapa pun.
Di negara Islam dewasa ini pun kita dapat menyaksikan perkara ini dengan jelas.
Semua yang telah kami singgung dalam kesempatan
acara kita ini, tak lain adalah contoh-contoh kecil dari kebesaran perkembangan
yang telahberlaku di negara Islam setelah revolusi Islam. Mungkin hal itu dapat
diibaratkan sebagai gunung es, yang sebagainnya tampak dan terlihat, sementara
sebagian besarnya masih tersembunyi di bawah samudera luas. Di tahun-tahun
mendatang, sudah pasti kesenian ini akan mencapai perkembangan dan meraih
hasil-hasil yang lebih banyak lagi. Seorang cendekiawan, berkenaan dengan masa
depan ini berkata demikian:
"Dunia esok, sudah tidak lagi milik dunia
Barat. Semua transformasi yang terjadi menunjukkan realitas tersebut. Barat
pun, dengan pengerahan kekuatan militernya, berusaha mencoret gambaran
tersebut. AS dan Eropa, setelah dua abad masa pencerahan dan satu abad
pengembangan industri, mengalami suatu musibah yang telah menimpa pula semua
peradaban di sepanjang sejarah masa lalu. Iman adalah penyelamat dunia masa
depan. Sebagaimana ia telah menyelamatkan negara Islam, dan telah menampilkan
revolusi Islam sebagai mata air menggelegak yang mengalirkan revolusi spiritual
dan agama di seluruh dunia."
0 Response to "ISLAM DAN SENI"
Post a Comment